ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Coba Kasih Tahu, Kenapa Ngasih Imbalan ke Pengamen Itu Nggak Wajib?

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
5 Maret 2020
A A
Coba Kasih Tahu, Kenapa Ngasih Imbalan ke Pengamen Itu Nggak Wajib?
Share on FacebookShare on Twitter

Ketika berada di Semarang ataupun di Jogja, saya kerap nongkrong di warung-warung pinggir jalan, sebut saja angkringan. Waktu itu, saat selesai mengikuti acara di Kawasan Kota Lama Semarang, saya dan teman-teman memutuskan untuk sekadar duduk sambil minum di angkringan. Memang hari sudah cukup malam, jadi nggak terlalu ramai.

Seorang pengamen menghampiri kami, dan dia menyanyikan lagu. Kami semua nggak ada yang menegurnya dengan kata “maaf”. Kami sepakat membiarkan dia nyanyi sampai habis. Kemudian setelah lagu habis, kami (kecuali saya) berebut ngasih imbalan ke pengamen.

Pemandangannya berbeda tatkala saya nongkrong di Jogja. Daerah istimewa satu ini memang banyak sekali angkringan yang cocok buat nongkrong—meski harganya sama aja mahal. Saya agak lupa tempatnya, tapi kalau nggak salah sih, sekitaran Kota Gede. Saya ngobrol-ngobrol di sebuah angkringan di sana. Ketika pengamen datang, teman saya langsung bilang, “Maaf, Mas.”

Seketika itu, pengamen langsung pergi. Lain waktu, justru saat tengah diskusi ada pengamen, saya mau ngasih imbalan, tapi teman saya bilang nggak usah. Padahal, mereka sudah capek-capek nyanyi. Ketika ditanya, temen saya bilang itu sudah biasa.

Sejauh ini, masih banyak orang yang menyepelekan keberadaan pengamen. Apalagi di tempat-tempat nongkrong. Sehingga memberikan imbalan pada pengamen terkadang dianggap tidak wajib, atau fardu kifayah. Hukum fardu kifayah ini seolah nggak hanya berlaku buat satu kelompok tongkrongan.

Misalkan dalam satu deret di sebuah angkringan, banyak orang membentuk kelompok-kelompok diskusi. Alhasil jika ada pengamen, lantas di kelompok lain sudah dikasih imbalan, seakan-akan kelompok lainnya nggak perlu ngasih lagi. Saya nggak tahu kenapa sampai sekarang pengamen nasibnya seperti itu.

Lain angkringan, lain pula nasib pengamen di sebuah perumahan atau yang menjajakan lagu dari pintu ke pintu. Pengamen ini keberadaannya paling mudah dideteksi, makanya banyak orang yang justru menghindarinya. Patut diakui, saya juga termasuk ke dalamnya, apalagi saat nggak punya uang receh.

Berbeda dengan pengemis yang suka datang tiba-tiba, kehadiran pengamen jauh lebih gampang diketahui. Pengamen umumnya memiliki suara yang khas, kadang kerasnya beramplitudo-amplitudo. Sehingga baru sampe tiga rumah sebelum rumah kita, suaranya sudah kedengeran. Oleh karena itu, kita punya waktu untuk menghindar.

Kondisinya lain saat di angkringan, kita nggak bisa menghindari pengamen. Senjata utama untuk menghindarinya hanya kata, “Maaf, Mas”, atau dibantu dengan warung yang ditempeli tanda “ngamen gratis”. Kenapa sih, kita harus menghindari bahkan sampai tega nggak ngasih imbalan ke mereka? Mereka itu kan juga kerja.

Saya sendiri jika di tempat tongkrongan sebisa mungkin menyiapkan uang receh cukup banyak. Selain buat bayar parkir ke tukang parkir yang hobinya muncul tiba-tiba. Saya khususkan anggaran buat pengamen, kalau mereka menyanyi di hadapan saya dan teman-teman.

Bukan berarti saya juga selalu punya stok uang receh buat ngasih imbalan ke mereka. Kadang uang kertas seribuan atau dua ribuan juga bisa dikasihkan ke pengamen. Kalaupun terpaksa sama sekali nggak punya uang bernominal kecil, saya dan teman-teman ngasih sebatang rokok.

Jadi apa pun imbalannya, saya usahakan dulu, kalau nggak ada uang receh, bisa uang seribuan, kalau nggak ada lagi, bisa sebatang rokok. Setidaknya, suara dan kemampuan bergitar atau memainkan ukulele dari mereka bisa dihargai, meski nggak sebagus permainannya. Aneh sih, kalau sampai nggak ngasih imbalan apa-apa ke mereka yang ngehibur kita? Coba kasih tahu alasannya apa?

Pantasnya bersyukur ada mereka yang mau menyanyikan lagu di depan kita, atau dengan instrumen musik yang bagus, harmoni, dan enak didengar, tanpa kita harus membayar mahal. Ironisnya, lebih banyak orang cenderung suka membeli tiket konser artis atau penyanyi top, daripada ngasih seribu buat pengamen yang suka rela menghampiri kita.

Iya nggak, sih? Kalau nonton konser kita harus datang ke tempatnya, sementara pengamen suka rela datang ke tempat kita duduk. Belum lagi saat nonton konser kita harus nanggung risiko berdesakan, kadang nggak sempat makan dan minum. Pengamen ini layaknya memang harus diberi imbalan, baik yang di kafe-kafe atau tongkrongan-tongkrongan pinggir jalan.

