Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Meramalkan Nasib PDIP setelah Kenaikan Harga BBM

Moh Ridwan Litiloly oleh Moh Ridwan Litiloly
7 September 2022
A A
pancasilais pdi p pancasila PDIP mojok

Meramalkan Nasib PDIP Setelah Kenaikan Harga BBM (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Paman saya adalah seorang loyalis PDIP. Meskipun bukan pengurus partai, tapi dirinya sangat getol berada pada barisan pertama ketika ada hajatan pemilu, baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional.

Saya masih ingat betul di saat pertama saya menggunakan hak pilih saya pada 2014. Paman saya pernah mengajak untuk mencoblos capres dari partai besutan Megawati itu.”Dek, nanti kalau pemilihan jangan lupa pilih Pak Jokowi ya, dia itu didukung penuh dari PDIP, biar besok-besok kita tidak kesusahan,” kurang lebih begitulah ajakan paman saya.

Tentunya sebagai pemilih pemula, saya tidak punya kemampuan menganalisis partai, bahkan tidak mengerti apa maksud yang disampaikan paman saya. Sebagai seorang keponakan, tentu saya manggut-manggut dan mengikuti apa katanya. Apalagi sebagai orang yang dituakan dalam keluarga ibu saya, paman saya cukup didengar.

Begitu juga saat Pilpres 2019, dia masih memberi ajakan yang sama. Bahkan kali ini diajak untuk memilih caleg dari tingkat pusat hingga daerah harus berasal dari PDIP.

***

Beberapa hari kemarin, tanpa sengaja kami bertemu pada sebuah hajatan keluarga. Seperti biasanya, para ibu-ibu akan mengambil bagian di dapur untuk menyiapkan masakan, sedangkan para suami membuat forum-forum kecil sembari mendiskusikan banyak hal.

Ditemani beberapa teman sebaya, sembari ngopi, terdengar paman saya dan teman-temanya sedang mendiskusikan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi dan diumumkan oleh Presiden Jokowi pada 3 September kemarin.

Dan pastinya, karena ini bukan diskusinya para akademisi, materi diskusi pun yang seputar keluhan atas dampaknya terhadap profesi mereka. Ada yang driver ojek, nelayan, hingga petani. Sedangkan paman saya adalah seorang tukang bangunan.

Baca Juga:

Pemerintah Bangkalan Madura Nggak Paham Prioritas, Memilih Sibuk Bikin Ikon Pendidikan daripada Perbaiki Kualitas Pendidikan

Isu Ijazah Jokowi Palsu Adalah Isu Goblok, Amat Tidak Penting, dan Menghina Kecerdasan, Lebih Baik Nggak Usah Digubris!

Forum yang terbentuk di sudut tenda nikahan sepupu saya berjalan alot dan sesekali diselingi dengan candaan. Cangkir-cangkir kopi sudah terlihat berkurang isinya. Yang menarik dari semua itu bagi saya adalah ekspresi dari paman saya, seorang pendukung setia PDIP.

Dalam diskusi tersebut dirinya turut berkeluh kesah atas kebijakan kenaikan BBM. Keluhannya mirip: pengeluaran kerja bertambah, barang pokok mulai terlihat naik harganya. Meski menerima BLT, bukan berarti masalah selesai. Bantuan tersebut dirasa belum cukup, bebannya sebagai kepala keluarga tak berkurang.

Terlihat semua memiliki keluhan yang serupa. Tetapi yang membuat saya penasaran adalah, konsistensi paman saya terhadap partai idolanya sejak dulu, PDIP.

Malam harinya saya bertemu paman saya pada tempat yang sama. Dengan rasa penasaran, saya pun bertanya soal keluhannya pada diskusi sore hari dan sikapnya terhadap PDIP. Dengan raut wajah yang agak kesal dirinya hanya menjawab, “Entahlah. Kita lihat ke depannya.”

Dengan ekspresi dan jawaban yang demikian, saya rasa kecintaan paman saya terhadap PDIP sudah mulai memudar. Wajar, siapa juga yang tak akan merasakan keraguan.

***

Dalam posisi ini, untuk meramalkan posisi PDIP pada 2024 nanti, saya tidak ingin terjebak dalam sebuah kesalahan berpikir seperti yang dikatakan Jalaludin Rahmat dalam Rekayasa Sosial-nya sebagai Fallacy of Dramatic Instance, yaitu penggunaan satu-dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general.

Sikap paman saya bukanlah sebuah barometer yang bisa dipakai untuk berkesimpulan atas nasib PDIP. Tentunya karena sikap paman saya tidak dapat saya pertanggungjawabkan secara akademik.

Namun, keresahan masyarakat atas kenaikan BBM kali ini sudah bukan rahasia umum. Sampai detik ini, kita masih melihat gerakan penolakan di mana-mana. Baik itu dari politisi, akademisi, mahasiswa, buruh, hingga masyarakat umum lainya.

