Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Militansi Pendukung Bajo Club, Klub Tarkam di Wakatobi

Taufik oleh Taufik
9 Desember 2020
A A
bahasa di wakatobi pelestarian lingkungan sepak bola bajo club wakatobi poasa-asa pohamba-hamba mojok

sepak bola bajo club wakatobi poasa-asa pohamba-hamba mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Sore itu, riuh di Lapangan Baskara Jaya tidak bisa dihindarkan. Akan diadakan final piala paling bergengsi di Tomia akhir dekade 90-an. Tim yang berjuang dan akhirnya menapak final juga bukan main-main. Dua klub yang sudah tidak bikin kaget jika akhirnya mencapai final bahkan menjadi juara sekalipun. Ada Bajo Club yang mencoba peruntungannya untuk mempertahankan gelar juara mereka tahun lalu. Ini tahun ketiga perhelatan Fefa Cup dan mereka telah menjuarainya setahun lalu. Lawan mereka adalah Tim Barado. Sebuah tim dari ujung timur Pulau Tomia yang tidak kalah punya catatan yang mentereng. Mereka mampu menumbangkan tim-tim besar. Tidak mustahil rasanya jika Tim Barado diberi julukan “Giant Killer” saat itu.

Saya bersama ayah saya duduk di salah satu pinggir gawang yang menurut prediksi ayah saya akan dijadikan gawang kesebelasan Bajo Club, tim kebanggaan kami semua, di paruh babak pertama. Di sebuh pohon telah ada baliho bertuliskan “Tim Barado Bangkit!” Sebuah yel-yel yang oleh saya yang masih umur sembilan tahun saat itu tidak paham maksudnya.

“Tim Barado bangkit? Paling juga kalah lagi ntar.” Kalimat itu pelan namun saya yang duduk dipangku ayah saya mendengar dengan sangat jelas. Para calon penonton yang duduk di dekat ayah saya mengiyakan. Padahal mereka tidak harus bersepakat. Toh analisis mengatakan bahwa segala sesuatu masih bisa terjadi. Itu jika bicara perihal kekuatan, strategi, fisik, bahkan taktik. Belum lagi bicara sihir, yang bisa saja diselipkan di mana.

Saya hanya bisa mengingat samar-samar kejadian bertahun-tahun yang lalu itu. Yang paling membekas adalah bahwa semua orang kampung saya yang berada di pesisir di seberang pulau Tomia itu berangkat mendukung tim kesayangan mereka. Ya, hampir seluruh penduduk kampung saya. Bukan karena Bajo Club mampu menembus final untuk kedua kalinya, namun arena tradisi tret-tet-tet ini semacam kewajiban yang fardhu ‘ain bagi seluruh warga kampung..

Fanatisme suporter di Tomia, terutama di kampung saya adalah hal yang mutlak adanya. Mereka tidak perlu belajar, menonton aksi, atau membaca artikel tentang cara suporter klub-klub besar mendukung kebanggaan mereka. Suporter Bajo Club adalah loyalis yang bisa dibilang menganggap sepak bola setara agama, kadang malah lebih. Gimana nggak saya bilang begitu? Jika Bajo Club sudah berlaga, pada hari Jumat misalnya, Jumatan hanyalah seremonial. Selebihnya, masjid bahkan akan mengumumkan laga Bajo Club. Belum lagi jika laga dilangsungkan pada hari selain Jumat, orang bahkan tidak akan menghiraukan panggilan azan. Panggilan untuk menonton dan mendukung tim kebanggaan punya derajat lebih tinggi.

Pun setelah Jumatan, segala macam persiapan para suporter melebihi persiapan seorang yang akan Jumatan atau mau kondangan. Bagi yang cowok, mandi, potong kumis/jenggot, potong kuku, pakai wewangian. Pun sama yang dilakukan cewek, berdandan dan segala tetek bengeknya. Perahu disiapkan untuk mengangkut pemain dan suporter. Persiapan kapal ini, saking riuhnya bahkan bisa melebihi persiapan dan arak-arakan penyambutan bupati atau gubernur sekalipun. Kalo presiden sih, nggak tahu saya. Kan Presiden belum pernah sampai ke tempat saya barang sekali.

Pada dasarnya, suporter Bajo Club tidak pernah bermusuhan atau menyatakan permusuhan dengan suporter Tim Barado yang akan jadi lawan berat di final tahun itu. Satu-satunya musuh bebuyutan suporter dan para pemain Bajo Club dan klub dari kampung saya yang eksis setelahnya hanyalah klub dari Kelurahan Onemay di pusat Kecamatan Tomia. Rivalitas klub dari daerah ini, menjadi yang paling besar dan paling awet dan bertahan hingga saat ini.

Namun, demi memenuhi gengsi bernama loyalitas, tidak akan kendor semangat menyemangati tim kebanggaan. Tidak akan terhenti hanya karena kita tidak punya perseteruan antar suporter atau antar pemain dengan Tim Barado. Hari itu adalah harinya dan kami wajib menang, apapun keadaannya, bagaimanapun caranya. Dari olok-olok dan “booo” kepada pemain lawan, melalui strategi sepak bola negatif bahkan sampai bantuan sihir sekalipun. Toh yang di seberang sebagai lawan juga melakukan hal yang sama demi merebut kemenangan, dan mengangkat trofi tentu saja.

Baca Juga:

Manajemen Tolol Penyebab PSS Sleman Degradasi dan Sudah Sepatutnya Mereka Bertanggung Jawab!

Olahraga Lari Adalah Olahraga yang Lebih “Drama” ketimbang Sepak Bola

Ini adalah final, dan suporter kedua tim harap-harap cemas dengan hasil laga tim kebanggaan mereka masing-masing. Apakah “Bajo Club memenangi Fefa Cup sebagai gelar kedua mereka”. Atau justru “Tim Barado menghentikan dominasi Bajo Club dan membawa trofi Fefa Cup ke Timu”.

BACA JUGA Andai Spider-Man Adalah Orang Wakatobi dan tulisan Taufik lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 Desember 2020 oleh

Tags: bajo clubSepak BolatomiaWakatobi
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

eden hazard carlo ancelotti luis enrique david alaba vinicius junior real madrid vs chelsea mojok

Eden Hazard Diburu Waktu

29 Oktober 2021
Bulan Ramadan Adalah Saat Pisang Ijo Menguasai Segala Jenis Takjil di Wakatobi. #TakjilanTerminal01 terminal mojok.co

Bulan Ramadan Adalah Saat Pisang Ijo Menguasai Segala Jenis Takjil di Wakatobi. #TakjilanTerminal01

13 April 2021
Sepak Bola dan Sihir Adalah Kolaborasi yang Erat Tak Terbantahkan terminal mojok.co

Membangun Stadion Berkapasitas Raksasa di Indonesia Sungguh Terasa Sia-sia

20 Oktober 2020
Hal yang Dilakukan Tsubasa Ozora hingga Taro Misaki Saat Sepak Bola Libur terminal mojok.co

Ketika Sepak Bola Disulap Jadi Arena “Tampar Pemain”

8 Juli 2019
divock origi

Divock Origi, Bukti Sepak Bola Punya Tempat Spesial untuk Keberuntungan

7 Desember 2021
Wakatobi Kejutan yang Menyenangkan bagi Orang Jawa (Unsplash.com)

Wakatobi Menawarkan Kejutan yang Menyenangkan bagi Orang Jawa

10 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.