Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Lah Kocak, Menumpas Radikalisme Kok Pakai Aturan Jangan Bercadar Dan Bercelana Cingkrang

Tazkia Royyan Hikmatiar oleh Tazkia Royyan Hikmatiar
2 November 2019
A A
Lah Kocak, Menumpas Radikalisme Kok Pakai Aturan Jangan Bercadar Dan Bercelana Cingkrang

https://unsplash.com/photos/F7ItsN8ma6Y

Share on FacebookShare on Twitter

Begini, nih, repotnya kalau dwifungsi ABRI secara halus justru mulai menguat di pemerintahan yang seharusnya tidak menganut paham lama yang sudah jelas banyak boroknya. Sampai akhirnya Jendral TNI yang bernama Fachrul Razi pun bahkan mengisi kursi kementrian agama. Padahal, hm, kalau dilihat sekilas, kan, enggak ada agamis-agamisnya. Katanya, tugas utama Fachrul menduduki kursi mentri agama adalah untuk menumpas radikalisme yang sedang tumbuh pesat di Indonesia.

Bayangkan! Sudah sejak awal, rezim yang baru dilantik bulan lalu ini sudah mengakar dari pikirannya, bahwa agamalah otak dari radikalisme. Tidak usah terbawa suasana dengan omongan palsu mereka yang mengatakan berkali-kali, kalau Islam tak ada hubungannya dengan radikalisme, termasuk apa yang dikatakan Kapolri baru pengganti Tito Karnavian.

Lihat saja bukti konkretnya. Bukannya mendamaikan antaragama yang ada di Indonesia, belio malah membuat kegaduhan dengan kekonyolannya melarang yang bekerja di pemerintahan untuk bercelana cingkrang untuk pria, dan memakai cadar untuk wanita. Di mana menenangkannya kaum beragama dengan aturan itu?

Pelarangan itu jelas memojokkan karena beberapa ormas Islam, menganggap bahwa bercelana cingkrang dan bercadar itu adalah nyunnah. Di mana ada agama yang hidup di negara demokrasi yang tidak marah jika anjuran anutannya dilarang di negara itu? Jangankan di negeri demokrasi, di negeri yang otoriterianisme saja sudah panas hati mereka.

Lagipula, apa hubungannya menteri agama dengan penumpasan radikalisme? Fokus utama menteri ini sedari awal memang sudah kabur. Hal itu jelas sudah mengindikasikan bahwa rezim saat ini terlalu baper dengan isu radikalisme yang utamanya ditujukan kepada umat Islam. Akibatnya, aturan-aturan kocak ini bermunculan di media.

Radikalisme itu lahir dari pemahaman yang keliru terhadap sesuatu. Bukannya mencoba membuka pemahaman yang lebih baik untuk orang yang terpapar radikalisme itu, belio ini justru malah menghubungkannya bukan dengan -isme, tetapi lebih pada “budayanya” dalam berpakaian. Kan, kocak!

Apa belio pikir dengan pelarangan bercadar dan bercelana cingkrang, para manusia yang terpapar radikalisme itu jadi sembuh -isme radikalnya? Tentu saja tidak! Malah bisa-bisa mereka tambah marah karena apa yang mungkin mereka anggap wajib dihalang-halangi. Ngajak perang, lah, itu!

Aturan kocak itu sama dengan aturan beberapa kampus. Di kampus saya, dulu dilarang untuk berambut gondrong. Aturan itu jelas kocaknya. Apa hubungannya proses kuliah dengan rambut panjang? Atau beberapa dosen bahkan menganggap orang gondrong itu tidak menggambarkan “keintelektualan”. Ha! Padahal, sejak kapan intelektual dan tidak intelektualnya manusia dipandang dari rambut, tetapi tidak dipandang dari pemikirannya?

