Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Menikmati Ramadan Sebagai Mahasiswa Rantau

Nurul Arrijal Fahmi oleh Nurul Arrijal Fahmi
22 Mei 2019
A A
mahasiswa rantau

mahasiswa rantau

Share on FacebookShare on Twitter

Bulan Ramadan menjadi bulan yang sangat dinantikan dan selalu disambut dengan sukacita oleh seluruh umat Islam. Promo diskon kurma untuk takjil berbuka, iklan sirup di TV, hingga kesibukan menyiapkan buka bersama mulai dari bukber alumni TK hingga SMA, menjadi hal yang rutin ditemukan menjelang bulan puasa. Ramadan juga menjadi bulan menikmati kebersamaan bersama keluarga. Menikmati buka puasa di meja makan bersama keluarga menjadi kebahagiaan tersendiri pada bulan puasa. Akan tetapi, hal itu tidak dirasakan mahasiswa rantau.

Di saat orang-orang menjalani puasa bersama keluarga yang dicintainya, kami disini justru disibukkan dengan padatnya agenda kuliah, tugas yang menggunung, hingga sulitnya ujian yang senantiasa menguji kesabaran saat berpuasa.

Jangankan buka bersama orang tua, mampu menikmati buka puasa saja harus berhemat akibat kiriman uang yang terkadang datang terlambat. Sahur pun begitu, kita harus bangun lebih pagi untuk masak ataupun beli makanan diluar untuk disantap saat sahur. Terlambat sedikit saja, bisa-bisa kita menjalani puasa seharian tanpa sahur. Belum lagi kerinduan akan kampung halaman menjadi bumbu tersendiri saat puasa—kita rindu rasanya masakan ibu, teriakan bapak saat membangunkan sahur, bahkan rewelnya adik kita saat berpuasa meskipun hanya puasa setengah hari.

Banyak dari kami—khususnya kaum hawa—terkadang menangis saat sahur dan berbuka akibat rindu kebersamaan dengan keluarga. Belum lagi saat buka puasa sendirian, nggak ada lagi duduk di depan TV bareng keluarga. Harus berkelana cari makanan buat berbuka, nggak ada lagi makanan yang udah disajikan di atas meja—harus cari sendiri ke luar. Tidak terkadang pula mereka sampai menyalahkan keadaan dan meratapi nasib mengapa mereka harus menjalani puasa jauh dengan keluarga.

Meskipun teknologi sudah maju, ada fitur videocall yang mampu membuat kita senantiasa terhubung dengan keluarga yang jauh, tetap saja hal tersebut tidak mampu mengobati kesedihan. Yang ada hal tersebut menambah kesedihan mereka akibat biaya videocall yang mahal dan membuat mereka harus berhemat kuota internet. Ironi memang.

Meski begitu dibalik kesedihan para mahasiswa rantau, tersimpan banyak kebahagiaan yang sebenarnya bisa mereka peroleh ketika menjalani ibadah puasa diluar rumah. Hal-hal yang tidak bisa ditemukan oleh mereka yang menjalani puasa di rumah. Setidaknya hal-hal ini menjadi bumbu-bumbu dan penyemangat yang menemani ibadah puasa para mahasiswa rantau.

Sebagai mahasiswa rantau, masalah yang paling sering dihadapi tentunya adalah masalah keuangan, entah karena uang saku yang belum ditransfer ataupun uang yang hanya mampir sebentar di kantong karena sudah habis untuk keperluan kuliah. Hal tersebut menuntut kami bereksperimen untuk bagaimana caranya agar kita tetap menikmati berbuka tanpa harus mengeluarkan banyak biaya.

Beragam cara dilakukan, mulai dari berkeliling lingkungan kampus saat mendekati waktu berbuka, berharap adanya kelompok-kelompok masyarakat yang membagikan takjil gratis. Ini seperti menjadi ritual wajib mahasiswa. Apalagi mendekati akhir ramadhan, dalam sehari kami bisa mengumpulkan hingga 5 takjil gratis yang dibagikan masyarakat.

