“Sampean ini pegawai koperasi, Mas?” Tanya tukang cukur rambut ketika tahu kalau motor saya adalah Honda Revo.
Bukan rahasia umum jika pengguna motor Honda Revo memang sering diasumsikan sebagai pegawai koperasi. Saya nggak paham dari mana asal-usulnya. Tapi beberapa kali saya kerap mendapat pertanyaan serupa.
Jujur, saya nggak pernah tersinggung dengan pernyataan tersebut. Justru saya lebih senang basa-basi semacam itu ketimbang pertanyaan kapan nikah. Selain itu, biasanya dari pernyataan tersebut akan memunculkan obrolan panjang tentang motor. Dan saya juga berkesempatan untuk bercerita betapa tangguhnya motor Honda Revo ini.
Saya memang bangga dengan motor yang dibeli tahun 2017 ini. Saya berani bilang begini karena motor saya ini sudah pernah ke mana-mana lho dan nggak pernah mengecewakan. Ketika kuliah di Malang, hampir tiap bulan motor ini saya ajak melaju dari Lamongan ke Malang. Dan ketika melanjutkan kuliah di Jogja, ia juga menemani saya melibas jalanan dari Lamongan ke Jogja, begitu pula sebaliknya.
Semua genre jalan pernah saya lalui. Mulai dari jalanan yang penuh lubang, full macet, berkelok-kelok, bahkan tanjakan. Motor saya ini nggak pernah ada kendala. Pun ketika ke Bromo, dari penanjakan sampai lautan pasir, Honda Revo tetap bugar dan baik-baik saja. Oh, iya, motor ini juga gesit. Cocok sekali untuk melibas jalanan macet perkotaan.
Malang ke Semarang? Sepele
Perjalanan paling jauh yang pernah saya tempuh menggunakan Honda Revo adalah ketika “iseng” pulang-pergi dari Malang ke Semarang. Lebih dari 800 km. Dan tentu saja, tidak ada kendala apa pun selama perjalanan. Kecuali pinggang yang perlu sesekali dikencangkan.
Meski sering dipandang sebelah mata dan sepi peminat, saya berani bilang kalau Honda Revo ini bukan sekadar kendaraan pegawai koperasi, melainkan salah satu motor tangguh. Sebab, di daerah wisata dataran tinggi, saya beberapa kali melihat tukang ojek memakai motor ini. Di Bromo misalnya, ada beberapa bapak-bapak ojek motor yang pakai Honda Revo.
Selain di Bromo, saya juga pernah merasakan secara langsung menaiki ojek motor ketika ziarah ke makam Sunan Muria. Sebuah jalur ojek motor paling ekstrem ketika ziarah wali. Meski jumlah pemakai Honda Revo tidak mayoritas, tapi poin saya adalah motor Honda Revo ini juga bisa dipakai melibas jalanan menanjak.
Selain tangguh, Honda Revo juga terkenal dengan hemat biaya. Motor dengan 110 cc ini memang cukup irit. Sebagai gambaran, jarak dari rumah saya (Lamongan utara) ke Jogja, yang kurang lebih 300 km, hanya perlu menyediakan uang bensin 50 ribu, itu pun masih sisa beberapa liter. Ini menggunakan pertamax, lho. Soal irit emang nggak masuk akal.
Bukan cuma bensin, tapi juga perawatan. Mulai dari harga ban, lampu, aki, dan segala sparepart lainnya tergolong murah ketimbang motor matic. Pajak tahunan juga demikian. Yah, sebuah motor yang ramah untuk kantong mahasiswa.
Honda Revo bikin seret jodoh?
Satu hal yang sering dikhawatirkan ketika pakai Honda Revo adalah susah dapat pasangan. Nah, dengan segala hormat, perlu saya luruskan kalau hal tersebut adalah mitos. Memang harus diakui kalau motor Honda Revo ini memang dianggap sebagai motor spesialis pegawai koperasi, tukang galon, sampai mas-mas ojek online.
Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap beberapa profesi di atas, tapi bagi saya, nggak ada hubungannya antara motor yang dipakai dengan keberhasilan mendapat pasangan. Sebab, semua tergantung orangnya. Ya, mosok gagal mendapatkan pacar malah nyalahin motornya. Harusnya muhasabah dong!
Oh, iya, sedikit cerita. Dulu sebelum pakai Honda Revo, saya sempat pakai Yamaha Vixion. Dan justru motor yang tipe seperti itu agak dihindari teman lawan jenis karena susah untuk boncengnya.
Saya pernah ada sebuah acara kelas. Kami rombongan pakai motor. Dan percayalah, Yamaha Vixion ini agak dihindari teman-teman cewek. Mereka lebih memilih naik motor matic atau bebek. Alasannya pun sederhana, bagi ciwi-ciwi UIN yang menggunakan rok, lebih mudah bonceng motor tersebut.
Pun kalau saya ingat-ingat, rasanya nggak pernah ada cewek yang nolak kalau saya boncengin pakai Honda Revo. Sebab memang nggak ada hubungan antara motor dan kemudahan mendapat pasangan. Sudahlah, kalau gagal mendapat pasangan jangan nyalahin faktor eksternal, dong!
Yah, pada akhirnya, cepat atau lambat dunia akan sepakat kalau Honda Revo memang motor idaman. Dipakai naik gunung? Bisa! Mau perjalanan jauh? Hayukkk. Sebab, berapapun jarak tempuhnya, bagi Honda Revo, semua hanya sebatas angka.
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Honda Revo Lama, Pendamping Hidup Paling Setia