Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Merayakan Hari Ayah Nasional Sebagai Anak Yatim

Iqbal AR oleh Iqbal AR
12 November 2019
A A
Merayakan Hari Ayah Nasional Sebagai Anak Yatim
Share on FacebookShare on Twitter

Entah sudah beberapa tahun saya tidak pernah peduli dengan perayaan-perayaan atau hari-hari besar. Jangankan untuk peduli, kalau misalkan saya ditanya mengenai hari-hari besar jatuh pada tanggal berapa saja, saya pasti tidak tahu. Menurut saya, orang yang selalu mengingat hari-hari besar, atau perayaan-perayaan tertentu adalah orang yang kurang kerjaan saja. Tapi tidak untuk hari ini. Saya terpaksa untuk tahu dan sedikit merayakan apa yang orang-orang rayakan hari ini. Itu pun karena saya tadi buka linimasa Twitter, dan banyak sekali yang merayakannya.

Iya, hari ini adalah Hari Ayah Nasional. Saya sendiri nggak tahu persis, kapan perayaan atau peringatan ini dimulai. Mungkin ada kecemburuan dari bapak-bapak yang merasa iri dengan perayaan hari ibu yang begitu semarak dan menguras emosi. Maka dari itu, aliansi bapak-bapak menuntut adanya perayaan serupa, yang jadilah Hari Ayah Nasional, yang kebetulan jatuh pada hari ini, 12 November 2019. Kalau urusan mengapa jatuhnya pada 12 November, ya itu saya nggak tahu ceritanya. Bisa jadi 12 November adalah hari ulang tahun ketua aliansi bapak-bapak yang menuntut tadi. Bisa jadi lho ya.

Saya nggak tahu, apakah saya adalah orang yang termasuk pantas merayakan Hari Ayah Nasional ini. Ya gimana, lha wong saya sudah nggak punya ayah, alias ayah saya sudah meninggal, alias yatim. Tapi harusnya siapa saja boleh aja sih merayakan Hari Ayah Nasional ini. Yang penting, pernah punya ayah, mau itu masih hidup atau sudah meninggal. Ya termasuk saya ini yang sudah menjadi yatim selama 6 tahun. Belum lama sih, tapi ya sama saja kan?

Bagi anak yatim seperti saya, perayaan Hari Ayah Nasional adalah perayaan yang menguras emosi, mengundang air mata, dan memicu gejolak hati. Apalagi buat laki-laki seperti saya, dengan badan besar dan wajah sangar ini. Nggak lucu juga kalau saya menangis haru karena perayaan ini. Ya meskipun bebas aja sih, mau laki-laki atau perempuan kalau mau nangis sedih, atau nangis haru ya silakan saja. Bebas. Tapi ya kalau urusan nangis dalam konteks ini, ya itu juga sangat wajar juga.

Saya nggak tahu, bagaimana cara merayakan hari ini. Apakah harus meniru perayaan hari ibu ketika saya kecil dulu, yang diharuskan bapak/ibu guru untuk memberikan bunga kepada ibu masing-masing, lalu meminta maaf dan menangis tersedu-sedu? Sepertinya sih nggak gitu ya. Para ayah sepertinya juga nggak mau diperlakukan seperti itu. Tapi jujur saja, saya belum pernah menemukan model perayaan Hari Ayah Nasional yang setidaknya bisa dijadikan template lah. Selama ini, perayaan Hari Ayah Nasional juga sebatas ucapan-ucapan saja.

Kalau untuk orang yang ayahnya masih hidup sih, enak. Ketika merayakan Hari Ayah Nasional, tinggal mengucapkan pada ayahnya masing-masing. Tapi kalau untuk seperti saya, yang sudah yatim ini bagaimana merayakannya? Mau ziarah ke makam, ya itu sudah tiap minggu. Berharap ayah datang di dalam mimpi, eh nggak datang. Makanya, bagi anak yatim seperti saya ini, perayaan Hari Ayah Nasional ini cukup menguras emosi dan air mata. Bingung mau merayakannya gimana. Ujung-ujungnya ya cuma doa saja yang bisa saya berikan. Nggak ada yang lain.

