Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Meski Terancam Diusir dari Sultan Ground, Saya (Terpaksa) Tetap Narimo Ing Pandum

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
23 September 2021
A A
sultan ground mojok

sultan ground mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Mungkin Anda bertanya-tanya, “ada masalah apa sih ini orang nulis hal negatif tentang Kraton Jogja terus?” Ya kalau masalah negatif, saya sih bukan karena masalah pribadi ya. Semata-mata saya cuma ingin bicara hal yang terlewat dari perhatian. Toh kalau bicara hal positif, sudah ada akun romantisasi Jogja yang hobi menyiarkan Jogja rasa Ubud, Jogja rasa Imbeza, dan rasa-rasa ra mashok lain.

Tapi, kalau bicara “masalah”, ada hal yang mengganjal batin saya. Mungkin bukan serta merta masalah pribadi antara saya dan Kraton Jogja. Toh saya ini hanyalah rakyat yang berpegang pada semangat narimo ing pandum. Tapi, masalah sistem feodal yang rentan konflik agraria.

Masalah tadi adalah perkara Sultan Ground (SG). Keluarga saya terlahir di tanah adat Kraton Jogja ini. Sejak eyang buyut saya hijrah ke jantung Kasultanan Yogyakarta, keluarga kami lahir dan besar di tanah yang sama. Dari eyang saya sampai saya sendiri lahir di tanah SG.

Liputan kolaborasi Project Multatuli, Jaring.ID, Tirto, dan lain-lain menggugah hasrat saya. Liputan perihal kasus pencaplokan lahan menjadi SG membuat saya teringat: eyang saya masih tinggal di tanah SG dan terancam digusur. Bahkan kami bersama seperti menanti sangkakala perataan rumah kami demi proyek estetika.

Saya lahir di Tamansari Jogja. Itu lho, istana air yang megah berdiri di samping barat Kraton Jogja. Dahulu, Sri Sultan HB II menyempurnakan mimpi sang ayah untuk membangun istana plesiran yang megah dan berada di tengah danau buatan. Sayang sekali, istana air ini hancur karena gempa Jogja tahun 1867.

Istana ini terbengkalai dan mulai ditinggali orang umum secara liar. Pada masa itu, eyang buyut saya hijrah dari daerah Mangiran yang kini berada di Bantul barat. Eyang saya pun mendaftar jadi abdi dalem Kraton dan mendapat gelar Hangga Binangun.

Pada awalnya, eyang buyut kami, beserta empat orang abdi dalem mendapat tugas untuk merawat area Tamansari serta Pemandian Ambarbinangun. Sultan HB VIII selaku pemberi mandat menggelari tim ini dengan nama Kanca Hangga serta menghadiahi hak guna tanah di Tamansari. Kanca Hangga inilah yang menjadi cikal bakal penduduk di Tamansari.

Sebagai keturunan dari Kanca Hangga, keluarga saya mendapat serat kekancingan magersari. Surat ini adalah “sertifikat” hak pakai tanah sultan ground yang diterbitkan oleh kraton. Surat ini menandakan bahwa penduduk tersebut menempati SG secara legal.

Baca Juga:

Ketika Jalan Tol Menembus Tanah Keraton: Dilema Istimewa Jogja dalam Menata Ruang

Rasanya Bermalam di Ketajek Jember, Tempat Konflik Tanah yang Hingga Kini Belum Usai

Dan seperti teorinya, yang kami peroleh adalah hak guna dari Kraton. Sejak awal memang sudah diingatkan bahwa Kraton berhak mengusir kami jika tanah tersebut dibutuhkan. Semua yang tinggal di tanah magersari Sultan Ground juga serupa. Termasuk UGM yang juga berdiri di atas Sultan Ground. Jadi kalian para adik tingkat jangan sombong, karena kampus kebanggaan kita bisa digusur kapan saja.

Meskipun demikian, kami tetap mempunyai sertifikat dari negara. Sekaligus rutin membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Inilah keunikan kami karena punya dua sertifikat dan membayar dua pajak. Meskipun pajak dari Kraton tidak berbeda dengan gaji abdi dalem, alias sangat murah. Lumayan, ada yang hal positif yang saya dapat dari Kraton.

Meskipun diakui negara, tapi kami tetap di bawah kendali Kraton. Apalagi disempurnakan dengan UU Keistimewaan yang memberi keleluasaan Kraton dalam urusan tanah Sultan Ground dan Pakualaman Ground (PG).

 Puncaknya terjadi pada 2009. Terdapat wacana bahwa lokasi Tamansari akan dikembalikan seperti semula. Alasannya agar mendapat pengakuan dari UNESCO. Wacana ini berarti kami harus siap dan ikhlas diusir dari kediaman kami. Meskipun kami sekeluarga hanya menumpang, kami juga tidak rela jika kami harus terpisahkan dari tanah tumpah darah kami.