Di kota-kota besar, seperti Jogja atau Semarang, mereka nggak hanya mereka yang keliling, tapi ada pula yang cuma bernyanyi di sebuah tempat, contohnya seperti yang ada di jalanan Malioboro. Kita semestinya juga ngasih imbalan ke pengamen jenis tersebut, malah bisa lebih banyak dari biasanya. Pasalnya, mereka dengan gaya ngamen netap biasanya peralatan musiknya lebih lengkap, dan lebih bagus—bukan berarti yang lain nggak bagus.

Kita nggak perlu bayar tiket konser seharga ratusan ribu, nggak repot berdesakan bisa sambil makan dan minum, serta nggak harus mendatangi si penyanyi. Dengan adanya pengamen nutrisi musik bukan sekedar mendengarkan playlist sudah bisa terpenuhi. 

Selain itu, pengamen bukan peminta-minta. Dia mendendangkan lagu, menunjukkan bakatnya entah alamiah atau diasah, semua itu patut diapresiasi lewat imbalan. Mereka ikhlas dibayar berapa pun. Orang-orang yang sudah bilang “maaf” kepada pengamen, apalagi belum sempat masuk intro apakah nggak mikirin perasaannya?

Lain waktu bisa dong nggak seperti itu. Jarang-jarang loh, ada yang mau nyanyikan lagu di hadapan kita langsung. Bahkan pacar pun kadang males buat ngelakuin itu. Jasa pengamen sebaik itu, masih menyepelekan mereka dengan tak memberinya imbalan sepersen pun? Satu kata: Ramashoookkkk!

BACA JUGA Festival Musik Gagal Lantas Penonton Marah dan Menjarah, Wajarkah? atau tulisan Muhammad Arsyad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 Maret 2020 oleh

Tags: angkringankonsernongkrongPengamen
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Mahasiswa di IAIN Pekalongan.

ArtikelTerkait

Pengalaman Buruk Bertemu Pengemis di Jalanan: Nggak Dikasih Uang, Kendaraan Saya Digores Paku

Pengalaman Buruk Bertemu Pengemis di Jalanan: Nggak Dikasih Uang, Kendaraan Saya Digores Paku

12 September 2023
Warung Kopi, Tempat yang Nggak Bisa Dipisahkan dari Kehidupan Orang Aceh

Warung Kopi, Tempat yang Nggak Bisa Dipisahkan dari Kehidupan Orang Aceh

28 Juli 2023
Kafe dalam Kompleks SPBU Itu Sebenarnya Aneh Banget, Nongkrong kok di SPBU

Kafe dalam Kompleks SPBU Itu Sebenarnya Aneh Banget, Nongkrong kok di SPBU

14 Juli 2023
Berlagak Tuli dan Benci Pengamen di Tongkrongan Adalah Budaya Bajingan para Tukang Nongkrong terminal mojok.co

Fenomena Pengamen Galak yang Meresahkan di Solo: Cari Rezeki kok Pakai Marah-marah? Kalau Ada yang Nggak Terima Gimana?

4 Juli 2023
Ribut di Konser Itu Nggak Keren, tapi Cara Ahmad Dhani Menghadapi Penonton Rusuh Boleh Dicontoh

Ribut di Konser Itu Nggak Keren. Cara Ahmad Dhani Menghadapi Penonton Rusuh Boleh Dicontoh

25 Mei 2023
UMR Jogja Harus Naik Drastis, Tidak Bisa Tidak! upah minimum yogyakarta

Jogja Kini Tak Lagi seperti Penggalan Sajak Joko Pinurbo

21 Mei 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
sahabat perempuan pacar

Tiga Alasan Kenapa Sahabat Perempuan Pacar Nggak Seharusnya Dicemburui

bawa hp ke wc

Saya Mencari Faedah Bawa HP ke WC Tiap Mau Boker, Ternyata Tidak Menemukan Apa-Apa

kembali ke masa lalu

Melalui Lagu Kita Kembali ke Masa Lalu



Terpopuler Sepekan

20 Istilah yang Harus Diketahui KOL Specialist

20 Istilah yang Harus Diketahui KOL Specialist

oleh Muhammad Syifa Zam Zami
22 September 2023

Kota Manado yang Asing tapi Akrab bagi Orang Lombok (Unsplash)

Kota Manado yang Sangat Berbeda bagi Orang Lombok, Sekaligus Bukti Indahnya Keragaman di Indonesia

oleh Atanasius Rony Fernandez
23 September 2023

Betapa Repotnya Keluarga Suku Campuran di Hadapan Petugas Sensus

Betapa Repotnya Keluarga Suku Campuran di Hadapan Petugas Sensus

oleh Virgilia Puput K.
22 September 2023

Bedak Viva Sachet: Bedak Seribuan yang Multifungsi

Bedak Viva Sachet: Bedak Seribuan yang Multifungsi

oleh Siti Karomah Puspita Dewi
23 September 2023

Guru Bimbel, Profesi Paling Pengertian di Dunia

Guru Bimbel, Profesi Paling Pengertian di Dunia

oleh Bintang Ramadhana Andyanto
24 September 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=UYaA2xiqS2A

DARI MOJOK

  • Universitas Bunda Mulia Ranking 22 di Jakarta, Bisa Jadi Alternatif Kuliah di Ibu Kota
  • Universitas MH Thamrin, Dari Tempat Kursus Kesehatan Menjadi Universitas
  • Di Jawa Enak Ada Kereta Cepat, Kapan Jambi Punya Kereta?
  • Pawang Hujan yang Diminta Menghentikan Sunset dan Permintaan-permintaan Aneh Pengguna Jasanya
  • Anies dan Cak Imin Perkenalkan Badan Pemenangan AMIN, Siapa Saja Anggotanya?
  • Sejarah Jalur Pantura, Ada Sejak Mataram Islam yang Tumbalkan Nyawa Ribuan Pribumi di Masa Belanda
ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!