Entah kutukan apa yang sedang menimpa negara ini, kok cobaan nggak ada selesainya. Coba kita runut beberapa pekan ke belakang saja, ada banyak banget hal-hal yang bikin pusing kita sebagai warga negara. Mulai dari kinerja DPR RI periode 2014-2019 yang bikin beberapa kebijakan ngawur menjelang masa akhir jabatannya, demonstrasi mahasiswa yang sampai menelan korban jiwa di beberapa tempat, tindakan represif aparat kepolisian pada mahasiswa dan jurnalis, hingga lambatnya pihak eksekutif dalam menangani kejadian-kejadian di atas.
Soal kinerja DPR RI yang terkesan terburu-buru dalam membuat kebijakan, ini memang dilematis. Lha gimana, dari sebelumnya sudah disinggung kalau kinerja DPR periode ini memang lambat. Selama lima tahun menjabat, dari 189 RUU target selama 5 tahun DPR baru mengesahkan 80 an UU (40% an) itupun UU yang dibentuk mayoritas adalah UU yang masuk kategori di luar prolegnas yaitu daftar kumulatif terbuka. Udah gitu, beberapa RUU yang disahkan juga problematis. Ditambah lagi, adanya RUU krusial yang harusnya segera disahkan malah dibiarkan. RUU PKS salah satunya.
Itu baru soal kinerja DPR RI. Soal demonstrasi, ini lebih pelik lagi urusannya. Mahasiswa melakukan demonstrasi sebagai imbas dari beberapa kebijakan pemerintah yang dinilai nggak karuan. Di berbagai kota, mahasiswa turun ke jalan dengan tuntutan yang secara garis besar hampir serupa. Apesnya lagi, mahasiswa yang lagi demonstrasi justru mendapat perlakuan yang represif dari aparat. Bahkan, ada beberapa mahasiswa yang sampai meninggal. Kacau banget pokoknya.
Nggak hanya mahasiswa, wartawan juga mendapatkan perlakuan represif dari aparat. Ada yang dipukul, gawainya dirampas, alat kerjanya dihancurkan, pokoknya ngawur lah kelakuan aparat pada wartawan. Udah gitu, pihak eksekutif malah mengeluarkan pernyataan yang nggak kalah ngawurnya. Bilang demonstrasinya ditunggangi lah, ada penumpang gelap lah, ada usaha penggagalan pelantikan presiden lah. Padahal juga nggak ada urusannya sama itu. Kelihatan banget cari-cari alasannya.
Maka dari itu, saya coba untuk bikin mixtape untuk menyertai perjuangan rakyat, sekaligus menggambarkan perasaan rakyat saat ini. Monggo!
1. Merah – Efek Rumah Kaca
Lagu ini jadi salah satu lagu favorit saya di album Sinestesia (2015). Lagu ini ada tiga bagian yaitu Ilmu Politik, Lara di Mana Mana, dan Ada Ada Saja. Keren sih, istilahnya ada tiga lagu dalam satu lagu. Hah, gimana? Ya pokoknya tiga lagu jadi satu gitu. Kalau bingung coba dengarkan saja.
Lirik yang paling menggambarkan gimana kelakuan DPR, aparat, dan pihak lembaga eksekutif yang sering nggak masuk akal ada di bagian Ada Ada Saja. Begini kutipan liriknya:
Ada-ada saja, sifat kawan kita
Dipelihara dan budidaya
Macam-macam saja, kelakuan kita
Semoga masih bisa bahagia
2. Fuck Tha Police – N.W.A
Lagu dari kelompok gangster rap ini memang cocok banget untuk mengekspresikan kemarahan kita pada kelakuan aparat yang represif. Grup ini digawangi oleh (alm) Easy E, Ice Cube, MC Ren, Dr. Dre, dan Dj Yella. Lirik lagu tersebut ditulis oleh Ice Cube, salah satu anggota N.W.A yang merupakan kekesalannya terhadap represi aparat terhadap orang-orang berkulit hitam pada waktu itu.
Ya meskipun nggak terlalu nyambung dalam konteks, tapi bisa lah mengungapkan kemarahan kita pada aparat yang represif. Pokoknya teriak “Fuck the police” aja kalau ada lagu tersebut dinyanyikan.
3. Kami Belum Tentu – .Feast
Lagu yang jadi opening setiap band ini manggung memang jadi anthem yang tepat. Berisi tentang kelakuan masyarakat kita yang masih nggak karua, serta sikap skeptic terhadap pemimpin negara, siapa pun pemimpinnya. Lagu ini juga menggambarkan gimana keadaan saat ini yang kalau nggak adu bacot, ya bunuh-bunuhan. Salah satu lirik yang paling mengena adalah di reff lagu ini. Bunyinya begini:
Pemimpin di esok hari
(Adakah yang cukup mampu?)
Mewakilkan suara kami
(Jelas tak ada yang tahu!)
Ada yang cukup peduli
Umat yang dikelabui
Melupakan masa lalu
(Namun kami belum tentu!)
4. Dua Ratus Dua Belas – Jason Ranti
Kritis, tapi tetap nakal. Begitu lah Jason Ranti. Ya mirip-mirip Mojok, lah. Meskipun terkesan guyon, nakal, tapi daya kritisnya masih bisa terdengar dan masih keras, terlebih dalam lagu ini. Lagu dalam album Sekilas Info ini menggambarkan kegusaran terhadap situasi saat ini, serta keacuhan terhadap penentu kebijakan yang ngawur. Terlepas konteksnya yang nggak terlalu nyambung, tapi masih bisa kok disambung-sambungkan.
Lirik paling mengena adalah:
Ada sesuatu yang ingin kulanggar
Entah peraturan, entah ketetapan
Ah, persetan dengan keadaan
Kucuri kesempatan dalam kesempitan
Semoga halal, kuyakin halal
Aku tak perlu fatwa mereka
Mana yang suci, mana yang dosa?
5. Hancur Hatiku – (alm) Olga Syahputra
Nggak perlu banyak penjelasan, karena kekecewaan terhadap negara sudah terlampir dalam lirik. Repetisi lirik dalam lagu ini menandakan kekecewaan yang sangat dalam. (*)
BACA JUGA “Konser Untuk Republik” Itu Solusi Omong Kosong atau tulisan Iqbal AR lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.