Taereung adalah kawah candradimuka untuk atlet Korea Selatan. Banyak legenda mentas dari tempat ini
Mengikuti pelatihan di National Training Center seakan menjadi salah satu impian utama karakter dalam K-Drama bertema olahraga. Di Twenty Five Twenty One, Na Hee Do langsung pindah ke asrama begitu lolos seleksi menjadi anggota tim nasional anggar untuk menjalani pelatihan intensif di sana menjelang kompetisi internasional.
Contoh lain adalah drama Weightlifting Kim Bok Joo, yang juga dibintangi oleh Nam Joo Hyuk sebagai pemeran utama prianya. Bercerita tentang Kim Bok Joo yang berhasil terpilih untuk menjadi anggota tim nasional angkat besi setelah memenangi sebuah lomba dan harus pindah dari asrama kampus ke asrama NTC. Profesornya di kampus berkata, “Untuk apa kau masih di sini? Sana pergi ke Taereung!” Di akhir drama pun, Nam Joo Hyuk yang memerankan perenang Jung Joon Hyung juga ikut pindah ke Taereung setelah tergabung ke dalam tim nasional renang.
Taereung memang merupakan sebutan untuk tempat yang bernama resmi Korea National Training Center tersebut. Berlokasi di Gongneung-dong, Nowon-gu, Seoul, Taereung merupakan pemusatan latihan nasional (pelatnas) pertama Korea yang telah berdiri sejak 1966. Penyebutan Taereung didasarkan pada nama makam Ratu Munjeong yang masih berada di wilayah yang sama. Operasional kompleks yang juga dikenal sebagai athlete’s village ini dipercayakan kepada Korea Sport Association yang berada di bawah pimpinan Ministry of Culture, Sport, and Tourism.
#1 Bermula dari Olimpiade Tokyo 1964
Pendirian NTC ini bermula pada keikutsertaan Korea dalam Olimpiade Tokyo 1964. Saat itu Korea mengirim cukup banyak delegasi sejumlah 165 atlet dan 69 official, namun mendapatkan hasil yang kurang maksimal. Dengan jumlah rombongan yang dianggap besar sesuai kondisi dalam negeri yang saat itu baru pulih pasca-perang, Korea hanya mampu menyabet dua perak dan satu perunggu.
Dari 93 negara peserta Olimpiade, Korea berada di posisi ke-27. Akibatnya, muncul ide bahwa diperlukan adanya suatu kompleks pelatihan terintegrasi yang diharapkan akan membuat prestasi Korea Selatan di dunia olahraga semakin meningkat.
#2 Memiliki fasilitas olahraga yang lengkap
Berbeda dengan Indonesia di mana setiap cabang olahraga memiliki lokasi pelatnasnya tersendiri, banyak cabang olahraga yang menjalani latihan gabungan di Taereung. NTC Taereung sendiri memiliki fasilitas yang lengkap dengan 24 gedung yang mencakup fasilitas olahraga, gymnasium, serta asrama.
Tercatat kurang lebih terdapat 20 cabang olahraga yang memusatkan latihan di sini. Di antaranya adalah atletik, senam, renang, panahan, anggar, angkat besi, taekwondo, ice skating, dan gulat. Keseluruhan fasilitas berdiri di atas tanah seluas 100.000 m2.
#3 Berkontribusi besar terhadap perkembangan olahraga Korea Selatan
Sejak dibangunnya NTC Taereung, pelatihan olahraga di Korea Selatan berkembang pesat. Terbukti dengan banyaknya medali yang telah diraih Korea Selatan dalam berbagai cabang olahraga, bahkan sampai ke ajang paling bergengsi seperti World Championship maupun Olimpiade.
Atas kontribusinya yang begitu besar terhadap perkembangan dunia olahraga, pada 2014 NTC Taereung ditetapkan sebagai Seoul’s Future Heritage oleh pemerintah metropolitan Seoul.
#4 Digantikan dengan National Training Center yang baru
Dengan pesatnya pertumbuhan dan semakin banyaknya atlet yang berlatih di NTC Taereung, pemerintah Korea Selatan pun memutuskan untuk membangun pelatnas baru sehingga pelatihan tidak menumpuk di Taereung. Sebelumnya pada 1998 telah dibangun National Taebaek Training Center yang dikhususkan sebagai pelatihan mountain sport. Selanjutnya pada 2017 Jincheon National Training Center selesai dibangun di atas lahan seluas 856.253 m2 dan mampu memuat hingga lebih dari 1.000 atlet. Cabang olahraga yang berlatih di sini di antaranya adalah track and field, menembak, renang, voli, dan dayung.
Nah, itu dia tempat yang melahirkan legenda olahraga Korea Selatan. Esok hari mungkin kita akan melihat tempat ini lagi dalam drama bertema olahraga lainnya. Kalau dipikir, kapan ya Indonesia juga punya pelatnas terpusat seperti ini?
Penulis: Febri Indriani
Editor: Rizky Prasetya