Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mengenal Cabin Fever, Penyebab Depresi di Kala Pandemi

Daffa Prangsi Rakisa Wijaya Kusuma oleh Daffa Prangsi Rakisa Wijaya Kusuma
8 Oktober 2020
A A
cabin fever isolasi perasaan stres depresi mojok

cabin fever isolasi perasaan stres depresi mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Melihat berbagai masalah terus bermunculan baik itu di timeline media sosial, televisi, koran hingga obrolan tetangga, membuat rasa cemas menjadi kian meningkat dan menyebabkan pikiran menjadi mudah overthinking.

Rasa kehati-hatian agar nggak terinfeksi Covid-19 membuat berbagai kegiatan dilakukan secara daring dan dikerjakan di rumah (work from home). Tanpa sadar terlalu lama terkurung di rumah dengan rutinitas yang begitu-begitu saja membuat berbagai hal yang semula merupakan bagian dari rutinitas menjadi beban pikiran yang tak tertahankan.

Sebut saja beban kuliah daring yang begitu membosankan, beban kerja dari rumah yang justru semakin menggila, hingga perasaan was-was jika ada keluarga atau tetangga yang terinfeksi Covid. Berbagai tekanan yang menimbulkan perasaan negatif berlebih karena terlalu lama terisolasi di dalam rumah disebut sebagai cabin fever.

Istilah tersebut baru saya ketahui pada saat sedang mengikuti kuliah daring Kriminologi. Dosen saya menjelaskan bahwa salah satu fenomena yang terjadi di tengah pandemi ini adalah fenomena cabin fever yang bercirikan perasaan sedih, bosan, gelisah, cemas, dan mudah tersinggung akibat terlalu lama diam di rumah.

Bahkan banyak dari teman (termasuk saya sendiri) yang semula pulang kampung pada saat awal pandemi, memilih untuk kembali ke Yogya karena merasa stress terlalu lama di rumah. Sepintas memang terasa wajar fenomena seperti ini dialami oleh banyak orang. Akan tetapi, jika ditinjau berdasarkan ilmu kriminologi, ternyata fenomena ini menjadi cukup berbahaya jika dianggep sepele.

Berangkat dari sebuah pertanyaan sederhana dari dosen saya “Apakah ada kemungkinan karena terkena cabin fever, seseorang menjadi melakukan perilaku menyimpang dalam arti berbuat kejahatan?” Saya jadi kepikiran karena dari yang saya baca dan lihat, memang terjadi berbagai tindak kejahatan yang berakar dari kejengahan selama pandemi ini.

Misalkan seperti yang disampaikan Komnas Perempuan bahwa angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) meningkat selama pandemi ini, ada juga kasus pencurian laptop karena nggak punya fasilitas untuk sekolah, hingga kasus pembunuhan seorang anak oleh ibunya sendiri karena si anak nggak mampu mengikuti sekolah secara daring.

Fenomena cabin fever ini menjadi berbahya karena berpengaruh terhadap emosi perilaku akibat stres. Saya sendiri beberapa kali merasakan stres tersebut meski nggak sampai menyebabkan perilaku menyimpang seperti melakukan suatu kejahatan.

Baca Juga:

Pengalaman Saya Menjalani KKN Gaib, Sendirian Ngerjain Proker, Tau-tau Selesai

Sisi Lain Kursi Indomaret yang Nggak Disadari Orang: Lebih Nyaman dari Kursi Pijat, Bisa untuk Menghilangkan Stres Juga

Dosen saya memberikan beberapa contoh kondisi. Kondisi pertama, saat seseorang punya data internet dan menggunakan medsos, ia berpotensi menghabiskan banyak waktunya berselancar di medsos karena merasa memiliki banyak waktu luang. Kemudian akibat stress atas kondisi, ia mudah untuk menghakimi seseorang, melakukan bullying hingga ikut menyebarkan hoax.

Kondisi kedua, seseorang nggak punya hape, lalu nggak bisa cari hiburan, lalu stres, timbulah berbagai perilaku menyimpang seperti pemerkosaan hingga mencuri. Kedua contoh kondisi yang terlihat sederhana tersebut seketika membuat saya merinding dan berpikir bahwa pandemi ini sangat berpengaruh bagi kesehatan mental.

Kondisi ketiga, saat salah satu anggota keluarga terindikasi atau dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. Masyarakat akan mulai memberikan label stigma dan banyak kita ketahui telah terjadi perilaku yang justru memperlihatkan minimnya sikap solidaritas karena takut akan terinfeksi virus.

Fenomena yang bermula karena kewajiban untuk membatasi berbagai kegiatan di luar, malah berbalik menjadi sesuatu yang cukup menakutkan dan merisaukan, bahkan berkontribusi sebagai salah satu faktor terjadinya kejahatan selama pandemi ini.

Oleh karena itu, saya merasa memang sebegitu pentingnya membuat kondisi rumah menjadi senyaman mungkin dan mengurangi konflik-konflik yang memang sebaiknya dihindari. Mulai dari memarahi anak yang terlihat malas, nggak paham materi, teriak-teriak di rumah, sampai terlalu mempersoalkan banyak hal-hal kecil.

Tentunya mengkondisikan rumah menjadi tempat ternyaman merupakan solusi terbaik untuk meredam cabin fever ini. Selain tentunya dengan makan makanan bergizi dan olahraga. Komunikasi yang baik merupakan kunci yang harus dibangun untuk membuat rumah menjadi tempat ternyaman selama pandemi ini.

Kembali ke pertanyaan awal tadi, “Apakah ada kemungkinan karena terkena cabin fever, seseorang menjadi melakukan perilaku menyimpang?” Jawabannya ada. Maka dari itu untuk mencegah dampak cabin fever ini, khususnya bagi semua anggota keluarga harus berkomunikasi dengan baik untuk membuat suasana rumah yang nyaman. Sehingga nggak akan merasa seperti sedang diisolasi di sebuah kabin yang jauh dari kehidupan.

BACA JUGA Susi Pudjiastuti Kesal pada Kebijakan-Kebijakan “Konyol” Kementerian Kelautan dan Perikanan dan tulisan Daffa Prangsi Rakisa Wijaya Kusuma lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 Oktober 2020 oleh

Tags: cabin feverisolasipandemistres
Daffa Prangsi Rakisa Wijaya Kusuma

Daffa Prangsi Rakisa Wijaya Kusuma

Pemerhati isu hukum dan sosial yang suka nonton film dan baca buku.

ArtikelTerkait

Hewan Peliharaan, Korban Pandemi yang Terlewatkan terminal mojok

Hewan Peliharaan, Korban Pandemi yang Terlewatkan

20 Agustus 2021
tetaplah bahagia meski hampir gila mojok

Tetaplah Bahagia, meski Hampir Gila

17 Juli 2021
Mari Sambut dengan Tawa Wacana Menkes Terawan Soal Wisata Kebugaran, Jamu, dan Kerokan

Apa sih Pentingnya Meminta Terawan Tampil ke Publik?

28 September 2020
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois

17 Mei 2020
mahasiswa unjuk rasa mojok

Mahasiswa Sebaiknya Menahan Diri untuk Tidak Demonstrasi di Masa Pandemi

10 Juli 2020
penyintas covid-19 pandemi menanyakan kabar mojok

Pengalaman sebagai Keluarga Penyintas COVID-19 dan Tips Menghadapi Situasi Darurat

6 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.