Mari kita mulai berenang dalam celoteh saya yang tidak panjang ini. Beberapa minggu yang lalu saya kembali menyandang status jomblo. Sebuah kesepakatan saya ambil bersama mantan kekasih untuk berpisah. Karena hal tersebut adalah sebuah kesepakatan, maka tak perlu saya jabarkan alasan kami berdua berpisah. Lagian saya tidak mau curhat terlalu dalam dan terjatuh terlalu dalam.
Menyandang kembali status jomblo kali ini membuat saya merasakan sesuatu yang berbeda. Ada sesuatu yang mengingatkan saya kepada seorang pemikir kawakan Jerman yang sampai akhir umurnya dia masih menyandang status jomblo, Nietzsche namanya. Saya teringat akan konsep Übermensch atau Superman atau kita sepakati saja dalam tulisan ini disebut sebagai Adi Manusia.
Beberapa hal yang saya cerna mengenai Adi Manusia menurut Nietzsche adalah sebuah tujuan hidup manusia yang mempunyai kehendak untuk berkuasa yang bisa dijadikan semangat untuk mengatasi masalah dalam diri. Menyandang kembali status jomblo, seperti menemukan konsep adi manusia menurut saya, yang tentunya mengekor dari pemikiran Nietzsche. Ini benar-benar muluk-muluk, tapi tidak ada salahnya kan? Lha wong membayangkan makan malam bareng Chelsea Islan saja boleh kok.
Menyandang status jomblo kali ini serasa makin berat bagi saya. Bukan karena hantaman olok-olok dari berbagai sisi tapi lebih pada tugas berat Adi Manusia yang saya temukan dalam sebuah ke-jomblo-an. Mari membayangkan, seorang yang menyandang status jomblo tentunya akan mengatasi berbagai masalah sendirian. Tak ada kekasih atau gebetan yang menemani ketika ada masalah dalam diri. Seorang dengan status jomblo harus memberikan sebuah nilai bagi dirinya sendiri tanpa harus menengok kembali pada kenangan-kenangan pahit manis yang dulu pernah dijalani.
Seorang jomblo harus benar-benar mengolah gejolak yang muncul dalam dirinya dan menghadapi kehidupannya sendiri tanpa kasih sayang dan cinta. Segalanya harus dan wajib dijalani tanpa gentar. Seorang jomblo harus makan, mencuci, bahkan tidur sendirian. Ada sedikit celah untuk memandang jomblo sebagai Adi Manusia. Karena Adi Manusia adalah konsep dimana mentalitas tuan menjadi sebuah pegangan hidup. Maka kehendak untuk berkuasa harus dimulai dari diri sendiri.
Jomblo secara tidak langsung mengamini konsep mentalitas tuan, karena apa yang disebut sebagai mentalitas tuan adalah menjalani apapun sesuai kehendak tanpa intervensi apapun. Sebagai seorang jomblo, saya mau ngelirik kemana pun, tak perlu takut dimarahin pacar. Mau godain siapa pun tak perlu takut ancaman berpisah. Mau melakukan apapun tak perlu memikirkan ‘apakah dibolehkan oleh pacar atau tidak?’. Jomblo bebas melakukan sesuatu sesuai kehendaknya.
Selain itu menurut Nietzsche, Adi Manusia juga harus bisa membebaskan diri dari gempuran sosial dan melepaskan dogma yang ada, karena doktrin akan menyulitkan manusia untuk mengenali dirinya sendiri dan mengarahkan manusia pada mentalitas budak. Maka sampai di sini saya mulai berpikir ulang untuk kembali menyandang status berpacaran. Jika menjadi jomblo bisa membebaskan seorang manusia dan bisa menjadikan saya lebih punya otoritas akan diri sendiri, mengapa saya harus bersusah payah mencari pacar. Karena memang hidup seperti yang dikatakan oleh Nietzsche: “Tak ada fakta, yang ada hanya tafsir.”
Untuk memperkuat bahwa menjadi jomblo adalah mengamini konsep Adi Manusia Nietzsche, saya harus lepas dari pandangan masyarakat bahwa menjadi seorang jomblo bukanlah sebuah kekurangan, bukan juga menjadi rendah dalam strata sosial. Karena hal tersebut hanyalah konstruksi dari society yang dijadikan dogma. Melawan berbagai hal tersebut tentu tidak mudah bagi saya, tapi jika memahami konsep nihilisme Nietzsche bukan tidak mungkin hal tersebut bisa terjadi.
Nihilisme menurut saya bukan hanya tentang ketuhanan dan tetek bengek yang menyertainya. Melepaskan berbagai anggapan-anggapan miring tentang jomblo menurut saya secara mendasar juga termasuk konsep nihilisme. Karena dengan melepaskan konstruksi yang sudah dibentuk oleh masyarakat tentang jomblo akan memunculkan sebuah kekosongan nilai-nilai yang berlaku. Saya rasa Nietzsche juga berpikiran seperti itu deh. Coba saja cari kisah cinta tragis yang dialaminya. Jangan dikira filsuf gak bisa galau ya.
Dari datangnya kekosongan nilai-nilai tersebut muncullah Adi Manusia menurut Nietzsche. Dalam hal ini jomblo memiliki potensi besar disebut sebagai Adi Manusia. Dengan melepaskan diri dari berbagai konstruksi yang diciptakan masyarakat, jomblo akan melepaskan kelemahan-kelemahannya. Dengan melepaskan kelemahan tersebut, seorang jomblo akan menjadi seperti sosok yang Adi Manusia yang disampaikan Zarathustra di tengah pasar. Jomblo akan menjadi sosok yang menentukan sendiri makna dan tujuan hidupnya, sebagai pengganti dogma yang sudah dikonstruksikan masyarakat.
Karena bisa dibilang konstruksi miring terhadap status jomblo adalah perbuatan yang bengis dan keji. Sedangkan menurut Nietzsche, Adi Manusia adalah sosok yang dimaksudkan untuk membebaskan serta melawan perbuatan bengis tersebut. Adi Manusia adalah sosok yang bisa mengembangkan apa yang ada dalam dirinya secara penuh untuk merangkul kehidupan. Begitulah jomblo saya pahami, menjadi jomblo adalah urusan melawan dan mengembangkan potensi diri tanpa harus terperangkap dalam konstruksi-konstruksi miring yang sudah terlanjur muncul dalam masyarakat.
Menjadi jomblo adalah memberikan jalan pada ‘kehendak berkuasa’ untuk tumbuh dalam diri. Menjadi jomblo adalah menjadi Übermensch/Adi Manusia. Seperti yang disampaikan Nietzsche melalui Zarathustra:
“Lihatlah, aku mengajarkan Übermensch kepadamu.
Übermensch adalah makna dunia ini. Biarkanlah kehendakmu berseru. Hendaknya Übermensch menjadi makna dunia ini.”
Seperti itulah hal yang saya rasakan ketika menyandang kembali status jomblo. Hal tersebut walaupun berat tapi membuat saya semakin mantab untuk menjalani kehidupan ini sebagai seorang jomblo. Maka, jika mempunyai pacar dianggap sebagai sebuah eksistensi manusia, segera hal tersebut harus dilawan agar konsep Adi Manusia dalam status jomblo semakin kuat. Saya harap para jomblo sedunia bisa menyatukan tekad serta merapatkan barisan untuk menjadi sosok Adi Manusia, sampai pada saatnya nanti kalimat ijab dan qobul diucapkan.