Eyang putri saya tidak tinggal diam. Blio sampai menemui salah satu adik HB IX yang pernah menjadi teman akrab saat kecil. Semua warga yang terdampak wacana ini juga mulai panik. Memang, ada janji bahwa kami tidak serta merta digusur. Namun, ada potensi direlokasi ke SG lain yang memungkinkan. Tapi, perkara tanah dan bangunan bukan sekedar barang.

Kami lahir dan besar di Tamansari. Bahkan eyang buyut saya menjadi juru kunci. Setiap jengkal tanah dan situs Tamansari telah seperti bagian dari tubuh kami. Bisa dibilang kami ikut menyemarakkan Tamansari sebagai destinasi wisata. Eyang kakung saya juga jadi pelopor industri batik khas Tamansari. Dan saya pribadi tidak bisa lepas dari ikatan spiritual dengan istana air ini.

Paling sedih ketika melihat ikatan kuat antara kedua eyang saya dengan tanah Tamansari. Apalagi setelah eyang kakung saya mengalami dementia ringan pasca karantina Covid-19. Dalam situasi memori yang kacau, eyang saya selalu memegang senter setiap malam hari. “Biar nanti bisa mengusir orang yang mau menggusur rumahku,” ujar blio penuh takut.

Warga lain juga menanggung rasa yang sama. Setiap saat kami semua bisa tergusur dan meninggalkan tanah kelahiran. Alasannya ya karena ini tanah feodal dan estetika lebih penting dari pada harmonisnya masyarakat Tamansari. Masyarakat yang telah membangun peradaban kreatif, berseni, dan menjadi bagian dari roda industri pariwisata Jogja.

Tapi, inilah kejamnya konflik agraria. Apalagi kalau berurusan dengan tanah SG yang punya posisi unik. Mau sekuat apa ikatan saya, sedalam apa sejarah saya, sampai realitas bahwa saya sekeluarga menyandang gelar Raden dari HB II, saya tetap terancam digusur.

Seperti geger gedhen di Temon dulu, penggusuran bertabir ganti untung tidak benar-benar membuat hati ikhlas. Ikatan emosional dengan tanah tumpah darah tidak bisa dibayar. Maka saya tidak kaget kalau ada masyarakat yang bebal untuk digusur meskipun diiming-imingi ganti untung.

Tapi kalau Anda tinggal di SG, penggusuran harus diterima dengan semangat narimo ing pandum. Segala memori indah bisa dihapus dengan titah raja. Dan sampai saat saya menulis kalimat ini, saya masih belajar menerima realitas. Realitas bahwa kami hanyalah menumpang, tanpa peduli apa yang kami berikan pada tanah tumpangan kami. Belajar amorfati alias mencintai takdir sebagai calon orang yang diusir dari tanah kelahirannya. Narimo ing pandum yang menjadi narimo ing pan-doom.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 September 2021 oleh

Tags: konflik agrariasultan ground
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Rasanya Bermalam di Ketajek Jember, Tempat Konflik Tanah yang Hingga Kini Belum Usai

Rasanya Bermalam di Ketajek Jember, Tempat Konflik Tanah yang Hingga Kini Belum Usai

11 Desember 2024
Ilustrasi Dilema Jogja ketika Jalan Tol Menembus Tanah Keraton (Unsplash)

Ketika Jalan Tol Menembus Tanah Keraton: Dilema Istimewa Jogja dalam Menata Ruang

22 Juli 2025
Selama Kepemilikan Tanah Masih Dikuasai Segelintir Orang, Konflik Berdarah Akan Terus Lahir dan Dunia Makin Getir dago elos

Selama Kepemilikan Tanah Masih Dikuasai Segelintir Orang, Konflik Berdarah Akan Terus Lahir dan Dunia Makin Getir

21 Agustus 2023
5 Alasan Cikarang Bukan Kota Ideal untuk Pensiun (Unsplash.com)

Menjamurnya Rekomendasi Tempat Tinggal setelah Pensiun Adalah Gerbang Menuju Keruwetan Daerah

22 Juni 2023
Menelusuri 5 Jenis Kaos yang Sering Dipakai Pakdhe-pakdhe ke Sawah terminal mojok.co

Cieee yang Pengin Buka Sawah Padahal Dulu Sukanya Gusur Sawah

5 Mei 2020
sendi 3 Alasan Utama Mojokerto Masih Asing di Telinga Orang terminal mojok

Sendi, Desa Hilang yang Berjuang Mendapatkan Pengakuan

25 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.