Tapi, saya nggak mau perayaan ini berakhir begitu saja. Kalau hanya berdoa, itu saya juga sudah lakukan tiap hari, tiap kali selesai ibadah. Sebagaimana lumrahnya sebuah perayaan, saya juga ingin merayakan perayaan ini, ya meskipun objek perayaannya sudah nggak ada. Salah satu cara yang akan saya lakukan, adalah saya akan berpenampilan seperti ayah saya selama sehari penuh. Terdengar aneh, tapi itu cara merayakan paling mudah dan masuk akal bagi saya.

Mengapa saya pilih cara merayakannya seperti itu, ya karena saya mirip banget dengan ayah saya (ya iya lah, anaknya). Mulai dari wajah, tinggi dan berat badan, hingga ukuran pakaian juga sama. Ya saya pakai saja pakaiannya selama sehari penuh ini, toh ukurannya sama. Makanya, saya pilih cara ini. Ya setidaknya saya merayakannya untuk diri saya sendiri lah. Cara ini juga bisa ditiru oleh teman-teman yang bernasib sama dengan saya. Supaya, perayaan Hari Ayah Nasional nggak hanya sebatas haru, tapi juga bisa seru.

Baca Juga:

Biaya Wisuda Itu Harusnya Murah, Bahkan kalau Bisa Gratis, Jangan Jadikan Wisuda sebagai Ladang Cuan!

Kok Bisa Kalian Jadi Mahasiswa Semester 14 tapi Nggak Punya Teman? Kok Bisa Kalian Nyinyirin Selebrasi Sidang Skripsi, Iri ya?

BACA JUGA Ayah adalah Pria yang Pemarah: Bagaimana Jika Sebenarnya Kita yang Kurang Memahami Bahasa Kasih Sayangnya? atau tulisan Iqbal AR lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 12 November 2019 oleh

Tags: hari ayahperayaanyatim
Iqbal AR

Iqbal AR

Penulis lepas lulusan Sastra Indonesia UM. Menulis apa saja, dan masih tinggal di Kota Batu.

ArtikelTerkait

Perayaan Ulang Tahun Adalah Pola Berulang yang Membosankan terminal mojok.co

Perayaan Ulang Tahun Adalah Pola Berulang yang Membosankan

29 Januari 2021
Kok Bisa Kalian Jadi Mahasiswa Semester 14 tapi Nggak Punya Teman? Kok Bisa Kalian Nyinyirin Selebrasi Sidang Skripsi, Iri ya?

Kok Bisa Kalian Jadi Mahasiswa Semester 14 tapi Nggak Punya Teman? Kok Bisa Kalian Nyinyirin Selebrasi Sidang Skripsi, Iri ya?

18 Maret 2024
Hari Ibu, Perayaan Penuh Cinta yang Harusnya Jadi Ajang Introspeksi Seorang Anak

Hari Ibu, Perayaan Penuh Cinta yang Harusnya Jadi Ajang Introspeksi Seorang Anak

22 Desember 2023
Buket Wisuda, Perayaan yang Goblok dan Balas Budi yang Tanpa Arti

Buket Wisuda, Perayaan yang Goblok dan Balas Budi yang Tanpa Arti

21 Oktober 2023
Merayakan Sidang Skripsi Itu Nggak Masalah, Semua Memang Pantas untuk Dirayakan!

Merayakan Sidang Skripsi Itu Nggak Masalah, Semua Memang Pantas untuk Dirayakan!

11 Januari 2024
Membaca 6 Kepribadian Berdasarkan Minuman yang Dipesan di Kedai Kopi terminal mojok.co

Semoga Mereka yang Merayakan Ultah Tanpa Izin di Kedai Kopi Itu Bernasib Sama Seperti Malin Kundang

27 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.