Belum lama ini ramai di media sosial Twitter (saya masih sulit menyebutnya X), bahwa aplikasi transportasi online, Grab, menambahkan satu fitur baru. Fitur di GrabCar itu berupa mode hening. Karena penasaran, saya mencoba mencari tahu asal muasal Grab berpikir untuk menambahkan fitur tersebut.
Selidik punya selidik, fitur itu memang disediakan pihak Grab bagi penumpang yang ingin lebih tenang dan tidak banyak diajak bicara oleh pengemudi. Mode hening ini masih dalam tahap uji coba dan sejauh yang saya tahu, baru ada di GrabCar belum diterapkan di versi roda dua.
Di aplikasi lain yang serupa, Gojek misalnya, masih belum ada fitur ini. Namun, fitur semacam ini sudah menjadi hal yang lumrah di beberapa negara, misalnya Filipina, Thailand, dan Malaysia. Fitur ini hadir karena keluhan para penumpang yang merasa risih jika diajak ngobrol oleh pengemudi.
Mode hening GrabCar ini mungkin terdengar masuk akal, tapi saya rasa hal itu terlalu berlebihan. Bahkan cenderung tidak perlu. Mengapa demikian?
Daftar Isi
Mode hening menyulitkan driver GrabCar
Mode hening menurut saya justru akan menyulitkan driver GrabCar itu sendiri. Udah bayarannya tak seberapa, mereka dituntut untuk hening. Padahal saya yakin, penumpang justru akan tidak nyaman apabila driver diam saja. Sepanjang perjalanan penumpang tidak diajak ngobrol, itu menyebalkan sekali, kan?
Saya percaya apa pun tipe kepribadian seseorang, entah introvert atau tidak, ia akan senang jika diajak ngobrol. Jujur, saya sendiri tergolong orang yang introvert sebetulnya. Tapi hal itu pelan-pelan bisa saya atasi salah satunya karena diajak ngobrol, dan orang yang mengajak ngobrol adalah driver ojek online.
Ketika saya mencari tahu, rupanya tak sedikit driver online yang justru sering mendapatkan bintang satu hanya karena tidak mengajak ngobrol si penumpang. Itu artinya masih banyak penumpang yang menganggap kalau dicuekin driver adalah sesuatu yang menyebalkan.
Mode hening GrabCar ini dibuat untuk memfasilitasi penumpang yang tidak mau diajak ngobrol dengan driver. Artinya, kendali berada di pelanggan atau penumpang. Sementara itu, driver tidak punya kendali untuk mengaktifkan fitur serupa. Padahal driver juga perlu akan hal itu. Bukan hanya penumpang yang sering dapat driver tukang tanya, driver pun tak jarang juga sama. Ini terasa tidak adil bagi driver.
Mode hening di GrabCar sebenarnya menyulitkan ketika datang ke tempat baru
Sejak bekerja dan menghasilkan uang lumayan, saya termasuk orang yang mulai sering bepergian sendiri ke luar kota. Dan saya akan mengandalkan transportasi online manakala bepergian. Saya sangat senang ketika bertemu driver yang punya semangat untuk mencoba dekat dengan penumpang dengan membuka percakapan.
Sering kali pertanyaan yang muncul, “Kerja di mana, Mas?”, “Dari mana, Mas?”, “Di sini kerja atau kuliah?” Pertanyaan-pertanyaan sederhana itu sangat penting bagi pendatang baru seperti saya. Karena dengan pertanyaan itu akan muncul obrolan yang membuat saya jadi tak lagi canggung ketika ingin bertanya apa pun tentang kota yang sedang saya singgahi.
Selain itu, menjawab pertanyaan remeh tadi juga menantang. Jika jawaban kita diketahui oleh driver, itu akan memudahkan kita. Biasanya bagi orang yang jalan-jalan seperti saya, driver juga akan memberikan rekomendasi.
Pernah suatu hari, lupa persisnya kapan, saya hendak pulang dari Semarang naik taksi online. Waktu itu hujan. Nah, sebelum ke stasiun saya ingin membeli oleh-oleh. Tak diduga si driver mencoba memberikan rekomendasi tempat untuk membeli oleh-oleh yang lengkap dan tidak jauh dari stasiun.
Bisa tahu informasi menarik
Saya sulit memahami kenapa orang malas ngobrol dengan driver ojek online maupun taksi online sampai muncul fitur mode hening di GrabCar itu. Padahal jika tidak melakukannya adalah sebuah kerugian. Sebab dari driver lah segala jenis informasi itu ada.
Kita jadi tahu banyak hal ketika ngobrol dengan driver online. Bisa rekomendasi tempat wisata, tempat ngopi, dan bahkan tempat beli oleh-oleh. Di sisi lain, kita juga bisa mengetahui pengalaman driver yang kadang kala menarik. Pernah sekali waktu saya ke Jogja bertemu driver yang punya pengalaman jadi relawan tembakau.
Sang driver cerita banyak soal pengalamannya mendampingi petani tembakau di Temanggung. Beliau juga bercerita bagaimana menghadapi tengkulak sampai mendorong anak-anak petani tembakau untuk sekolah agar tidak dibodohi para tengkulak.
Pernah juga ngobrol dengan driver yang ternyata pernah menghidupkan salah satu industri batik kecil-kecilan. Pernah juga bertemu driver yang ternyata pada malam itu cuma saya pelanggannya. Wes pokoknya macam-macam. Coba bayangkan kalau mode hening di GrabCar itu diaktifkan, sudah pasti para penumpang tidak akan tahu betapa getirnya nasib driver yang mengantarnya itu.
Ngobrol itu manusiawi
Pada akhirnya mengobrol adalah ciri khas kita sebagai manusia. Namun dengan mode hening di GrabCar itu bisa membuat kita kurang manusiawi. Ini agak filosofis, tapi menurut saya ini sangat perlu. Karena ngobrol atau tidak sejatinya tidak perlu sampai diatur apalagi difiturkan. Tanpa perlu dikasih peringatan harusnya manusia sadar. Nah, ngobrol, terutama dengan driver online pun demikian. Kalau sedang tidak mau diajak bicara tinggal bilang ke driver-nya.
Driver yang ramah pasti akan memakluminya. Lagi pula tidak ada yang tahu kapan penumpang harus berkata ke driver, pun sebaliknya. Tidak mesti di awal saja, di akhir saja, atau keduanya.
Di Twitter saya nemu video yang menunjukkan penumpang dan driver diem-dieman. Saat barang penumpang jatuh, ia turun dan memungutnya. Tapi apa yang terjadi? Si penumpang justru ditinggal oleh drivernya. Uniknya si penumpang ini tidak teriak sama sekali.
Video tersebut saya pikir tak ubahnya seperti reka adegan apabila fitur mode hening GrabCar itu ada. Dan saya rasa jika fitur tersebut ada justru akan menyulitkan. Bukan hanya bagi driver, tapi juga penumpang.
Penulis: Muhammad Arsyad
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Dosa Sopir Taksi Online yang Bikin Penumpang Nggak Nyaman.