Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Menuduh Anomali Padahal Kita Juga Anomali

Allan Maullana oleh Allan Maullana
17 Juni 2019
A A
anomali penumpang kereta api

anomali penumpang kereta api

Share on FacebookShare on Twitter

Sepuluh hari masa libur lebaran telah berlalu. Saya kembali bekerja. Berangkat pagi, pulang malam. Dua belas jam berada di luar rumah: 8 jam bekerja, 1 jam loyalitas di tempat kerja, dan sisanya adalah waktu tempuh pergi dan pulang bekerja dengan menggunakan KRL.

KRL adalah moda transportasi yang masih menjadi prima sulistya primadona. Harganya murah dan kapasitas angkutnya cukup mumpuni. KRL menjadi tempat di mana orang-orang minim interaksi. Orang-orang bergerak cepat, selalu bergegas, dan serba terburu-buru. Berjalan dengan kepala tertunduk sambil memegang ponsel dan menggendong tas di dada.

Setiap orang sudah punya kesibukannya masing-masing. Juga mesra bersama gawainya masing-masing. Dalam gerbong KRL yang dipenuhi penumpang ada suara iklan di MacroAds, suara-suara imbauan keselamatan, informasi tujuan akhir KRL, dan informasi pemberhentian di tiap stasiun. Semua itu diudarakan bukan hanya sekadar untuk pengumuman belaka. Tetapi juga untuk memecah kesunyian.

Beberapa hari belakangan ini memang KRL nampak penuh dengan mengangkut penumpang yang bukan para pekerja. Ya, penumpang KRL seperti ini, bukan penumpang harian layaknya buruh kapitalis macam saya. Mereka ada di setiap musim liburan sekolah masih panjang atau biasanya hadir saban akhir pekan.

Rombongan penumpang ini biasanya suka merumpi, ribet membawa anak-anak, serta bercanda dan tertawa lepas tanpa melihat situasi juga kondisi. Penumpang seperti ini selalu berhasil membuat KRL yang biasanya sunyi berubah menjadi ramai dan penuh dengan gegap gempita.

Ramainya itu bukan disebabkan karena takut anaknya nggak bisa nafas atau tertinnggal, tidak lain dan tidak bukan, karena mengobrol sepanjang perjalanan atau sambat dan mengucap kata yang uwuwu kalau tiba-tiba KRL tidak bisa tancap gas dan berhenti dengan mulus.

Lain hari akun resmi KRL membagikan imbauan mengenai volume suara penumpang saat mengobrol di dalam KRL. “#RekanCommuters dalam perjalanan KRL selalu ada sesama pengguna yang merasa lelah dan ingin beristirahat. Mari bertoleransi salah satunya dengan mengurangi volume suara kita.” dan di dalam poster imbauan tersebut bertuliskan “MENGOBROL BERSAMA TEMAN/KELUARGA memang menyenangkan, tetapi selalu ingat pelankan volume suara mengobrolmu jika berada di dalam kereta.”

Bagi saya mengobrol memang menyenangkan. Tetapi bagi sebagian orang mengobrol sepanjang perjalanan masih dianggap mengganggu meskipun volume suara sudah pelan. Ya, padahal volume-nya biasa saja. Selayaknya orang mengobrol. Lalu orang-orang yang sedang mengobrol ini, orang-orang yang sedang menjadi manusia sesungguhnya, dianggap anomali oleh orang-orang yang betah tertunduk memandang layar kaca ponsel selama berjam-jam dalam keramaian.

Baca Juga:

Cari Kerja Memang Susah, tapi Bertahan di Lingkungan Kerja Toxic Juga Nggak Ada Gunanya

Stasiun Palur Karanganyar, Stasiun Kecil yang Mengabaikan Kenyamanan Penumpang. Mengecewakan!

Sialnya, orang-orang yang terdiam, tertunduk, dan telinganya disumpal headset ini merasa terganggu. Konsentrasi pada ponselnya menjadi pecah. Kemudian menuduh satu rombongan penumpang yang sedang riang gembira itu sebagai perusak suasana. Lalu menyematkan julukan sebagai “lenong KRL”. Lucu: engga. Berisik: iya.

Tunggu-tunggu, perkara berisik, apa kabarnya suara MacroAds yang kencangnya ­astagfirullah, volume headset sudah hampir full masih bisa terdengar? Yakin deh, banyak yang sebenarnya nggak nyaman, tapi ya, mau gimana lagi. Suka atau tidak suka harus tetap mendengarkan.