Baca Juga:

Warak Ngendog, Mainan “Aneh” di Pasar Malam Semarang yang Ternyata Punya Filosofi Mendalam

Derita Merantau ke Luar Pulau Jawa: Gaji Lumayan, tapi Tetap Miskin karena Ongkos Mudik Nggak Masuk Akal

Ada juga yang sengaja datang lebih sore ke masjid agar mendapatkan kupon takjil dan makan gratis yang dibagikan oleh pihak masjid. Di hari-hari awal puasa, biasanya kami melakukan sensus untuk mencari masjid mana yang menyediakan takjil enak bahkan kalau perlu sampai menyediakan nasi untuk makan. Dua hal diatas dilakukan untuk sekadar menghemat pengeluaran bulanan kami sebagai anak rantau.

Selain itu, sensasi lain saat berbuka adalah kebahagiaan menjalani buka puasa bersama teman-teman sesama mahasiswa rantau. Berangkat bersama mencari takjil, hingga berbagi makanan berbuka menjadi hal yang lumrah terjadi saat kita berkumpul berbuka puasa bersama. Walaupun terkadang harus berebut tempat berbuka dengan orang lain karena hampir semua restoran atau cafe penuh saat waktu berbuka. Tentu, kebersamaan dengan teman-teman ini mampu menjadi sedikit obat rindu kami dengan kebersamaan keluarga saat berbuka.

Tidak kalah dengan saat berbuka, banyak sensasi serta drama yang tak kalah seru bagi mahasiswa rantau di saat sahur. Mulai dari teriak rame-rame di indekos buat ngebangunin teman kos yang masih tidur, lupa masak, hingga bangun terlambat yang membuat kami harus puasa tanpa sahur. Untuk menanggulangi hal-hal tersebut, biasanya kita mengakalinya dengan membeli makanan untuk sahur sejak sore atau malam harinya. Meskipun harus menikmati makanan dingin saat sahur, setidaknya itu jauh lebih baik daripada tidak sahur sama sekali.

Selain itu, banyak keuntungan juga yang diperoleh oleh mahasiswa rantau daripada mahasiswa pejuang jalanan (read: pulang-pergi). Kami mahasiswa rantau tidak perlu merasakan panas dan macet nya jalanan kota. Berbeda dengan mahasiswa pejuang jalanan, mereka harus bergelut dengan kerasnya jalanan kota. Macet, panas menjadi tantangan, apalagi warung kopi yang hanya memperlihatkan kaki-kaki orang orang didalamnya yang sedang tidak berpuasa dan menikmati segarnya minuman dingin menjadi godaan terbesar bagi para mahasiswa pejuang jalanan tersebut untuk tetap kuat menjalani puasa sehari penuh.

Selain itu, mahasiswa rantau tidak perlu susah-susah mencari tempat istirahat di siang hari, hanya butuh waktu perjalanan 5 menit, kami sudah bisa menikmati kasur yang empuk ditemani hembusan angin dari kipas angin yang sudah statis dan tidak bisa noleh kanan kiri lagi. Berbeda dengan mahasiswa pejuang jalanan yang masih harus mencari tempat istirahat seperti: masjid, gazebo atau bahkan numpang istirahat di indekos kami.

Walaupun terasa sulit namun disitulah seninya merantau, kita harus menikmati rindu dan juga harus siap kehilangan momen berharga, salah satunya adalah momen berpuasa di bulan ramadhan bersama keluarga. Akan tetapi, percayalah bahwa tuhan itu adil,. Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah, yakinlah bahwa di balik kesedihanmu ada berkah yang lebih besar yang telah Tuhan persiapkan.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: Mahasiswa RantauMudikRamadan
Nurul Arrijal Fahmi

Nurul Arrijal Fahmi

ArtikelTerkait

kedai kopi

Nasib Kedai Kopi di Bulan Ramadan

7 Mei 2019
jalur mudik

Cerita Jalur Mudik yang juga Menuju Kampung Wapres Jusuf Kalla

7 Juni 2019
takjil hunter pencari takjil gratisan mojok

Bagi Takjil Hunter, Pandemi adalah Penderitaan yang Abadi. #TakjilanTerminal17

21 April 2021
ramadan

Tipologi Aktivitas Anak-Anak di Bulan Ramadan

17 Mei 2019
petasan mercon ramadan rindu cara main anak kompleks beli dilarang mojok

Cara Anak Kompleks Mengadakan Pesta Mercon selama Ramadan

27 April 2020
4 Alasan Saya Nggak Kangen Bukber Sama Sekali Tidak Ada Ajakan Buka Bersama Hari Ini bukber ramadan

Tidak Ada Ajakan Buka Bersama Hari Ini

6 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.