Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Musik

Menguak Rahasia Canon in D yang Laris Dipakai dalam Iklan

Paula Gianita Primasari oleh Paula Gianita Primasari
12 Mei 2022
A A
Menguak Rahasia Canon in D yang Laris Dipakai dalam Iklan

Menguak Rahasia Canon in D yang Laris Dipakai dalam Iklan (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagian orang mungkin tak akan langsung paham ketika mendengar nama musikus Johann Christoph Pachelbel. Namun, saya yakin, mayoritas orang pernah mendengar “Canon in D”, entah dalam versi rock atau klasik. Tak bisa dimungkiri, lagu ini memang begitu ikonik. Indah, bikin rileks, dan mudah diingat.

Bisa dimaklumi kalau orang nggak paham siapa itu Johann Pachelbel tapi tahu banget sama “Canon”. Lantaran Johann Pachelbel hidup di masa Baroque. “Canon” yang kita dengarkan sekarang, sudah melewati banyak versi dan waktu. Tapi, kita pasti sepakat satu hal: semuanya bagus dan indah.

Beberapa waktu lalu, Mojok pernah sekilas membahas tentang bagaimana para pemain di industri musik berskala internasional mendayagunakan kekuatan mistis melodi “Canon” dalam karya mereka. Tujuannya jelas, yaitu untuk memuluskan jalan agar lagu yang dinyanyikan lebih mudah diterima oleh para penikmat musik di seluruh dunia.  Nyatanya, daya tarik “Canon in D” ini bukan hanya sukses memikat musisi saja. Banyak advertensi dan film pun menggunakan musik klasik yang mulanya diciptakan untuk mengiringi prosesi pernikahan ini sebagai soundtrack-nya.

Sebagai contoh, baru-baru ini, muncul pariwara penyedap rasa masakan yang cukup populer di tanah air, Sasa, yang memanfaatkan melodi “Canon” sebagai jingle promosi mereka. Iklan yang dibintangi oleh salah seorang anggota grup vokal K-Pop Super Junior, Siwon Choi, terkesan lebih mewah akibat pemakaian lagu tersebut.

Hal serupa juga terjadi di negara tetangga kita, Thailand, yang menjadikan “Canon in D” sebagai musik latar iklan sebuah merek pencuci rambut, Pantene. Iklan tersebut mengusung cerita seorang tuli yang bercita-cita tampil membawakan “Canon” Pachelbel dalam sebuah kompetisi musik. Selain plotnya yang sudah melankolis, alunan “Canon” semakin memberikan sentuhan dramatis yang menyentuh hati.

Berbagai contoh di atas adalah sekelumit bahasan mengenai kehebatan “Canon” dalam menyokong suatu brand guna menciptakan awareness di tengah hiruk pikuk pasar. Bila pemilihan musiknya sudah dikenali banyak orang, para pemasar tentu berharap besar agar merek dagang yang dijual tersebut ikut terangkat.

Keberhasilan “Canon” dalam mendukung suatu karya juga terbukti dalam industri perfilman. Salah satu film kondang yang menyisipkan “Canon” sebagai musik latarnya adalah film keluaran Negeri Ginseng yang berjudul My Sassy Girl (2001) serta diperankan oleh Cha Tae Hyun dan Jun Ji Hyun sebagai aktor utamanya.

Baca Juga:

Iklan Universitas Terbuka (UT) Tayang di Bioskop: Keren, tapi Ironis. Sebelum Tampil di Layar Besar, Perbaiki Dulu Layar Kecil Mahasiswa biar Nggak Nge-lag!

Baliho di Jogja Ambruk, Sudahkah Waktunya Mengkaji Jumlah Baliho dan Menertibkannya?

Kira-kira, mengapa “Canon in D” ini seperti punya sihir sampai laris manis digunakan di berbagai bidang?

#1 Kesederhanaan nada

Salah satu keunggulan utama dari “Canon in D” buatan musikus Johann Pachelbel ini adalah kesederhanaannya. Melansir dari ejurnal.its.ac.id, “Canon” Pachelbel merupakan salah satu partitur “Canon” yang sederhana. Arti “Canon” sendiri merujuk pada teknik memainkan musik dengan melakukan pengulangan pada sekelompok nada secara terus-menerus berdasarkan interval-interval tertentu. “Canon” Pachelbel sebetulnya hanya terdiri atas delapan bar tangga lagu yang lalu diulang sebanyak 28 kali.

