Mengenal Cara Bayi Memproduksi Bahasa dan Melakukan Kategorisasi – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Artikel

Mengenal Cara Bayi Memproduksi Bahasa dan Melakukan Kategorisasi

Aliurridha oleh Aliurridha
12 Juni 2020
0
A A
cara bayi memproduksi bahasa dan melakukan kategorisasi pemerolehan bahasa mojok.co

cara bayi memproduksi bahasa dan melakukan kategorisasi pemerolehan bahasa mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Anak saya, Albi Irza Syah, saat ini telah memasuki usia 1 tahun 7 bulan. Sebagai bayi seusia itu, ia mulai memiliki beberapa kosakata yang khas bayi seusianya. Sedikit demi sedikit saya mulai mengetahui upaya bayi mengenal lingkungan sekitarnya adalah dengan melakukan koding: kategorisasi berdasar ciri khas dari benda-benda di lingkungannya. Meski telah mempelajari psikolinguistik dan cukup mengerti bagaimana pemerolehan bahasa pada anak, saya tetap kagum melihatnya secara langsung.

Ada satu ciri khas unik dari bagaimana bayi seusia itu mengenal lingkungannya dan memproses bahasa sederhana yang lebih mudah diucapkan. Cecak, misalnya, akan disebutnya “hap”, diambil dari lagu “Cicak-cicak di Dinding”. Makan disebutnya “mem”, minum menjadi “nem”, kucing menjadi “meng”, es krim menjadi “nak”, dan dia mulai konsisten menggunakan. Karena instrumen untuk melafalkan suara belum terbentuk dengan sempurna jadi hanya ketukan morfem yang terucap.

Lucunya, bayi seperti Albi belum mampu membedakan antara kategori-kategori yang lebih spesifik dan cenderung menggeneralisir kategori-kategori tersebut. Misalnya untuk panggilan “meng: untuk kucing, hewan berkaki empat pertama yang dia kenal, tidak hanya digunakan untuk kucing, melainkan juga ke semua hewan berkaki empat. Ini menjadi lucu sekaligus menakutkan.

Ketika saya ajak berjalan-jalan ke luar lalu dia melihat anjing, segeralah dia ulurkan tangannya dan memanggil, “Meng… meng… meng….” Begitu juga waktu menonton TV, melihat kuda, sapi, kambing, semuanya adalah “meng” baginya. Saya ngeri waktu dia nonton National Geographic Wild dan melihat singa di sabana, dia juga mengatakan meng sembari mengulurkan tangan. Seketika terbayang di pikiran saya kalau saya mengajaknya ke kebun binatang, dia masuk kandang singa terus mengulurkan tangan sambil memanggil “Meng… meng… meng…”. Ambyar!


Tidak hanya meng, cecak yang disebutnya “hap” juga begitu. Semua yang punya ciri mirip cecak, seperti kadal, biawak, mungkin sampai komodo, juga akan disebut “hap”. Ternyata bukan hanya ciri fisik yang membantunya mengategorisasi benda, namun juga perilakunya. Saya mengetahuinya ketika dia melihat tikus berlari di tembok, seketika itu juga dia berteriak, “Hap… hap… hap….” Akhirnya saya sadar ia membuat kategorisasi tidak hanya dari penampian, namun perilaku yang dikenal dari hewan tersebut.

Karena sedang senang-senangnya membaca buku sains kognitif, saya mengerti sedikit-sedikit bagaimana otak manusia bekerja. Otak manusia bekerja dengan apa yang disebut struktur mental atau “frame”, kategorisasi, dan metafora konseptual. Bahasa tidak ujug-ujug muncul dalam kata-kata di otak, namun lewat proses indrawi. Maka, ketika sang bayi melihat kucing, kemudian orang tua memberitahunya bahwa hewan itu bernama “kucing”—yang kemudian ia alihbahasakan menjadi “meng”, nantinya setiap kali mendengar kata “meng” akan muncul “mental image” atau potret di dalam pikirannya yang membayangkan seekor kucing.

Sayangnya, dalam usahanya mengategorisasi lingkungan sekitar, referen si bayi masih sangat terbatas. Hipokampusnya (bagian otak besar yang memiliki fungsi mengingat) belum menyimpan banyak informasi. Akibatnya, ia cenderung membuat kategorisasi sesuatu berdasarkan ciri umum, seperti “meng” adalah semua hal yang berkaki empat. Ia belum mampu membedakan ciri spesifik antara satu entitas dengan entitas lainnya.

