Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Merasa Selalu Diawasi Orang Tua yang Memiliki Akun Media Sosial

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
7 November 2019
A A
Merasa Selalu Diawasi Orang Tua yang Memiliki Akun Media Sosial
Share on FacebookShare on Twitter

Saya memiliki orang tua yang terbilang gaptek alias gagap teknologi. Bahkan pada saat hp Blackberry digunakan oleh banyak kalangan sampai dengan menjadi barang yang pasaran—hampir semua orang memiliki—kedua orang tua saya masih setia menggunakan Nokia tipe X2-01. Meski saya sudah beberapa kali mengusulkan untuk ganti hp keluaran terbaru, orang tua saya selalu menjawab dengan pernyataan yang sama, “Nggak apa-apa pakai yang ini aja, Mas. Yang penting masih bisa telfon dan SMS-an.”

Berkali-kali saya persuasif perihal upgrade hp, berkali-kali juga saya mendapat jawaban yang sama. Padahal, saya sudah sampai meyakinkan mereka, kalau ganti hp keluaran terbaru, bisa WhatsApp-an, video call, dan komunikasi bisa jadi lebih efisien dan murah. Apalagi beberapa teman ibu dan bapak sudah berganti hp, hampir semuanya menggunakan WhatsApp untuk berkomunikasi dan berbalas pesan.

Akhirnya, kedua orang tua saya mau mengganti hp-nya dengan membeli yang baru. Bukan karena ajakan saya, melainkan karena gurauan dari temannya masing-masing. Intinya sama, disampaikan oleh temannya, “Zaman sekarang masih pakai hp jadul? Ganti dong biar bisa WhatsApp-an.” Walaupun sebenarnya bukan hanya untuk WhatsApp-an, paling tidak ibu dan bapak memiliki hp baru berbasis android yang lebih paripurna untuk berkomunikasi.

Kemudian, masalah berikutnya muncul. Memang dasar tidak terbiasa bersentuhan dengan teknologi, awal mulanya ibu dan bapak kesulitan mengotak-atik hp barunya. Tentu sudah menjadi kewajiban saya sebagai anak untuk mengajarkan mereka bagaimana cara mengoperasikan hp, termasuk juga cara menggunakan WhatsApp, membuat status, menelfon, dan lain sebagainya.

Siapa sangka ibu dan bapak dengan cepat menguasai aplikasi WhatsApp. Berbalas chat sampai dengan update status pun sudah bisa. Beberapa hari setelahnya, di luar dugaan bapak berkata bahwa beliau sudah memiliki akun Facebook dan sudah menambahkan saya di kolom pertemanannya. Beliau meminta agar permintaannya segera saya terima. Akhirnya, mau tidak mau saya harus meng-iya-kan pernyataan tersebut.

Bapak menyampaikan bahwa temannya yang sudah membuatkan akun Facebook untuknya. Bahkan, bapak sudah terampil dalam membuat status, posting foto, sampai dengan berbalas komentar di status teman-temannya. Selanjutnya justru kurang mengenakan, saya merasa jadi kurang bebas bermain Facebook karena merasa selalu diawasi oleh Bapak.

Pernah suatu ketika saya update status di Facebook dengan kalimat yang tergolong kasar, lalu ada notifikasi masuk. Setelah saya cek, ternyata Bapak yang memberi berkomentar pada update status saya sebelumnya, “Mas, bahasanya dijaga. Nggak baik bilang seperti itu.” Spontan saya langsung menghapus status tersebut. Pada waktu lain, bapak bahkan langsung menghubungi saya via WhatsApp, “Mas, nggak usahlah update yang kayak gitu. Hapus aja, Mas. Nggak perlu dibahas.”

Seketika, ruang saya untuk sambat dan misuh menjadi terbatas. Itu kenapa, perlahan saya mulai meninggalkan Facebook, dan lebih aktif di Twitter—walau sering kali hanya scroll timeline, sih. Hehehe. Di lain platform, ibu pun sering kali menegur jika saya update status yang tidak-tidak di WhatsApp. Tegurannya kurang lebih sama, agar segera menghapus postingan yang baru saya update. Meski tidak serutin bapak, teguran ibu terkadang menjengkelkan.

Baca Juga:

4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Saya pun sempat berpikir, sepertinya jauh lebih tentram jika para orang tua tidak bermain media sosial. Selain karena sering kali mengomentari postingan para anak, utamanya sih ruang untuk sambat dan misuh menjadi berkurang. Padahal, jika para orang tua memahami, kami sebagai anak pun perlu wadah untuk berkeluh kesah dan berkomentar yang tidak perlu di media sosial—seperti kebanyakan pengguna lain. Selama tidak sampai merugikan orang lain apalagi menyebar hoaks, rasanya masih wajar.

Jika memang para orang tua tetap ingin bermain media sosial, sebaiknya mulai menyadari bahwa media sosial adalah ruang yang sulit dikontrol dan tidak bisa dipaksakan semua-muanya berjalan dengan baik-baik saja. Segala sesuatunya tergantung pada diri sendiri, siapa yang di-follow atau topik pembahasan apa yang diikuti, bisa dipercaya atau tidak. Lha gimana, akun yang kredibel saja bisa membuat kesalahan, kok. Jadi, memang harus ekstra hati-hati.

Pikir saya, mungkin ada baiknya para para orang tua tidak bermain media sosial agar sambat dan misuh tetap jaya di media sosial. Atau malah jangan-jangan para orang tua harus beramai-ramai membuat akun media sosial agar dapat mengontrol cuitan serta kelakuan anak-anaknya di dunia maya?

BACA JUGA Gaya Pengasuhan Orang Tua Punya Pengaruh Ke Kepribadian Kita atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 7 November 2019 oleh

Tags: Media SosialOrang Tua
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

oligarki

Saat Oligarki Media Mainstream Dihadang oleh Kekuatan Media Sosial Bersama Hashtagnya

2 Oktober 2019
Alasan Guru Malas Melakukan Pendampingan terhadap Murid Bermasalah, Takut Diviralkan Mojok.co

Alasan Guru Malas Melakukan Pendampingan terhadap Murid Bermasalah, Takut Diviralkan

21 Februari 2024
fungsi facebook fitur facebook kegunaan facebook mojok.co

5 Fungsi Facebook yang Mungkin Belum Kamu Tahu: Bisa Nonton Film sampai Main Game Online

1 Juni 2020
5 Tips Berdebat di Media Sosial agar Terhindar dari Debat Kusir terminal mojok

5 Tips Berdebat di Media Sosial agar Terhindar dari Debat Kusir

6 Agustus 2021
Pakai Jasa Paid Promote Buat Ngucapin Ulang Tahun buat Apa, sih_ terminal mojok

Pakai Jasa Paid Promote Buat Ngucapin Ulang Tahun buat Apa, sih?

23 Mei 2021
cyberbullying, kasus bullying

Banalitas Menonton Video Cyberbullying: Kita Semua Berpotensi Jadi ‘Bully’

26 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.