Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mengapa Krama Inggil Selalu Sama di Tiap Daerah?

Gigih Bella Wicaksono oleh Gigih Bella Wicaksono
31 Oktober 2020
A A
bahasa jawa krama inggil syekh subakir jawa tumbal ki semar mojok

bahasa jawa krama inggil syekh subakir jawa tumbal ki semar mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Bahasa Jawa memiliki tiga dialek dengan penutur yang tidak bisa dianggap kecil. Dimulai dengan penutur Bahasa Jawa dengan dialek Ngapak yang tersebar di Jawa Tengah sebelah barat, dialek Mataraman yang beredar di sekitar Jogja, Solo, dan beberapa kota di Jawa Timur seperti Kediri, Nganjuk, dan Tulungagung. Dialek terakhir yang cukup dikenal adalah dialek Malangan atau Suroboyoan yang tersebar di sekitar kota Surabaya, Malang, Gresik dan lainnya. Dialek-dialek besar ini sering saya jumpai di kampus dan di lingkungan keluarga saya sendiri. Membuat saya tertarik untuk mendengarkannya lebih lama.

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat mengamati percakapan antara ibu saya yang merupakan orang Jawa dengan dialek Mataraman dan sahabatnya dengan dialek Surabaya. Asyik berbincang dengan bahasa ngoko lugu, saya sedikit menyela perbincangan dengan bahasa krama inggil.

Selama ini saya kurang memperhatikan kejanggalan yang nyatanya, masih baru-baru ini saya sadari. Dialek-dialek Jawa yang selama ini saya dengar selalu memiliki kosakata yang berbeda-beda tiap daerahnya. Dialek-dialek ini uniknya, selalu saya dapati pada level kesopanan ngoko, alias tingkatan bahasa sehari-hari yang digunakan pada teman sejawat atau orang seumuran.

Bagi yang kurang familiar, krama inggil adalah salah satu level kesopanan dalam Bahasa Jawa dengan tingkat tertinggi. Biasa digunakan ketika sedang berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang terhormat. Hal ini membuat krama inggil menjadi level kesopanan terhalus yang bahkan cukup sulit untuk dipelajari, terutama bagi pendatang baru yang berasal dari luar Jawa ataupun anak muda.

Krama inggil tidak selalu terdengar di masyarakat jika dibandingkan dengan level bahasa lainnya seperti ngoko lugu misalnya. Di saat ngoko lugu menawarkan pilihan kata yang lebih mudah untuk diingat dan diucapkan, krama inggil terkadang memiliki kosakata yang jarang lagi ditemui dalam percakapan sehari-hari.

Oke, mari kita kembali ke pembahasan awal. Saat saya mencermati percakapan saya dengan orang Malang atau Surabaya yang menggunakan krama inggil, saya menyadari bahwa kosakata yang digunakan selalu sama.

Sebagai perbandingan, kami biasa mengenal perbedaan makna dalam beberapa kata di level ngoko lugu. Di Ponorogo, teko [tɜkɒ] memiliki makna “sampai”, sedangan kata yang sama memiliki makna “dari” di Malang. Sehingga kalimat seperti aku teko kampus memiliki dua makna yang berbeda tergantung dari mana asal orang yang mengucapkannya. Hal ini, tidak saya temui di level kesopanan krama inggil di mana panjenengan [panjɜnɜŋan] selalu berarti “Anda”.

Orang dari Malang bisa saja kebingungan ketika berbincang dengan orang dari Jogja karena perbedaan kosa kata. Namun saya bisa menjamin bahwa mereka akan saling memahami apabila mereka menggunakan bahasa krama. Mungkin bahasa krama adalah lingua franca-nya orang Jawa?

Baca Juga:

Dilema Warga Brebes Perbatasan: Ngaku Sunda Muka Tak Mendukung, Ngaku Jawa Susah karena Nggak Bisa Bahasa Jawa

10 Kosakata Pemalang yang “Ajaib” hingga Bikin Bingung Banyak Orang

Saya sendiri sempat berpikir mungkin saja hal ini dipengaruhi lingkungan dan pengaruh bahasa lain sehingga ngoko lugu memiliki banyak perbedaan. Namun, anehnya, hal ini tidak terjadi pada krama inggil yang juga tersebar di banyak daerah; membuat saya harus mengulik lagi bahasan ini.