Orang-orang yang dijuluki lenong KRL itu sebenarnya menjadi sebuah oase dalam ruang-ruang yang padat, kaku, dan sunyi. Apa salahnya satu kelompok ini mengobrol, bercanda, tertawa lepas, sampai mengganggu kita. Kita dengan ponsel yang selalu terborgol dengan tangan juga kerap mengganggu kenyamanan mantan penumpang lain.

Tanpa sadar, saking terfokusnya dengan ponsel, punggung kita sedikit bersandar di punggung orang lain. Sedikit atau tidak, ya tentu saja berat badan kita ditopang oleh orang lain. Please, tolong ya, Bhang Rojak. Berat tau, kaya badan Ente~

Tanpa sadar, saking asyiknya dengan musik di headset, kita bergelayut pada pegangan tangan yang menggantung. Mirip Kliwon miliknya Si Buta dari Gua Hantu. Untung aja nggak sampai nge-dance. Jelas, badan kita yang menyenggol orang di kanan-kiri cukup mengganggu. Udah deh, Bhang Rojak. Senggol lagi, bacok nih~

Dengan kita seperti itu, kok, bisa-bisanya kita malah sok superior dibanding sekelompok orang yang kita cibir lenong KRL itu. Seolah ada keganjilan yang nyaris tak masuk akal pada diri kita ketika merasa terganggu. Ya ampun, hidup di hutan aja kalau mau sunyi dan sepi. Biar mendapatkan kesunyian yang lebih haqiqi. Sesunyi hatimu yang ditinggal kawin. Kamu! Iya, kamu, Bhang~

Saya sebagai buruh kapitalis yang merasa kurang liburan dan kurang hiburan, jika sedang menyimak apa yang kita sebut lenong KRL ini, saya malah menjadi terhibur. Terkadang memang ada obrolan dan bercandaan yang lucu. Masuk, lah ya, dalam standar humor saya yang rendah ini. Terkadang kita mendengarnya jadi cengangas-cengenges. Tetapi kalaupun nggak lucu, minimal dari apa yang kita lihat dan dengar bisa menjadi sebuah cerita seperti ini.

Melihat itu semua, orang-orang memang tampak diam. Tapi Sebetulnya tidak diam, lantas ketergangguannya itu ditumpahkan ke media sosial. Ngedumel ini dan itu sambil mention akun si penyedia jasa KRL. Padahal menegurnya secara langsung jauh lebih efektif. Lah gimana, itu di depan mata kita sendiri, kok. Kita pula yang ada di lapangan dan secara langsung merasa terganggu. Tegur saja!

Ngapain juga mention akunnya KRL, paling-paling cuma dapat jawaban templat yang kesannya cuma salin-tempel dari jawaban keluhan-keluhan yang lain. Nggak ngefek kali, Bhang~

Dalam satu gerbong yang kadang pepesnya minta ampun ini diisi oleh puluhan, bahkan ratusan manusia. Tetapi manusia-manusia ini tidak ada yang menegur apa yang diresahkan secara langsung kepada pelaku di dunia nyata. Tidak ada manusia yang bersuara satu pun. Dari ratusan manusia yang berjubel di KRL, semua tenggelam dalam dunia maya. Jadi, siapa sih yang sebenarnya anomali? Jawabannya tergantung ada di sudut mana kita berada.

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2022 oleh

Tags: Anak KeretaAnomalicari kerjaKehidupan Kota
Allan Maullana

Allan Maullana

Suka terbangun pada pukul 04.12 AM

ArtikelTerkait

Cari Kerja Memang Susah, tapi Bertahan di Lingkungan Kerja Toxic Juga Nggak Ada Gunanya

Cari Kerja Memang Susah, tapi Bertahan di Lingkungan Kerja Toxic Juga Nggak Ada Gunanya

30 Oktober 2025
driver ojol

Curhatan Seorang Sarjana yang Melamar dan Bekerja Sebagai Driver Ojol

29 Juli 2019
jurusan pendidikan

Jangan-Jangan Jurusan Pendidikan Cuma Dijadiin Hiasan Doang di Kampus

30 Juli 2019
gaji pertama

Perlu Nggak Sih Traktiran Gaji Pertama Itu?

18 September 2019
Cara Mengikhlaskan Buku yang Telah Dimaling Orang-orang Laknat mojok.co/terminal

Apa Salahnya Baca Buku di KRL

5 Juli 2019
resign

Bagi Para Karyawan, Semua Akan Resign Pada Waktunya

19 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.