Beberapa hari ini Twitter ramai sekali dengan tagar seputar hantu kuyang. Saya rasa bukan hal baru deh setan-setan Indonesia diperbincangkan. Kuyang juga bukan hal baru lagi yang saya dengar. Tapi, selama ini saya hanya percaya kalau kuyang nggak pernah ada. Alias mitos warga setempat saja.
Setelah saya baca lebih jauh, ternyata kuyang bukan setan seperti yang saya tahu semacam pocong atau kuntilanak. Salah kaprah ternyata selama ini. Menurut kepercayaan orang Kalimantan, kuyang merupakan bentuk ilmu hitam yang membuat seseorang awet muda dan cantik. Selama ini sih saya tahunya susuk bukan kuyang. Mungkin hantu kuyang berada satu level lebih ekstrem ketimbang susuk.
Kalau selama ini kita anggap kuyang itu setan, ternyata salah. Kuyang ternyata manusia.
Di Twitter kemarin itu, ramai foto penangkapan hantu kuyang dari salah satu akun yang akhirnya menjadikannya trending topic. Terlihat sosok yang katanya itu kuyang dengan organ dalam bergelantungan. Oh ya kalau belum tahu, kuyang itu wujudnya berupa kepala dengan organ dalam tubuh manusia yang hobinya terbang untuk makan darah janin ibu hamil atau darah haid wanita. Kan, saya bilang tadi tujuannya supaya awet muda dan cantik. Hadeh ada-ada saja.
Entah bagaimana juga cara kerja hantu kuyang, saya nggak tahu dan nggak mau tahu. Ngeri-ngeri sedap gitu soalnya. Toh saya juga nggak tertarik bagaimana ilmu hitam ini bekerja. Namun, usut punya usut kalau tubuh dari kuyang ini disembunyikan dan kuyang tidak kunjung menemukan badannya, dia akan mati. Secaraaa, kuyang memang terpisah dengan tubuhnya ketika beraksi. Kasihan sekali.
Daripada itu, saya lebih tertarik menghitung jumlah kekayaan kalau saja organ dalam nona kuyang dijual. Tentunya akan saya jual di pasar gelap. Hehehe. Wah, bisa jadi miliarder kali saya. Ketika saya lihat foto kuyang dengan organ dalam manusia yang menggantung itu, saya rasa kalau dijual lumayan lho untuk bayar UKT saya semester akhir ini. Hahaha. Coba mari kita hitung.
Organ dalam yang terlihat di foto sepertinya ada hati, paru-paru, jantung, dan lambung. Saya sempat heran kok nggak ada ususnya ya. Lantas, masuk ke mana itu darah ketika diminum? Halah. Nggak tahu lah. Jual organ vitalnya saja sudah cukup.
Hati milik hantu kuyang kalau dijual kira-kira Rp2,1 miliar. Melongo saya lihat harganya. Bisa sekali untuk investasi beli apartemen atau rumah di kawasan elit ini mah. Ini masih satu organ, belum organ yang lainnya. Paru-paru kalau dijual berharga Rp4,2 miliar. Jika ditotal sudah Rp6,3 miliar. Saya bisa naikin haji warga sekompleks sih.
Lanjut, jantungnya kira-kira seharga Rp1,6 miliar jika dijual. Nikmat mana yang akan kau dustai wahai manusia? Silakan berkhayal ingin diapakan kalau punya uang sebanyak itu. Terakhir ada lambung. Jika dijual lambung berharga Rp8 juta. Lumayanlah ya untuk beli perintilan K-pop dan tiket konser. Mari kita jumlahkan semua sumber kekayaan ini.
Jika dijumlahkan semuanya, hantu kuyang ini setidaknya bernilai Rp7.900.800.000. Bingung kan ngitung angka nolnya? Harga yang sungguh fantastis bagi saya yang seorang anak kos-kosan. Boleh lah berburu hantu kuyang dijadikan profesi baru. Selain menghentikan praktik ilmu hitam, bisa mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia juga.
Bayangkan saja kalau satu orang menangkap satu hantu kuyang. Sumber kekayaan yang menggiurkan bukan? Ya jelaslah. Mari berandai-andai. Kalau saya bisa menangkap satu kuyang saja, saya setidaknya berhasil mengantongi 7,9 miliar. Kalau saya sih akan investasi di bidang properti dan jalan-jalan keliling dunia. Membeli apartemen atau rumah mewah di kawasan elite. Ah, manisnya berkhayal.
Oh ya, saya akan bayar UKT dengan senang hati. Kalau perlu saya beli gedung rektorat. Nggak ding, bercanda.
Tapi, sejujurnya saya juga nggak yakin. Entah sebenarnya bisa dijual sungguhan atau tidak. Banyak orang bilang karena ilmu hitam, organ-organ kuyang ini nggak bisa dijual. Langsung mati katanya. Ya, sayang juga ya. Padahal lumayan kalau bisa dijual di pasar gelap. Bisa memperbaiki sebagian masalah hidup saya sebagai anak kos yang miskin. Sudahlah.
BACA JUGA 8 Hantu yang Sering Dilibatkan dalam Kisah Horor KKN dan tulisan Ayu Octavi Anjani lainnya.