Pernah nggak sih lihat orang habis transaksi di ATM, cetak struk, terus malah ditinggal gitu aja di mesin? Atau, yang lebih absurd lagi, cetak struk, dilihat sekilas, terus langsung dibuang ke tempat sampah. Lha, maksudnya apa?
Saya memang bukan aktivis lingkungan, bukan juga pejuang zero waste yang selalu bawa tumbler ke mana-mana. Tapi ada satu hal yang bikin saya geregetan tiap kali ke ATM: orang-orang yang cetak struk tanpa alasan, terus ninggalin gitu aja di mesin atau langsung buang ke tempat sampah. Yaelah, kalau nggak butuh, kenapa tadi dicetak?
Kadang, tingkah ini juga bikin antrean jadi lebih lama. Udah antre lama-lama, eh, pas giliran dia selesai transaksi, masih harus nunggu dia ngecek struk, baca saldo dengan ekspresi “Hmmm… segini doang?”, terus baru pergi.
Padahal kalau langsung klik “Tidak Cetak,” urusan bisa selesai beberapa detik lebih cepat. Saya yang antre di belakang pun nggak perlu nahan napas lebih lama sambil berharap dia segera minggir. Pun jika klik “tidak”, informasi saldo akan terpampang di layar ATM. Tanpa harus boros kertas.
Daftar Isi
ATM itu tempat tarik tunai, bukan mesin sampah kertas
Mari kita sepakati dulu. ATM ada untuk memudahkan kita mengambil uang, bukan memproduksi sampah kertas secara massal. Coba bayangkan, berapa ribu transaksi terjadi di ATM setiap harinya. Kalau setengahnya aja masih rajin cetak struk tanpa alasan, berarti ada ribuan lembar kertas yang terbuang sia-sia.
Mungkin ada yang beralasan butuh struk ATM untuk bukti transaksi. Tapi jujur aja, berapa kali dalam hidup kamu benar-benar membutuhkan struk ATM ini. Paling cuma harus kasih bukti transfer buat reimburse kerjaan. Selain itu? Nggak ada.
Bahkan kalau emang butuh catatan transaksi, sekarang bank sudah memberi banyak opsi yang lebih praktis. Bisa cek lewat aplikasi, bisa lihat di histori SMS banking, atau kalau masih suka cara konvensional, bisa dicetak di buku tabungan sekalian.
Struk ATM yang dicetak berakhir jadi sampah kertas
Mungkin kelihatannya sepele, tapi sampah kertas dari struk ATM itu jumlahnya lumayan. Kalau tiap orang yang bertransaksi di ATM mencetak struk tanpa alasan, dalam setahun jumlahnya bisa berkarung-karung. Dan masalahnya, kertas struk ini bukan yang gampang didaur ulang karena sudah ada lapisan bahan kimianya.
Selain menyumbang sampah, struk ATM yang ditinggal begitu saja di mesin juga bisa berisiko. Bisa saja ada orang iseng yang menemukan struk itu dan mengintip informasi saldomu. Kalau orang itu hobi stalking isi rekening orang, takutnya besok-besok kamu tiba-tiba dapet DM dari orang yang minta transfer karena dikira kaya. Kan males.
Lebih ngeselinnya lagi, setelah mencetak struk, ada saja yang buangnya sembarangan. Entah ditinggal di mesin, ditaruh di atas tombol ATM, atau yang paling nyebelin: digeletakin di lantai. Ruang ATM yang harusnya bersih dan nyaman malah kelihatan kayak tempat sampah mini.
Padahal hampir di setiap ATM pasti ada tempat sampah. Tapi entah kenapa beberapa orang kayak punya prinsip “kalau bisa berantakan, kenapa harus rapi?” Udah cetak struk yang sebenarnya nggak dibutuhin, terus buangnya asal-asalan. Duh, kertas kecil itu mungkin sepele buat mereka, tapi kalau dikumpulin dari semua ATM di kota ini, bisa kebayang nggak betapa joroknya?
Kalau dipikir-pikir, ini bukan cuma soal kebersihan, tapi juga soal kebiasaan. Masa sih sudah hidup di zaman digital, masih aja cetak struk tanpa alasan, terus buangnya sembarangan? Nggak butuh jadi orang paling peduli lingkungan buat sadar kalau kebiasaan ini tuh nggak banget.
Bijak sedikit, klik “Tidak Cetak”
Jadi, lain kali pas transaksi di ATM, coba pikir dua kali sebelum pencet “Cetak Struk.” Kalau memang nggak butuh, ya klik aja “Tidak Cetak” dan lanjutkan hidup dengan lebih hijau dan minim sampah.
Gampang banget, kan? Daripada buang-buang kertas, mending hemat buat hal lain yang lebih berguna. Karena pada akhirnya, bukan struk yang bikin kita kaya, tapi saldo yang cukup dan pengeluaran yang masuk akal.
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Gen Z Nggak ke ATM, tapi Langsung Tarik Tunai sama Teman Sendiri.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.