Nggak terasa sudah sebulan Jirisan menemani kita di akhir pekan. Hari Minggu kemarin channel televisi kabel Korea Selatan, tvN, baru saya menayangkan Jirisan episode 8. Episode ini menjadi kelanjutan dari episode sebelumnya yang mengisahkan perjuangan para jagawana Gunung Jiri dalam memadamkan kebakaran hutan. Kedua episode ini juga mulai menyingkap tabir misteri roh Kang Hyun Jo yang mendiami Gunung Jiri selama dia terbaring koma di rumah sakit.
Pada beberapa momen, Jirisan ini membahas ilmu mengenai alam, bumi, dan hutan. Jelas dong, namanya juga drama yang mengisahkan soal segala hal yang berkaitan dengan gunung. Secara sekilas, Jirisan juga pernah menyinggung tentang materi Geografi yang pernah saya pelajari di SMA.
Saya merasa cukup relate dengan pembahasan Geografi dalam drakor Jirisan karena di SMA saya termasuk murid jurusan IPS. Saya juga pernah mengikuti olimpiade sains bidang Geografi sampai tingkat provinsi dan pilihan mata pelajaran yang saya ambil saat ujian nasional pun Geografi. Meski sekarang saya nggak lagi mempelajari Geografi secara formal di bangku kuliah, masih ada sisa-sisa ingatan dan pemahaman di otak. Kuy, kita review dikit-dikit tiga materi Geografi yang sempat dibahas dalam drama Jirisan.
#1 Larangan untuk berteduh di bawah pohon
Di episode pertama, diceritakan bahwa Kang Hyun Jo baru saja bergabung ke dalam Tim Jagawana Haedong Gunung Jiri. Dia baru saja sampai di markas besar Haedong ketika ada laporan hilangnya seorang bocah bernama Yeom Seung Hun yang terakhir kali terlihat mendaki ke Gunung Jiri.
Pencarian dilakukan selama berjam-jam dan di tengah badai, mengingat golden time untuk menemukan bocah tersebut hampir habis. Sebagai senior yang lebih memahami medan dan kondisi Gunung Jiri, Seo Yi Gang mewanti-wanti Kang Hyun Jo untuk menjauhi pohon besar dan melarangnya untuk berteduh di bawah pohon. Berteduh di bawah pohon saat badai bisa menyebabkan Hyun Jo tersambar petir.
Nasihat Seo Yi Gang ini memang ada ilmunya. Menurut BMKG, saat dalam kondisi basah, pohon dapat mengantarkan arus listrik sehingga rawan disambar petir. Kalau puncak pohon sudah tersambar, ada kemungkinan petir menjalar sampai ke akar. Bayangin saja kalau Yi Gang nggak ngasih peringatan semacam itu ke Hyun Jo. Masa ya baru hari pertama kerja sudah kena musibah saja?
#2 Korelasi antara kelembapan udara, suhu, dan peluang kebakaran hutan
Di episode ketujuh, kisah berlangsung saat musim panas tahun 2019. Salah satu rutinitas para jagawana di musim panas adalah berpatroli dalam agenda musim pencegahan kebakaran. Di saat briefing, Jo Dae Jin, bos tim Haedong mengungkapkan bahwa pada saat itu kelembapan udara sedang rendah dan angin semakin kencang. Pada saat itulah kemungkinan kebakaran hutan semakin tinggi.
Saat SMA, saya ingat pernah mendapatkan materi mengenai kelembapan udara. Selain menghitung kelembapan relatif, saya pernah mendengar dari guru bahwa kita akan merasa gerah ketika kelembapan udara rendah. Rupanya kelembapan udara yang rendah juga dapat berpotensi menyebabkan kebakaran hutan.
Kelembapan udara yang rendah mengakibatkan risiko kebakaran hutan menjadi lebih tinggi. Sebab, ada lebih sedikit kelembapan di udara yang selanjutnya bisa membuat daerah tersebut mudah terbakar. Kelembapan udara yang rendah juga menghambat pembentukan awan sehingga panas matahari bakal langsung menghujam bumi. Suhu yang panas ditambah dengan angin kencang, hasilnya adalah kebakaran hutan.
#3 Angin gunung
Saat SD, saya pernah memperoleh materi soal angin laut dan angin darat beserta pertanyaan kapan waktu yang tepat bagi nelayan untuk melaut. Sewaktu SMA, saya dapat lagi materi tentang angin, tapi kali ini mengenai angin lembah dan angin gunung.
Pada sore hari dan malam hari, suhu udara di wilayah lembah cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah gunung. Angin berembus dari wilayah bertekanan tinggi ke tempat yang tekanannya lebih rendah. Maka di malam hari, berembuslah angin gunung, yaitu angin yang bertiup dari gunung ke lembah.
Waktu terjadi kebakaran kedua di habitat pohon pinus, Park Il Hae mengatakan bahwa pada malam hari angin bertiup dari atas ke bawah, sehingga kebakaran bisa menyebar hingga ke kota. Maksud beliau adalah, kota ini terletak di lembah, sementara titik kebakaran berada di puncak. Angin yang berhembus dari gunung akan membuat api semakin menyebar hingga ke kota.
Keren juga ya Jirisan, selain menyediakan sinematografi yang apik dan cerita yang seru, drama ini juga menyuguhkan pengetahuan. Untuk kalian yang masih SMA dan kebetulan mempelajari Geografi, bisa sedikit me-review materi yang sudah diberikan oleh guru dengan menonton Jirisan. Dan buat alumnus yang sudah lulus dari SMA dan nggak mempelajari Geografi lagi seperti saya ini, Jirisan membantu untuk mengingatkan kembali diri ini pada materi yang sudah lama nggak didalami.
Sumber Gambar: Unsplash