Baca Juga:

Pelajaran dari Kasus Saksi Yehuwa yang Dicap Radikal Karena Tolak Hormat Bendera

Selain Terpapar Radikalisme, Pemerintah Perlu Sediakan Situs Pelaporan bagi PNS yang Malas dan Ketus

Aturan-aturan konyol model begini, tuh, mudah sekali dibantah. Seharusnya belio berkaca pada aturan lebay nan memaksakan beberapa kampus ini. Biar enggak malu-maluin! Barangkali kampus model begini juga sudah terlalu kuno pikirannya, bahwa kampus terbaik adalah yang gedungnya paling tinggi, paling megah. Enggak apa-apa kualitas intelektualnya rendah, tetap hitungannya kampus terbaik!

Sama kayak Jokowi yang terus-terusan fokus bangun infrastruktur. Papua ricuh juga hal yang pertama dilakukannya adalah perbaikan-perbaikan infrastruktur, bukan pada akar masalahnya kenapa justru Papua jadi kacau.

Barangkali memang memandang pimpinannya, belio lebih memilih untuk yang penting, ‘kerja, kerja, kerja!’ saja dulu. Yang penting kelihatan kerja meskipun kerjaannya sungguh tak menyelesaikan apa pun, karena tak mau mereka menyentuh akar-akar permasalahannya. Menumpas masalah hanya yang paling kelihatan saja, biar dilihat masyarakat kalau pemerintah ada kerjanya.

Hal ini berlaku untuk toleransi terhadap semua agama yang ada di Indonesia. Bukan berarti boleh, jika nanti menteri agama mewajibkan semua wanita yang ada di Indonesia memakai jilbab. Itu jelas tidak bisa dilakukan, karena menghancurkan keharmonisan beragama di Indonesia. Jelasnya, pemerintah harus mulai berhati-hati dalam mengeluarkan pelbagai kebijakan. Jangan sampai aturan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai agama yang bisa direpresentasikan bermacam-macam.

Belum lagi dengan menguatnya dwifungsi ABRI ini, bagi beberapa orang seperti dilemparkan ke lintasan waktu. Beberapa orang merasa kembali ke rezim orde baru yang sempat melarang siswa sekolah untuk berjilbab saat difoto ijazah, karena mesti terlihat telinganya. Kalau enggak lepas jilbab, ya, enggak dapat ijazah.

Kalau tetap bercadar dan bercelana cingkrang di lingkungan pemerintahan, ya, dikeluarkan. Sama, kan, dengan kasus di atasnya? Jangan-jangan …

BACA JUGA Poso dan Pengalaman Menjadi Terduga Teroris atau tulisan Tazkia Royyan Hikmatiar lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 November 2019 oleh

Tags: Fachrul Razimenteri agamaRadikalismewanita bercadar
Tazkia Royyan Hikmatiar

Tazkia Royyan Hikmatiar

Lahir sebagai anak kelima dari enam bersaudara, alhamdulilah lahirnya di bidan bukan sama orang pintar daerah Bandung. Setelah tahu bahwa kata ternyata bisa membuat dia bahagia, akhirnya saya memutuskan untuk mendalami sastra di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Sempat mengikuti banyak komunitas kepenulisan, namun sekarang lebih fokus bekerja untuk keabadian di Pers Mahasiswa Poros UAD. Saya bisa dihubungi lewat WA di 088216427712

ArtikelTerkait

gus dur

Gus Dur dan Radikalisme dalam Kacamata Kemanusiaan

25 Oktober 2019
Jalur 'PNS Titipan' Sudah Mulai Punah dan Semoga Saja Tetap Begitu terminal mojok.co

Selain Terpapar Radikalisme, Pemerintah Perlu Sediakan Situs Pelaporan bagi PNS yang Malas dan Ketus

13 November 2019
poligami, walimah syar'i

Walimah Syar’i, Eksistensi Islam Dalam Sebuah Resepsi

29 Juli 2019
identitas

Identitas

20 Agustus 2019
hotel mumbai

Belajar Radikalisme, Kedamaian, dan Kemanusiaan Lewat Hotel Mumbai

22 Juli 2019
Walau Sempat Berseteru karena Warnanya Sama, Bendera Indonesia dan Monako Beda di Banyak Aspek terminal mojok.co

Pelajaran dari Kasus Saksi Yehuwa yang Dicap Radikal Karena Tolak Hormat Bendera

30 November 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.