Hingga belum lama ini, saya sempat membaca sebuah jurnal yang meneliti bagaimana kata kerja dalam Bahasa Inggris mengalami perubahan seiring berjalannya waktu (tentang verb inflection). Jurnal ini menjelaskan sebuah aturan baru bisa menyingkirkan atau “membunuh” aturan lama (Lieberman, Michel, Jackson, Tang, & Nowak, 2007).

Dalam hal ini, sebuah keadaan bagaimana irregular verb bertransformasi menjadi regular verb seperti yang kita kenal sekarang. Studi ini menjabarkan bahwa intensitas penggunaan kata sangat memengaruhi peristiwa tersebut. Bahwa semakin jarang sebuah kata digunakan, maka potensi ia berubah menjadi regular verb semakin besar. Kata seperti slew semakin jarang digunakan hingga kini bertransformasi menjadi slayed, sebuah bentuk yang lebih sederhana.

Menariknya, saya menghubungkan hal ini dengan pembahasan tentang kesamaan kosakata krama inggil di banyak daerah. Membuat saya mulai berpikir dengan cocoklogi saya, membangun asumsi tanpa dasar bahwa mungkin saja krama inggil akan bernasib sama dengan apa yang terjadi pada beberapa irregular verb.

Kenyataan bahwa kini penutur krama inggil semakin menurun, membuat saya berpikir bahwa mungkin inilah penyebab krama inggil tidak pernah berevolusi. Berbeda jauh dengan ngoko lugu yang semakin populer di kalangan penutur Bahasa Jawa baik anak muda maupun orang yang baru saja belajar.

Ketakutan ini mungkin menimbulkan beberapa pertanyaan: bagaimana kalau pembahasan ini adalah sebuah jawaban yang benar? Bagaimana kalau krama inggil suatu hari akan lenyap karena habisnya penutur aktif? Bagaimana kalau saya sendiri adalah pelaku matinya sebuah bahasa karena saya tidak pernah belajar?

Bahasa Jawa sendiri sudah mulai terkikis dengan hilangnya peredaran aksara Jawa. Tentu dengan pudarnya sebuah level kesopanan akan menimbulkan asumsi menarik; apakah masyarakat Jawa perlahan melupakan tradisi sopan santun pada sesama penuturnya?

BACA JUGA Level Sombong Ultimate: Nggak Mau Turun Mobil Pas Beli Roti Bakar

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 31 Oktober 2020 oleh

Tags: Bahasa Jawakrama inggil
Gigih Bella Wicaksono

Gigih Bella Wicaksono

ArtikelTerkait

17 Istilah Jatuh dalam Bahasa Jawa, Mulai dari Kesrimpet sampai Ngglundung

17 Istilah Jatuh dalam Bahasa Jawa, Mulai dari Kesrimpet sampai Ngglundung

9 Desember 2023
Bahasa Jawa Sangat Peduli pada Jatuhnya Umat Manusia MOJOK.CO

Bahasa Jawa Sangat Peduli pada Jatuhnya Umat Manusia

7 Agustus 2020
20 Kosakata Daerah Plat AG yang Wajib Dipahami Perantau biar Nggak Plonga-plongo Saat Diajak Ngobrol Warlok

20 Kosakata Daerah Plat AG yang Wajib Dipahami Perantau biar Nggak Plonga-plongo Saat Diajak Ngobrol Warlok

16 November 2023
Stop Bertanya Ngapak ya? ke Semua Orang yang Mengaku Berasal dari Cilacap. Ngapak Bukan Satu-satunya Identitas yang Dimiliki Cilacap!

Stop Bertanya “Ngapak ya?” ke Semua Orang yang Mengaku Berasal dari Cilacap. Ngapak Bukan Satu-satunya Identitas yang Dimiliki Cilacap!

8 Agustus 2023
5 Kosakata Bahasa Jawa Khas Orang Pati yang Sulit Dimengerti Orang Demak

5 Kosakata Bahasa Jawa Khas Orang Pati yang Sulit Dimengerti Orang Demak

14 Februari 2024
Bahasa Jawa

Ambyarnya Bahasa Jawa si Anak Pendatang Berakhir Dicap Tidak Sopan

3 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.