Sabtu lalu, saya lagi pengin banget sarapan bubur ayam. Lantaran beberapa hari terakhir selalu terngiang-ngiang video atau pernyataan Cing Abdel Achrian bahwa, bubur palapa adalah bubur terenak sedunia yang fana. Bagi saya, hal tersebut terbilang menarik. Lantaran, bubur ayam rasanya gitu-gitu aja kan, ya? Lalu, di mana spesialnya bubur ayam Palapa yang diagung-agungkan Cing Abdel?
Untuk sekadar survey kecil-kecilan, saya sempat menanyakan terlebih dahulu kepada beberapa teman yang domisilinya di sekitaran Jagakarsa, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dari lima orang teman yang saya tanya, mereka semua mengiyakan bahwa bubur ayam Palapa memang tenar betul. Hampir saban hari, antreannya panjang. Buka setiap hari pada setiap pukul 5.30 pagi, sebelum pukul 10.00 sering kali sudah ludes.
Oke, karena saya penasaran dengan rasa bubur ayam Palapa yang melegenda itu, akhirnya saya segera memesannya melalui Grab Food. Dari domisili saya di kawasan Depok, lokasi bubur ayam Palapa jaraknya sekira delapan kilometer. Harganya pun terbilang normal untuk seporsi bubur ayam, yakni Rp15.000 dan untuk tambahan per-toping, termasuk sate telur puyuh, usus, juga ati-ampela, harganya mulai dari Rp2.000-Rp4.000.
Saya memesan pukul 07.30 dan driver Grab tiba di rumah sambil membawa bubur ayam palapa ada pukul 07.55. Waktu yang terbilang cepat. Setelah basa-basi sedikit dengan driver-nya, pembeli memang cukup banyak. Namun, jalanan terbilang lancar.
Kemasan terbilang apik dan higienis. Antara bubur, beragam toping, sampai dengan kuah kuning juga sambal semuanya dipisah. Tentu saja ini terbilang cukup baik demi menjaga kualitas rasa juga menyesuaikan selera.
Untuk satu porsi bubur ayam, topingnya terbilang lengkap. Di antaranya ada cakue, kacang kedelai, kerupuk, emping, dan suwiran daging ayam yang terbilang banyak. Selebihnya ada daun seledri dan bawang goreng. Semuanya bisa langsung digabung menyesuaikan selera.
FYI, saya nggak akan memperdebatkan bagaimana cara makan bubur ayam yang baik dan benar. Mau diaduk atau nggak diaduk, suka-suka kalian. Saya juga sudah menyicip bubur ayam Palapa dengan kedua cara tersebut. Rasanya masih tetap sama alias nggak mengubah rasa. Jadi, stop perdebatan yang gitu-gitu aja, Sob.
Dari sisi rasa, saya harus mengakui bahwa, meski punya tampilan serupa dengan bubur ayam pada umumnya, tapi bubur ayam Palapa menawarkan rasa yang unik dan berbeda. Bumbu/kuah kuningnya betul-betul terasa pas. Betul-betul menyatu dengan bubur beserta toping lainnya. Cocok. Pas. Klob. Sambalnya pun tidak sembarang pedas, tapi juga menambah rasa dari buburnya. Dan yang pasti, tekstur buburnya cukup kental. Tidak encer.
Boleh jadi, masih banyak yang lebih enak dibanding bubur ayam Palapa. Namun, sekali lagi, bubur ini menawarkan rasa dan sensasi yang berbeda. Perpaduan antar bumbu pun tercampur sempurna alias solid.
Jadi, secara keseluruhan, boleh dikatakan, saya sepakat dengan Cing Abdel. Bubur ayam palapa memang enak. Beda dari bubur ayam pada umumnya. Namun, apakah menjadi bubur terenak sedunia yang fana, bagi saya, masih dalam pertimbangan. Sebab, barangkali di wilayah lain masih ada bubur yang bisa jadi rasanya lebih enak. Hanya saja, kita belum mencobanya. Gimana? Lebih logis, kan? Hehehe.
Saran saya, bagi kalian yang ingin datang ke lokasi bubur ayam palapa secara langsung, baiknya sudah tiba di lokasi sejak awal buka. Kisaran pukul 05.30-06.30, pembeli masih belum begitu ramai. Biasanya akan ramai antara pukul 06.30-08.00. Wajar saja, karena pada waktu tersebut, sedang ramai-ramainya khalayak berburu sarapan.
Saran tersebut juga berlaku bagi kalian yang ingin memesan via ojek online. Jika ingin bubur segera tiba, sesuaikan antara waktu pemesanan dan jarak tempat tinggal. Jangan sampai kalian yang salah perhitungan antara waktu dan jarak lokasi, malah driver ojolnya yang kena semprot ketika telat mengantar pesanan. Kecuali, kalian memang nggak masalah mau pesanan datangnya tepat atau telat.
Sulit disangkal bahwa bubur ayam Palapa memang sangat cocok dijadikan salah satu rekomendasi untuk sarapan. Porsinya terbilang pas. Nggak banyak, nggak juga sedikit. Pokoknya, pas dengan harganya. Rasanya juga pas dengan selera khalayak.
Jika kalian sedang mampir atau ada di kawasan Jakarta Selatan, bisa langsung ke Jalan Sirsak, RT 11/RW 10, Pasar Minggu, Jagakarsa. Kalau kalian mengetik di Google dengan kata kunci “bubur ayam palapa”, nanti juga akan muncul banyak informasinya, kok. Termasuk maps untuk menuju ke sana.
Sumber Gambar: endeus.tv
BACA JUGA Metamorfosis Bubur Ayam, Dulu Murah Sekarang Mewah dan artikel Seto Wicaksono lainnya.