Saya yakin semua orang sudah tahu kondisi jalanan di Surabaya. Iya, seperti orang kebanyakan menulis, bahwa jalanan di Kota Pahlawan ini sudah macet, lagi panas. Sebagai mahasiswa UNESA Ketintang asli Surabaya, saya sepakat dengan pandangan itu. Namun, daripada mengeluh setiap berkendara, saya punya strategi untuk “menyelamatkan diri” dari ruwetnya jalanan, yaitu menggunakan motor Honda Astrea Prima.
Saya baru menyadari kenikmatan ini 1 bulan terakhir setelah memakai Honda Astrea Prima selama 1 tahun. Dan, sekarang saya memahami bahwa banyak orang menyukai merek ini. Padahal, pabrikan hampir selalu merilis produk baru yang lebih keren dan super cepat.
Sebelumnya, saya harus menegaskan bahwa saya bukan bukan ahli otomotif. Makanya, tulisan ini berdasarkan pengalaman saya, sebagai mahasiswa UNESA Ketintang Surabaya yang sangat terbantu oleh keberadaan motor Honda Astrea Prima.
Daftar Isi
Bodi motor Honda Astrea itu ringan dan ramping, cocok untuk melibas jalanan Surabaya
Bodi motor Honda Astrea Prima ini sangat ringan. Bagi saya yang bertubuh mini, bodi yang ringan merupakan kenikmatan pertama dan utama untuk menikmati jalanan Surabaya. Sebab, jalan-jalan di kota ini macetnya nggak ketolong. Jadi, semakin berat motor yang saya gunakan, semakin berat pula bagi badan saya membawanya di jalan yang macet.
Nggak hanya ringan, bodi ramping juga menolong saya untuk mendapatkan parkir. Mengingat parkiran tempat-tempat di kota ini selalu penuh dan berdesakan. Apalagi untuk parkir di kampus UNESA Ketintang. Jangan ditanya, motor ini selalu menyelamatkan saya, rek.
Tarikan gasnya enteng
Jujur saya nggak tahu apakah tarikan gas yang enteng ini terjadi di semua motor atau hanya motor saya saja. Tapi, pengalaman saya berbicara demikian. Tarikan gas motor Honda Astrea Prima enteng sekali.
Misalnya, saya memuntir tuas gas dikit saja, sudah bisa mencapai kecepatan 20 sampai 40 km/jam. Tentu kecepatannya nggak sama dengan Honda Vario atau Yamaha NMAX. Tapi nggak lemot juga. Intinya pas untuk dibuat berkendara.
Selain itu, karena kecepatannya yang menurut saya sedang-sedang saja, saya jadi bisa mengamati suasana di jalanan Surabaya. Mulai dari aktivitas orang bekerja, berjualan, orang-orang nongkrong, sampai polah mahasiswa UNESA Ketintang di jalan raya.
Kekurangannya, motor ini nggak cocok untuk orang yang sering terburu-buru di jalan. Meski gasnya enteng, tapi akan mentok di kecepatan 70 km/jam-nya motor Vario. Kok saya bisa tahu? Selain menggunakan motor Honda Astrea Prima, saya juga sering memakai Vario. Jadi, saya cukup hafal dengan laju kecepatannya.
Baca halaman selanjutnya: Unik, antik, dan bersahaja. Motor Honda kesayangan mahasiswa.
BBM irit, kawan terbaik mahasiswa UNESA Ketintang seperti saya
Sebagai mahasiswa UNESA Ketintang yang isi dompetnya pas-pasan, punya motor dengan bensin irit adalah kenikmatan tiada tanding. Pasalnya, uang Rp30 ribu sudah cukup untuk mengisi tangkinya supaya penuh. Kerennya lagi, habisnya lama.
Kalau melihat dari pengalaman saya, BBM penuh baru akan habis setelah pemakaian 4-5 hari. Ini untuk pulang-pergi dari Manukan ke Ketintang yang berjarak 15 km. Artinya, tangkinya kosong setelah saya gunakan 30 km selama 5 hari. Bayangin, 150 km hanya butuh uang Ro30 ribu. Mantap nggak tuh?
Unik dan antik
Berdasar pengalaman, motor Honda Astrea Prima sudah termasuk motor yang unik dan antik bagi beberapa masyarakat Surabaya. Saya nggak tahu pasti sih, tapi beberapa kali ada komunitas motor tua menawari saya masuk komunitas.
Selain itu, setiap berkendara dengan motor Honda Astrea Prima, orang-orang selalu ngeliatin terus. Entah karena memang unik atau kasihan sama saya, mahasiswa UNESA Ketintang yang dekil ini.
Nah, berangkat dari pengalaman-pengalaman di atas, saya jadi menyadari bahwa Honda Astrea Prima ini sangat cocok buat orang-orang yang ingin menikmati jalanan di Surabaya. Bayangin, di saat semua orang tergopoh-gopoh di jalan, ndersulo, dan lain-lain, kita adem ayem aja. Badan nggak capek, kantong aman.
Penulis: Naimatul Chariro
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 5 Motor Honda yang Sebaiknya Nggak Usah Dibeli, Mending Jalan Kaki ketimbang Naik Motor Ini!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.