Selain menggunakan mata, bayi juga mengategorisasi lingkungan berdasarkan indra pengecap.

Jadi, seperti halnya kebanyakan anak kecil, anak saya punya beberapa makanan favorit yang manis-manis. Dia punya sebutan untuk makanan “nak”, istilahnya untuk makanan enak. Sedangkan makanan yang tidak enak baginya, dia belum punya kosakatanya, hanya menunjukkan ketidaksukaan dengan tidak mau membuka mulut. Mungkin takut sama umiqnya, wqwq.

Kata “nak” pertama kali keluar ketika umiqnya membuatkan es krim brokoli untuk anak saya yang yang tidak mau makan sayur. Ketika makan, seketika ia mengatakan “nak”. Setelahnya, setiap melihat kulkas dibuka, ia akan mendatanginya sembari memukul-mukul kulkas dan berkata, “Nak… nak… nak…,” tanda minta diambilkan es krim.

Setelah itu dia punya beberapa jenis makanan yang dilabeli “nak”, mulai dari puding cokelat yang juga dicampur brokoli, jeli cokelat tanpa brokoli (ya masak semua harus ada brokolinya), hingga cokelat Silver Queen berbagai jenis yang didiskon di Indomaret. (Saya ke Indomaret hanya untuk membeli barang diskon.)

Sampai tibalah pada kategorisasi yang menurut saya paling unik: cara anak saya mengenali abinya, bapaknya, alias saya sendiri. Karena saya memelihara rambut wajah, setiap anak saya melihat orang yang berewokan, selalulah ia berteriak “Abi!”. Saya mulai menyadarinya ketika menonton ILC dan Haris Azhar berbicara, seketika anak saya berteriak “Abi!”.

Sejak saat itu saya perhatikan ketika dia melihat foto-foto pria berewokan lainnya, dari Fidel Castro, Irrfan Khan, dan beberapa artis India lain, semua selalu disebut “Abi”. Saya sih tidak keberatan. Sampai suatu ketika dia secara tak sengaja memutar video klip Maroon 5 berjudul “Memories” dan muncullah wajah Adam Levine dengan tampilan ala Viking. Dia juga berteriak “Abi”. Betapa anak yang cerdas dan berbakti, pikir saya.

BACA JUGA Nagih-Nagih Sampai Ngancam Denda 30 Juta, Negara dan BPJS Udah Kayak Debt Collector aja dan tulisan Aliurridha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 12 Juni 2020 oleh

Tags: bahasa bayilinguistik
Aliurridha

Aliurridha

Pekerja teks komersial yang sedang berusaha menjadi buruh kebudayaan

Artikel Lainnya

No Content Available
Pos Selanjutnya
pakaian gombor tren hip hop hardcore jogja 2013-2016 mojok.co

Remaja Jogja 2013-2016 Pernah Mengidolakan Gaya Pakaian Gombor-gombor

Terpopuler Sepekan

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan Terminal Mojok.co

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan

18 Mei 2022
4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja Terminal Mojok.co

4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja

19 Mei 2022
10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan Terminal Mojok

10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan

2 Januari 2022
Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini Terminal Mojok.co

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini

16 Mei 2022
Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa Terminal Mojok

Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa

17 Mei 2022
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

15 Mei 2022
Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara Starbucks Membuat Orang Tertarik Beli meski Tahu Harganya Mahal

13 Mei 2022

Dari MOJOK

  • Sultan Lantik Pj Walikota Jogja dan Pj Bupati Kulon Progo
    by Yvesta Ayu on 22 Mei 2022
  • 46 Tahun PSS Sleman: Masuk Dunia Metaverse tapi Manajemen Masih Lelet 
    by Gusti Aditya on 22 Mei 2022
  • Mie Ayam Om Karman, Filosofi Meja Terisi, dan Semangat Perantau Wonogiri
    by Hammam Izzuddin on 22 Mei 2022
  • Jelang Pilpres 2024, Jokowi Minta Projo Jangan Kesusu Munculkan Nama
    by Yvesta Ayu on 21 Mei 2022
  • Rumah Hantu Malioboro dan Alasan Orang-orang Suka Sesuatu yang Horor 
    by Brigitta Adelia Dewandari on 21 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GwazDvZPZ_Q&t=619s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In