“Eh, perasaan tadi gue naruh korek di sini. Kok nggak ada ya? Ini siapa yang curanrek lagi?”
Dalam dunia per-cangkruk-an, tentu aktivitas ngopi tiap malam sudah biasa dilakukan oleh para pemuda. Ngopi kini seolah menjadi aktivitas yang fardu atau mungkin sunnah muakad. Pasalnya, entah aktivitas apa pun yang menjadi tujuan, entah mau mengerjakan tugas, atau sekadar bercanda tawa sampai menjadi deep-talk-session sama circle kita, ngopi seolah sudah jadi kegiatan prioritas.
Starter-pack yang biasa dibawa saat ngopi pun hampir sama. Kalau occassion-nya nugas, yaa… pasti kalau nggak bawa ATK alias alat tulis, buku untuk lebih analog, atau bawa laptop untuk tampil lebih digital. Sedangkan kalau memang sekadar pengin ngumpul dan ngobrol, rokok dan korek pasti nggak boleh lupa dimasukin ke kantong jeans, kalau hari itu lagi pakai jeans.
Prosedur yang terjadi biasanya, ada yang ngerjain tugas, ada yang cuma ngobrol ketawa-ketiwi main gitar, ngudud minjem korek, dan begitulah. Sampai akhirnya jam ngopi harus berakhir. Dan salah satu dialog yang kadang bikin dag-dig-dug adalah kalimat tanya, “Lah woy korek gue ke mana ya? Perasaan tadi ada!” Nah! Ini nih.
Ini yang harus kita coba untuk selesaikan. Mengapa? Karena pencurian korek ini, ternyata marak terjadi. Beberapa empunya korek kadang nggak masalah kalau kehilangan korek yang murah-murah. Akan tetapi beda cerita kalau mereka kehilangan korek Cricket atau korek yang beli di pinggiran Malioboro dengan harga terjangkau hasil nawar selama 20 menit. Itu akan jadi masalah.
Tapi, bukan masalah itu yang pengin saya tekankan! Perihal curanrek ini bisa menjadi masalah karena satu hal yang kita lupa: kasus curanrek nggak punya pasal untuk menjerat pencurinya. Kita nggak bisa ngasih teguran atau hukuman buat pelaku curanrek, bukan? Padahal, kalau dipikir-pikir, mencuri korek mungkin bisa hampir sepadan sama mencuri sandal. Mencuri sandal saja bisa kena hukuman penjara 5 tahun. Sedangkan korek? Nggak terjerat apa-apa. Sebaliknya, malah harus ditanggung oleh korban untuk mengeluarkan uang lagi untuk membeli korek yang baru lagi.
Perihal pasal untuk pelaku curanrek, mungkin akan susah kita realisasikan. Kita harus menjadi perokok yang mawas, dan waspada. Sehingga, ada beberapa tips yang bisa kita lakukan biar tercegah dari curanrek. Diantaranya :
Satu: Beri signature sign yang menandakan korek itu punyamu.
Kalau koreknya yang murah-murah aja, kasih tanda di atas korekmu. Cukup dengan spidol marker atau coretan tipe-x saja. Syukur-syukur kalau bisa beri hadist…. Eh, jangan deh, nanti terkesannya sok alim. Ya sudah, beri saja quotes ciptaan sendiri. Misalnya, “Yang nyuri ini gue doain nggak bisa pup 3 minggu.” Jangan lupa tambahin judul lagu Nadin Amizah dan Sal Priadi dibawahnya, “Amin Paling Serius.”
Dua: Kalau kamu emang anak Sultan, bawa korek cadangan.
Kamu bisa bawa korek cadangan, 2 atau 3. Cadangannya cukup korek yang biasa-biasa aja. Jangan malah pakai yang bermerek Cricket. Yaaaa rugi bandar, dong!
Tiga: Selalu ingat bahwa KARMA DOES EXIST.
Terkadang, kita nggak sadar kalau suka mengikuti nafsu untuk mengambil korek yang beneficial buat kita. Kadang ada setan-setan yang menggoda saat kita melihat korek nganggur. Terus mikir, “Eh, apa gue ambil aja ya buat cadangan?” Lalu ada sedikit pro-kontra antara malaikat putih dan merah. Dan akhirnya, yaudahlah ya, pakai konsep, “Why Not?”.
Empat: Memunculkan sikap posesif.
Eh, posesifnya nggak ke pasangan ya, tapi ke korek kita. Tiap abis minjemin korek, langsung tarik, dan taruh di sebelah rokok. Atau kalau nggak, ya sedia pouch buat korek yang nempel di kunci mobil atau motor. Supaya, si korek bisa balik ke kita sendiri. Tapi, tanggung sendiri ya kalau semisal pasangan malah jealous karena posesifmu justru ditunjukkan ke korek bukan ke dia.
Lima: Menanamkan sikap ikhlas dan legowo sebagai opsi terakhir.
Yaaa, ini lah jalan terbijak yang biasa kita lakukan. Ikhlas. Kalau emang diambil, yaudah nggak apa-apa. Percaya aja, rezeki pasti nggak ke mana. Kalau hilang karena dicuri, pasti nanti akan ada lagi… korek yang bisa dicuri. Kkkrrrr.
Yak, kira-kira begitulah tips yang bisa kita tancapkan di dalam pikiran. Intinya, karena nggak ada pasal yang menjerat para pelaku curanrek, berarti kita bisa mengatasi masalah ini dari kita sendiri. Kita sendiri yang bisa membuat celah tapi kita sendiri juga yang bisa mencegah semua celah. Semangat para empunya korek!
BACA JUGA Menjadi Manusia di Smoking Area atau tulisan Nadya Rizqi Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.