Rumah itu tampak riuh menjelang Natal. Semua berlari turun-naik tangga, menyenggol satu sama lain, menghasilkan kegaduhan dan sisi heboh yang terlihat mengesalkan tapi jika ditilik lagi, hal-hal remeh itulah yang dicari. Lagi-lagi keluarga McCallister. Seorang polisi datang ke rumah mereka, melihat kesibukan keluarga ini dan tanpa dinyana, ia adalah salah satu komplotan ‘Bandit Basah’ yang sedang mengincar rumah tersebut.
Sebenarnya isi rumah ini hanyalah berisikan Peter McCallister sang ayah dan Kate McCallister sang bunda. Mereka memiliki lima anak yakni, Kevin, Buzz, Megan, Jeff, dan Linnie. Namun, untuk mengisi liburan Natal, Keluarga McCallister mengajak kakaknya—Frank atau yang sering disebut Kevin dengan sebutan Si Pelit—beserta keluarganya; Leslie sang istri dan lima anaknya untuk plesiran ke Paris. Oke, cerita dimulai, sesuai dengan alur yang itu-itu saja tapi anehnya tidak pernah bosan untuk disaksikan. Apa lagi jika bukan Home Alone.
Coba bayangkan, bagaimana jika keluarga ini masing-masing membuat kanal YouTube. Buzz si kakak pertama dengan badan atletisnya lantas menyapa, “Hai, guys, welcome back to my channel. Dalam vlog kali ini, aku akan olahraga bersama Audrey hihihi *cekikikan ceritanya* aku sama Audrey nggak ada apa-apa, kok! *padahal nggak ada yang nanya*”.
Kalau Kevin, tentu dengan prank-prank-nya yang spontan (uhuyyy!). Contohnya prank gold digger untuk Samantha anak kompleks sebelah di toko limun Paman Albert. Terus kakak perempuannya, Linnie, bikin video dengan thumbnails menohok: AKU GREBEK MANTAN TERUS LEMPAR BUCKET BUNGA SEHARGA SATU MILIAR KE MUKANYA! Iya, capslock semua.
Tapi sayangnya mereka hidup pada zaman jauh sebelum internet masuk dan mengubah tatanan kehidupan. Tentu saja prinsip anak belajar dan orang tua mencari uang itu adalah status quo yang tidak bisa diganggu-gugat. Dalam salah satu bagian, Kevin mengolok-olok sang paman, Frank, dengan sebutan “dasar tukang gratisan!” yang menyebabkan dirinya dihukum tidur di loteng. Nah, itu artinya Paman Frank sekeluarga ke Paris dibayari oleh Ayahnya Kevin.
Lantas, dari mana, sih, kekayaan keluarga McCallister? Apa iya mereka seorang trader profesional yang bisa menghasilkan 1.000 USD sehari tanpa meninggalkan rumah? Apa iya semua tiket ke Paris ditanggung oleh Peter McCallister? Melalui berbagai riset ketika magang di Mojok Institute, begini pemaparan saya.
Satu: Keluarga McCallister Bukan Penulis di Terminal Mojok
Iya, yang jelas bukan. Bagaimana ceritanya keluarga super sibuk dengan lima anak yang nggak bisa akur satu sama lain ini bisa menulis dengan tenang tanpa gangguan? Ya, memang ada sih, penulis yang bebas diganggu dengan suara bising tapi ide ngalir begitu saja. Tapi, ya, ini kasusnya adalah Kevin dan Buzz. Anak mbarep dan anak ragil yang nggak bisa disatukan sama sekali. Ingatkan salah satu adegan ketika Kevin dan Buzz paduan suara di Gereja? Kalau kalian benci Buzz, oke, kita satu pemikiran.
Rekor penulis terbanyak di Terminal Mojok pun sampai saat ini dipegang oleh Seto Wicaksono dengan 247 artikel per-23 Maret 2020, saya kekeuh mencurigai Mas Seto ini adalah nama penanya Patrick Star, bukan Peter McCallister. Pun setelah saya cari-cari nama “Peter McCallister” dan “Kate McCallister” di kolom pencarian Terminal Mojok, nihil hasilnya.
Dua: Peter McCallister Bukan Keturunan Orang Kaya
Bukannya suuzan dan berbicara tidak sesuai data, orang tua Peter McCallister, Nyonya Penelope McCallister, pernah menyikap siapa dirinya secara implisit. Dalam film, diceritakan Kevin sedang duduk dengan tetangganya yang merupakan pria tua yang dikira psikopat. Padahal, pria ini adalah pria tua baik yang begitu merindukan keriuhan dalam keluarga. Nah, ceritalah Kevin kepada pria tua bernama Marley ini. Katanya, ia berharap Natal tahun ini neneknya memberikan uang, bukan pakaian.
