Ajang kompetisi stand up comedy satu dekade terakhir ini bisa dikatakan tetap dan semakin digandrungi para generasi milenial dan gen Z. Di Indonesia sendiri ada dua ajang kompetisi Stand Up Comedy yang besar, yaitu Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) yang diselenggarakan Kompas TV dan Stand Up Comedy Academy (SUCA) yang diselenggarakan Indosiar. Saat ini SUCI telah menginjak season IX dan proses audisi SUCI IX tengah dibuka secara online.
Dengan diselenggarakannya season IX, artinya sudah cukup lama kompetisi tersebut eksis. SUCI telah melahirkan nama-nama yang cukup terkenal menghiasi dunia hiburan tanah air, mulai dari Ernest Prakasa, Ge Pamungkas, Dodit Mulyanto, Tretan Muslim, Coki Pardede, sampai Rigen Rakelna. Saya yakin dari beberapa nama tersebut ada yang Anda kenal.
Season IX ini juri-juri SUCI bisa dikatakan sama persis dengan juri-juri SUCA. Yang membedakan hanya jumlahnya. SUCA biasanya ada lima juri, sedangkan SUCI hanya tiga juri. Lalu, yang menjadi pembeda lainnya hanyalah Om Indro Warkop. Om Indro biasanya hanya menjadi juri di SUCI, tidak di SUCA.
Tahun ini dengan absennya Om Indro menjadi juri dan digantikan Abdel Achrian menjadikan formasi juri sama persis dengan juri SUCA, yaitu Abdel Achrian, Raditya Dika, dan Pandji Pragiwaksono. Wah, apakah ini sebuah kontrasepsi, eh konspirasi? Hahaha, saya rasa enggak.
Tahun ini audisi SUCI sungguh sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Selain karena dilakukan secara online, ada sistem lain yang sangat mencolok. Season IX ini untuk peserta yang dianggap lucu bisa mendapatkan salah satu tiket berikut Golden Ticket atau Ultimate Ticket.
Golden Ticket diberikan pada peserta yang lucu untuk lanjut ke seleksi tahap selanjutnya. Kalau di Indonesian Idol lanjut babak eliminasi satu, kalau lolos lagi lanjut eliminasi dua, dan tahap-tahap lain yang cukup banyak.
Sedangkan Ultimate Ticket adalah tiket yang bisa dikeluarkan juri ketika peserta dianggap memiliki kelucuan yang di atas rata-rata peserta lainnya. Spesialnya, peserta yang mendapat Ultimate Ticket ini akan otomatis langsung lolos babak utama.
Ibaratnya kalau dapat Ultimate Ticket di Indonesian Idol itu dari audisi langsung ke babak spekta 14 besar. Nggak perlu ikut proses tahap-tahap selanjutnya, kayak eliminasi satu, dua, show case, dan tahap lainnya. Gimana wenak banget, nggak tuh?
Lucunya, beberapa peserta yang mendapatkan Ultimate Ticket ini adalah para mantan peserta dari ajang saingan, SUCA. Yah, cuma nyebrang stasiun TV aja dong. Hahaha. Eh, tapi nggak hanya dari jebolan SUCA kok, ada juga peserta yang beberapa tahun silam merupakan seorang stand up comedy anak- anak alias Junior. Tapi, baik dari jebolan SUCA maupun yang lain ada satu hal yang sama, yaitu sama-sama sudah dikenal juri. Hohoho.
Menurut saya pemberlakuan sistem Ultimate Ticket dalam audisi SUCI itu kurang adil. Juri hanya melihat audisi peserta kawakan yang sudah dikenalnya hanya sekali, lalu memberikannya tiket tersebut untuk langsung lolos ke babak utama. Satu sisi mungkin peserta tersebut sudah dikenal juri dan mungkin memang hebat. Di sisi lain, audisi SUCI tersebut secara tidak langsung menghambat peserta-peserta baru yang ingin lolos babak utama SUCI untuk berkembang dan terkenal.
Abaikan sejenak soal Ultimate Ticket, soal Golden Ticket aja kadang juri cukup tidak adil. Beberapa peserta yang tidak cukup lucu saat audisi tetap diberikan Golden Ticket. Kenapa? Mungkin ini ada hubungannya sama orang dalam.
“Gue tahu ini orang lucu, dia punya materi yang lebih lucu dari materi audisi ini, nggak tahu kenape hari ini nggak lucu, jadi gue mau kasih kesempatan.” celetuk salah satu juri yang kemudian disetujui juri lain. Nah, dari cara juri memberikan Golden Ticket di audisi SUCI saja memunculkan pertanyaan, sistem lolos peserta itu dilihat saat audisi langsung atau masa lalunya? Ehem!
Pertemuan peserta audisi kawakan jebolan ajang TV sebelah maupun yang sudah cukup sering malang melintang di TV ini dengan juri ibarat pertemuan pelamar kerja dengan HRD. Udah saling kenal, HRD tahu kemampuan sang peserta, langsung diambillah untuk menempati suatu posisi. Mungkin istilahnya rekomendasi ya.
Hal ini sebenarnya sah-sah saja jika “lowongan” yang tersedia bersifat tertutup. Kalau dibuka untuk umum buat apa kalau yang lolos dan pasti kerja adalah orang-orang tertentu?
Audisi SUCI tahun ini menurut saya sudah tidak asyik lagi. Komunitas Stand Up Comedy Indonesia sudah semakin banyak. Setiap kota memiliki komunitas. Ribuan orang berjuang susah payah untuk mendapatkan Golden Ticket, tapi harus mengelus dada karena sebagian jatah Golden Ticket maupun Ultimate Ticket sudah di-booking orang-orang lama.
Orang-orang baru yang berjuang keras meningkatkan skill stand up-nya harus kalah saing dengan orang-orang lama yang kenal orang dalam. Istilah yang mungkin tidak enak, tapi menurut saya memang seperti itu. Tidak setuju tidak apa-apa.
Entah apakah Kompas TV malas mencari komika-komika atau ingin menampilan season spesial yang isinya komika lama. Hanya Kompas TV, juri, dan Tuhan yang tahu.
Semoga apa pun sistem audisi SUCI yang diterapkan kali ini, nantinya mereka tetap menyuguhkan tontonan yang menarik. Sukses terus SUCI IX. Saya akan tetap nonton dan siap tertawa. Seperti kata Warkop DKI. Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang.
Sumber gambar: YouTube Stand Up Comedy Kompas TV
BACA JUGA 7 Penampilan Komika Paling Kompor Gas di Panggung SUCI Kompas TV