Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Misuh dan Pergaulan Anak Muda

Haryo Setyo Wibowo oleh Haryo Setyo Wibowo
26 September 2019
A A
misuh

misuh

Share on FacebookShare on Twitter

Ini sebenarnya tulisan lama. Soal kebiasaan misuh, mengumpat. Karena kemarin membahas Awkarin, jadi teringat kalo kebiasaan misuh sebenarnya tidak berkorelasi dengan kemampuan manusia menjalani takdirnya sebagai makhluk sosial.

Lha iya, Awkarin aja bisa jadi orang yang punya jiwa sosial tinggi kok.

Dalam beberapa hal, misuh justru menyenangkan dan mempererat pergaulan. Tentu saja pergaulan sesama hobi misuh, Gaess!?

_____

Kurang lebih 30 tahun silam. Duh, ga enaknya cerita mau sedikit detil itu begini. Mau mengatakan puluhan atau belasan tahun lalu kok unsur kepastiannya kurang. Kalau menyebut angka, langsung deg-degan sendiri. Cepat sekali waktu berjalan. Asuuu…

Masih SD waktu itu. Ada teman, sebut saja namanya Tri. Dia punya kebiasaan misuh “Asu”. Apa pun bisa ia jadikan alasan untuk menyebut hewan—yang bagi sementara orang—menjadi sumber protein hewani itu.

Jalan kesandung karena meleng dikit, “Asu!” Main bola terkena muka, “Asu!” Bakwan tinggal potongan terakhir untuk disuap terjatuh, “Asu!”. Bahkan, kaget karena tiba-tiba ada kucing melompat di depannya pun, “Asu!”.

Di dekatnya, tiada hari tanpa, ya benar… Asu! Saya sampe mikir, ini kalau dihitung, sehari bisa ribuan asu meluncur dari mulutnya.

Baca Juga:

Lamongan, Kota yang Tak Pernah Lahir untuk Menjadi Rumah bagi Anak Mudanya

5 Starter Pack Remaja Jompo Saat Nonton Festival Musik

Orang tuanya keras dan cenderung galak. Tapi tidak pernah sekalipun terdengar tetangga, bahkan tembok rumahnya adanya umpatan tersebut. Sudah pasti kata-kata itu hasil impor dari lingkungan pergaulannya. Kalau dari teman seumuran tidak mungkin. Saya nggak berani misuh.

Terkadang memang mencoba mengikuti. Misuh “Asu!”, setelahnya deg-degan sendiri. Merasa penuh dosa, kotor dan tidak berfaedah ?

Tapi begitu membiasakan diri kok lama-lama los. Terutama mengatakan Asu dari dalam hati. Los, aman dan menyenangkan hati. Maka sejak itu pun saya resmi mengatakan Asu sesering yang saya mau.

Tentu dibatin, karena belum ada keberanian untuk melisankan. Setelah masuk SMP, mengatakannya secara lisan terasa seperti tercerahkan. Sehari sekali sudah cukup.

Asu ternyata dapat menjadi ekspresi keakraban yang membumi. Ya secara ideal tentu tidak bagus. Tapi bagi yang tidak kaku dalam memandang hidup, mengatakan Asu ternyata menyenangkan.

Beberapa waktu lalu ada undangan rapat orang tua di sekolah anak wedok. Di satu sesi, beberapa orang tua mempertanyakan bagaimana pihak sekolah mengawasi anak didik.

Ada orang tua yang shock menemui kenyataan anak-anak di sekolah pada ngomong jorok. Dia heran sekali mereka saling panggil antar teman dengan sapaan “Anjrit”, “Njing”, “Nyet” dan seterusnya. Beberapa orang tua menguatkan pernyataan tersebut.

Padahal menurut mereka, di rumah, anak-anak tersebut bicara sopan. Seorang bapak bahkan mengatakan, di jamannya sekolah SMA, mengatakan “anjrit” atau “anjing” tabu sekali.