Tentu keputusan menaikan harga BBM, bukanlah kebijakan yang populis. Terlepas karena sudah menjadi komoditas sekunder bagi masyarakat, kenaikan BBM juga bisa memberikan efek snowball (bola salju) baik naiknya harga-harga kebutuhan pokok lainya.

Hal ini tentunya akan sangat berdampak dalam membentuk sentimen masyarakat bagi Jokowi sebagai seorang kepala negara dan mungkin juga bagi PDIP yang merupakan partai di mana Jokowi bernaung.

Hal ini juga telah diungkapkan oleh Lembaga Survei Nasional (LSN) yang merilis survei terkait kebijakan pemerintah menaikan harga BBM dan tingkat kepuasan publik kepada pemerintah. Survei yang dirilis pada Senin (5/9/2022), dilakukan pada 29 Agustus-2 September 2022 di 34 provinsi di seluruh Indonesia.

Dari data yang dikumpulkan, kurang/tidak setuju atau menolak kenaikan harga BBM 68,2 persen. Setuju terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi 23,5 persen.Tidak tahu atau tidak menjawab 8,3 persen. Penolakan dengan jumlah besar ini terjadi menurut LSN, disebabkan 3 faktor utama, yaitu: beban ekonomi pasca-Covid-19 belum pulih, akan berimbas pada harga bahan pokok, dan mempersulit masyarakat kelas bawah. Sehingga, menurut LSN, kekecewaan publik terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi tampaknya cukup berpengaruh terhadap kepuasaan publik terhadap pemerintahan Jokowi.

Mungkin benar, secara konstitusional Jokowi sudah berada pada periode keduanya, di mana terbatasi untuk maju bertarung lagi sebagai Presiden. Artinya, secara politik, dia sudah tidak berkepentingan secara langsung untuk menjaga citra personalnya di hadapan masyarakat.

Namun, Jokowi sangat melekat dengan PDIP, partai yang menemaninya semenjak meniti karier dunia politik. Selain itu, posisi PDIP kali ini adalah sebagai pemenang dan memegang pos-pos penting.

Sehingga efek ini tidak hanya berdampak kepada Jokowi secara personal, tetapi juga kepada PDIP secara kelembagaan untuk kepentingannya di 2024. Apalagi, aksi menangis yang dilakukan elit-elit PDIP pada masa kepemimpinan SBY, masih terekam dalam memori masyarakat.

Sehingga ketika berbanding terbalik pada masa kini, tentu masyarakat akan menilai bahwa air mata yang dikeluarkan Megawati, Puan, dan beberapa petinggi PDIP pada 2008 lalu, hanya sebagai sebuah drama untuk mendapatkan dukungan dan simpati publik.

PDIP harus berpikir keras untuk mengantisipasi segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi kepada mereka pada 2024. Mengembalikan dan menjaga kepercayaan paman saya, loyalis dan seluruh masyarakat, bahwa PDIP masih partainya “wong cilik” adalah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pengurus PDIP di berbagai tingkatan.

Untuk menutup tulisan ini, saya ingin mengingatkan satu teori kimia yang terkadang berlaku dalam keseharian kita. Keresahan dan ketidakadilan bisa menjadi sejenis ramuan aktif yang ketika semakin menumpuk, kemungkinan akan berinteraksi satu sama lain sampai menjadi “kekuatan perlawanan”.

Penulis: Moh Ridwan Litiloly
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Puan Maharani dan Dua Politisi PDIP Kritik Pemerintahan Jokowi? Lah, Tumben?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 September 2022 oleh

Tags: 2024Jokowikenaikan bbmkepercayaanPDIPpemerintah
Moh Ridwan Litiloly

Moh Ridwan Litiloly

Orang yang sedang dan selalu belajar untuk menjadi penulis.

ArtikelTerkait

Surat Harapan untuk Mas Kaesang: Jualan Pisang Aja Mas, Jangan Ikutan Nyalon

Surat Harapan untuk Mas Kaesang: Jualan Pisang Aja Mas, Jangan Ikutan Nyalon

21 Desember 2019
putusan sidang mk

MK Telah Memutuskan, Lalu Kita Mau Apa Setelah Ini?

28 Juni 2019
ngeyel keluar rumah

Yang Harus Dilakukan Pemerintah biar Nggak Ada Lagi Orang yang Ngeyel Keluar Rumah

25 Maret 2020
Andai Jokowi dan Tokoh-tokoh Politik Indonesia Jadi Tetangga Anda

Andai Jokowi dan Tokoh-tokoh Politik Indonesia Jadi Tetangga Anda

8 Oktober 2021
Membebaskan Kaum yang Pakai Macbook dari Stigma Gaya-gayaan doang mojok.co/terminal

Website Prakerja.org Adalah Satire yang Sebenarnya

20 Mei 2020
solidaritas rakyat

Solidaritas Rakyat Bantu Rakyat Bikin Pengin Nanya Emang Pemerintahnya ke Mana?

23 April 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.