Kesahajaan masterpiece ini membuka peluang bagi para pemusik untuk berinovasi dalam “Canon in D”. Tidak mengherankan, jika banyak pelakon musik yang terpengaruh oleh alunan “Canon” dalam kreasi mereka. Salah satu kreasi anak bangsa yang terinspirasi dari “Canon” Pachelbel dapat dinikmati di kanal YouTube Riyandi Kusuma. Dalam channel tersebut, Riyandi memainkan alunan nada “Canon” yang dikawinkan dengan lagu daerah seperti “Bubuy Bulan” yang berasal dari Sunda, Jawa Barat. Lagu ini kemudian diberi judul ““Canon from Nusantara”.

#2 Bersifat universal dan bisa dimainkan dalam segala suasana

Selain karakternya yang sederhana, “Canon” Pachelbel juga bersifat universal. Artinya, nada-nada dalam lagu “Canon” tersebut pantas dimainkan dalam segala suasana. Awalnya, mungkin banyak orang yang mengira lagu ini hanya cocok dimainkan dalam acara pernikahan seperti awal mula musik ini lahir. Akan tetapi, lambat laun justru “Canon” ini membuktikan bahwa ia tidak terpaku pada satu kesempatan khusus saja untuk dimainkan.

Selain pernikahan, “Canon in D” ternyata juga sesuai untuk menggambarkan luka batin akibat perpisahan. Salah satunya dalam film You and Me, film Jepang tentang persahabatan manusia dan kucingnya. Kalian bisa rasakan bahwa lagu tersebut berhasil membangun suasana sedih secara bertahap. Pelan, mulai naik, lalu dihantam dengan “Canon”, lalu kalian mulai nangis.

#3 Selalu ada yang baru

Masih ada kaitannya dengan paragraf pertama. Tiap waktu, selalu ada musikus yang bikin “Canon in D” gaya baru. Di seluruh penjuru dunia, selalu ada karya baru berdasar “Canon in D”, yang dikulik dengan berbagai gaya. Bahkan, musisi yang sama pun bisa mainin dan bikin “Canon in D” dalam berbagai versi. Kalian pasti sudah nggak asing sama Sungha Jung, kan? Beliau sudah mainin banyak versi “Canon”, entah dalam bentuk cover, ngeluarin ulikan sendiri, serta duet dengan Trace Bundy.

Pembaruan ini, bikin “Canon in D” makin dikenal, meski tidak dalam bentuk asli. Eksposur yang tinggi terhadap suatu karya akan bikin pendengar familiar. Ketika dipakai untuk iklan atau untuk kepentingan pemasaran, akan bikin orang tertarik. Setidaknya, engagement akan naik. Sebab, orang dalam alam bawah sadarnya begitu familiar dengan “Canon in D”.

Kesederhanaan, tepat dalam berbagai suasana, dan inovasi tanpa henti itulah yang bikin “Canon in D” digunakan untuk berbagai bidang, terutama iklan. Jadi, jangan bilang iklan yang pakai lagu tersebut nggak kreatif ya, justru ini adalah taktik jitu. Pun, kalian nggak akan bosen sama lagu ini.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mengenang Band Indonesia One Hit Wonder di Era 2000-an

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 12 Mei 2022 oleh

Tags: canon in DIklansungha jung
Paula Gianita Primasari

Paula Gianita Primasari

Mahasiswa doktoral UNDIP jurusan Manajemen Pemasaran asal Semarang.

ArtikelTerkait

Menerka Alasan Alur Cerita Sinetron di Indonesia Banyak yang Absurd terminal mojok.co

Sisipan Iklan di Sinetron Indonesia Bikin Alur Cerita Jadi Nggak Nyambung

22 September 2020
7 Tagline Iklan Era 2000-an yang Gen Z Nggak Relate Mojok.co

7 Tagline Iklan Era 2000-an yang Gen Z Nggak Relate

29 September 2024
pengalaman saya ngeblog pasang google adsense dan dapat uang dari sana mojok.co

Pengalaman Masang Google AdSense di Blog dan Dapet Recehan dari Sana

6 Oktober 2020
Yang Klasik Lebih Asyik_ Iklan TV yang Kembali ke Era Jadul terminal mojok

Yang Klasik Lebih Asyik: Iklan TV yang Kembali ke Era Jadul

5 September 2021
baader-meinhof marketplace ecommerce mojok.co

Fenomena Baader-Meinhof: Metode Memasarkan Produk dengan ‘Teror’ Terus-menerus Terhadap Pelanggan

22 Juni 2021
Iklan di Spotify Adalah Iklan Terbaik yang Pernah Saya Dengar terminal mojok.co

Iklan di Spotify Adalah Iklan Terbaik yang Pernah Saya Dengar

30 Desember 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Orang Jakarta Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Tidak Cocok untuk Kalian Mojok.co

Orang dari Kota Besar Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Belum Tentu Cocok untuk Kalian

11 Desember 2025
Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

13 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.