Saya sampe ngelus dada. Lha saya mengucapkan itu sehari-hari, Pak. Tapi melihat terlukanya bapak itu. Ini bukan soal baik dan buruk, tapi saya jadi mikir. Marah jelas haknya, dalam pikirannya mungkin generasi sekarang sangat rusak.

Padahal apa yang dia lihat sebenarnya “kewajaran” di sebuah lingkungan pergaulan.

Saya sungkan untuk mengatakan di depan forum soal “kewajaran” itu. Hal yang sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Sepanjang anak tahu bagaimana menempatkan diri kokhanya perlu disikapi biasa saja.

Saya sampai keringatan. Susah banget menahan diri untuk tidak menepis kekawatiran para orang tua yang tengah murka pada jaman. Tapi urung, lha dari pada terjadi perdebatan tidak perlu dengan ortu murid.

Begitu ke luar ruangan saya cuma bisa menyesal sambil mbatin.

“Asuu… harusnya aku ngomong”.

Intinya cuma mau omong begini, kekagetan semacam itu harus ditanggapi bijaksana. Kita hidup di jaman berbeda. Dunia pesantren sekali pun berbeda dengan puluhan tahun silam. Apakah kita akan menjerat kaki mereka? Ataukah cukup mengawasinya sambil belajar (lagi) bersama mereka?

Itu belum kalau anak anda punya instagram dan menyukai segala polah Awkarin, dari misuh sampai mabuk. Anda akan lebih bersyukur kalau anak anda dan temannya hanya sekedar saling sebut, “Njing!”

Anak saya misuh apa nggak?

Itu yang membuat saya heran. Saat saya masih begitu muda, ranum dan mereka masih kecil, mulut saya padahal hampir tanpa filter kalo sedang nyupir dan jalanan bikin stress. Dari jangkrik, jancuk, wedus, kampret dan tentu saja asu pasti keluar.

“Jancuk apa, Pak?”

Hmmm… diam lama. Kalo sudah agak sabar saya menjelaskan kalo itu kata-kata yang tidak baik.

“Maaf, besok lagi Bapak nggak ngomong gitu”.

Ya lumayanlah, mereka sudah nggak pernah dengar lagi saya ngomong asu. Kecuali ada teman sedang bertandang ke rumah. Itu asu tanpa sadar kerap keluar ?

BACA JUGA Generasi K (Keminter dan Karatan) Harusnya Berkaca Dulu Sebelum Nyinyiri Aksi Mahasiswa atau tulisan Haryo Setyo Wibowo lainnya. Follow Facebook Haryo Setyo Wibowo.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 Februari 2022 oleh

Tags: anak mudaasuawkarinJancukmisuh
Haryo Setyo Wibowo

Haryo Setyo Wibowo

ArtikelTerkait

bojonegoro mengumpat misuh sambat mojok

Seni Menjalani Hidup ala Orang Bojonegoro: Mengumpat, Bukan Sambat

11 Desember 2020
awkarin

Awkarin Aja Udah Berubah Jadi “The New Karin”, Kalian Apa Tidak Bosan Jadi Tukang Hujat Terus?

17 Oktober 2019
5 Alasan Anak Muda Jepang dan Korea Selatan Menunda Pernikahan terminal mojok.co

5 Alasan Anak Muda Jepang dan Korea Selatan Menunda Pernikahan

17 Februari 2022
toilet mal

Toilet Mal Sebagai Tempat Favorit Untuk Bercermin: Soalnya Selalu Terlihat Good Looking, sih

18 Juli 2019
car free day

Serba Serbi Car Free Day: Berolahraga, Tempat Nongkrong, dan Isu Kristenisasi

28 Juli 2019
otw

Menghargai Waktu dan Menyikapi Kata OTW Saat Membuat Janji

8 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual! Mojok.co

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual!

12 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Mensiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.