Sebelum dikira endorse mie ayam ceker Mas Imin , saya mau menekan satu hal terlebih dahulu, tulisan ini bukan bentuk endorse ya. Tulisan ini murni hasil pengalaman pribadi menikmati mie ayam ceker Mas Imin yang terletak di Jalan Parangtritis, Bantul itu. Pengalaman yang patut untuk disebarkan ke banyak pecinta mie ayam.
Bagiku, bentuk kesempurnaan mie ayam yaitu ketika menyantapnya tanpa perlu menambah kondimen apa pun dan rasanya sungguh lezat. Tatkala menyeruput kuah mie ayam dan saat itu pula kuah yang telah lenyap ke bagian dalam tubuh terasa menggetarkan lidah. Seakan rasa tak percaya pada kenikmatan yang hakiki.
Chaos (baca: saos) saya lebih suka menyebutnya begitu dengan dalih terasa edgy, merupakan kondimen yang hadir bak penyempurna rasa mie ayam. Begitu pula dengan sambal. Tidak dengan kecap. Sebab bagiku sungguh tak masuk akal menuangkan kecap pada mahakarya bernama mie ayam. Dua kondimen tersebut berlaku untuk menyempurnakan kuah yang mungkin terasa hambar. Namun, meski begitu terkadang saya juga menuangkan chaos terhadap mie ayam. Tergantung mood.
Tanpa tambah kondimen, rasa mie ayam Mas Imin sudah juara
Sebenarnya, nama mie ayam ceker Mas Imin sudah saya dengar sejak lama. Akan tetapi, untuk mencobanya praktis mungkin baru 2 tahun belakangan ini. Dan dari dua tahun tersebut, saya tak pernah kecewa dengan cita rasanya. Berbekal pengalaman tersebut, saya sering mengajak pacar untuk mencobanya. Dan, kami berdua sepakat bahwa mie ayam ceker di sana the best.
Persis seperti yang sudah tertulis di atas. Bahwasanya definisi kesempurnaan mie ayam adalah kelezatan yang terdapat tanpa memerlukan bantuan kondimen lainnya. Dan kesempurnaan itu hadir pada menu mie ayam ceker Mas Imin.
Saya memiliki ritual dalam menikmati sajian mie ayam di manapun. Yaitu harus mencicipi kuahnya secara polosan. Dengan begitu saya akan menemukan rasa asli sang mie ayam tanpa embel-embel tag team dari chaos dan sambal macam WWE. Sebab ketika chaos ditambahkan maka rasa kuah tersebut condong pada rasa si merah menyala.
Sudah berkali-kali saya jajan di sini. Dan rasanya selalu sama. Tipikal mie ayam dengan kuah kuning yang asin gurih ini selalu menyeruak ke kulit lidah. Layaknya tinjuan Mike Tyson yang menggetarkan lawan. Pun lidah saya selalu bergetar tatkala mencicipi kuah mie ayam ceker ini. Perpaduan antara asin dan gurih ini memiliki porsinya masing-masing. Sehingga tidak terasa tumbukan rasa, untuk membuktikan mana yang lebih dominan.
Dari dulu saya memesan di sini, selalu saja mie ayam ceker Mas Imin yang keluar dari mulut. Entah mengapa. Apa gara-gara saya sudah terlalu nyaman dengan perpaduan antara ceker dan mie ayamnya. Oh iya, saya tahu warung Mie Ayam Ceker Mas Imin ini dari bude yang kebetulan rumahnya dekat dengan warung ini. Rekomendasi yang selalu disebutkan adalah mie ayam cekernya. Mungkin dari sini embrio kecintaanku pada Mie Ayam Ceker Mas Imin.
Gratis daun bawang dan timun ambil sendiri
Saya memang cukup gemar terhadap mie ayam. Sehingga saya punya sense tersendiri terhadap warung mie ayam. Dan salah satu hal lain yang membuat saya tertarik pada warung mie ayam adalah tersedianya daun bawang dan timus secara cuma-cuma.
Dan di warung mie ayam ceker Mas Imin ini sudah terdapat kotak yang berisi daun bawang serta kotak lain berisi timun. Surga. Begitulah gumamku pertama kali jajan di sini dulu. Sebab tak banyak warung lain yang menyajikannya secara cuma-cuma. Di mana saya bisa ambil sepuasnya. Tapi ya tetep tahu etika.
Bagiku ini adalah keunggulan lain di warung mie ayam ceker Mas Imin selain dari segi cita rasa.
Baca halaman selanjutnya: ceker yang terbilang …