Berapa, sih, harga pakaian? Lebih praktis memang ketimbang memberikan uang untuk anak seusia Kevin. Pun jika uang, palingan juga buat main ding dong di pojokan kompleks sana. Tapi, masalahnya, Nyonya Penelope ini seringnya memberikan baju kepada Kevin bergambar Big Bird si burung kuning salah satu tokoh Sesame Street. Ayolah, Nyonya Penelope, baju begitu di awul-awul Sekaten juga ada.
Tiga: Betapa Mudahnya Keluarga McCallister Mengeluarkan Uang
Jujur saya kaget ketika membaca goodhousekeeping bahwa rumah Keluarga McCallister laku beneran pada tahun 2012 dengan harga sebesar 1,58 juta dolar. Bagaimana ceritanya, ya? Padahal kan rumah tersebut rawan kemalingan. Ah, sudahlah, orang kaya ini kadang pikirannya emang aneh-aneh. Tapi, hal ini setidaknya memberikan satu pencerahan bahwa ayahnya Kevin ini masih merawat rumah itu sampai tahun 2012. Dan, kerusakan yang diakibatkan prank anaknya ini ia tanggung mau tidak mau.
Kerusakan di basement, loteng, beberapa perabotan yang rusak, rumah pohon yang berlubang salah satu sisinya, tangga yang diberi oli, kapas-kapas yang beterbangan ke mana-mana, pintu yang ditendang hingga rak di kamar Buzz yang jatuh. Wah, sepertinya Peter McCallister harus melakukan perombakan besar untuk rumahnya. Dan dalam goodhousekeeping disebutkan, biaya pada tahun 1990—tahun film ini terbit dan Dilan jadian sama Milea—diperkirakan harganya minimal menghabiskan 1,500 dolar. Salah satu bagian awal, diperlihatkan bahwa keluarga ini membeli 10 box pizza yang masih mengelurkan uap. Si penjual pizza berkata, harganya sekitar 122,5 dolar dan bundanya Kevin mengeluarkan uang sak ucul e. Losss.
Tidak hanya sampai di sana, total keluarga yang menginap di rumah ini sebanyak 15 orang yang itu berarti mereka memerlukan 15 tiket ke Paris. Ingat nggak dialog antara Peter dan Kate ketika Kate merasa ada yang ketinggalan tapi bukan kompor (kok kayak jokesnya Pak Rama, yhaa). Dalam dialog tersebut, Kate mengatakan bahwa, “Para orang tua di first class sedangkan anak-anak di kelas ekonomi.” Berarti rinciannya begini, 11 tiket ekonomi dan 4 tiket first class dan mereka menggunakan American Airlines.
Berhubung Kate ini seorang bunda yang sangat menyayangi anak-anaknya, kok ya tega?
Pada tahun 1990, American Airlines membeli aset operasi TWA. Dan dalam penuturan web pribadinya, menimbulkan mutualisme karena maskapai mendapatkan keuntungan harga bahan bakar yang lebih rendah dan kala itu iklim bisnis sedang baik. Tentu, pengguna jasa mendapatkan servis yang sama dan harga lebih miring. Mereka mengeluarkan uang sebesar kurang lebihnya 35000 dolar.
Lima: Apa Iya Keluarga McCallister Kaya?
Kita memang mengetahui Peter McCallister dan Kate McCallister selalu ngaso di rumah. Banyak juga teori berseliweran yang mengatakan Peter seorang kriminil lah, seorang bandar sejata lah, dokter aborsi lah, dan hal-hal minor lainnya. Seperti yang sering saya lakukan, hal-hal seperti ini tuh menyebalkan, mari kita menggunakan penalaran ala-ala saya.
Pantas mereka ngaso dan santai, lha wong suasana libur Natal, tentu mereka mendapatkan jatah cuti dari kantornya. Menebak hal ini cukup tricky. Ya, berbekal pengalaman sebelumnya, kalau salah-salah menebak, kolom komentar habis dengan kata-kata makian dari para pembaca yang budiman. Makanya, mari kita sepakati, ayahnya Kevin adalah seorang pegawai. Nah!
Maka, dari mana ia bisa membeli tiket Chicago–Paris? Jawabannya adalah bukan Peter yang membeli tiket tersebut. Melainkan adiknya, Rob, yang kebetulan sukses di Paris setelah meninggalkan New York. Ditelisik lebih jauh, tujuan Keluarga McCallister ini sejatinya bukan untuk liburan, lho. Anak-anaknya saja yang menganggap liburan. Padahal, Peter dan Frank sedang diundang oleh adiknya ke Paris untuk melihat hasil jerih payahnya selama ini.
Apalagi, selama di Paris, mereka disuguhi oleh apartemen penthouse yang sangat mewah serta Keluarga Ron memiliki brownstone (itu, lho, seperti rumahnya Hey, Arnold!) yang lumayan besar di Central Park West, Manhattan. Nah, yang menjadi pertanyaan sekarang, apa sih pekerjaan Paman Rob? Dan berapa sih penghasilannya? Apa perlu saya jabarkan dan dihitung?
BACA JUGA Pesan Penting Film Home Alone yang Diputar Setiap Tahun atau tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.