Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mengakhiri Perdebatan tentang Mi Ayam, Yamie, dan Mi Bangka di Antara Pemburu Kuliner Yogyakarta

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
19 Juni 2020
A A
mi ayam pak sabar mojok.co

mi ayam mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Dalam perjalanan peradaban penduduk Yogyakarta, ada satu kuliner yang sedekat nadi dan seakrab nyinyiran ibu-ibu di sudut kota. Kuliner tersebut adalah mi ayam. Seiring perjalanan waktu, kuliner tersebut pun mengalami perubahan dan perkembangan. Memang memberi banyak pilihan pada pecinta kuliner. Namun perkembangan ini menimbulkan miskonsepsi perihal definisi kuliner tersebut. Seringkali, sekumpulan pemuda berdebat ketika menemukan warung mi ayam namun dianggap bukan mi ayam

Dalam artikel ini, saya akan mencoba menjadi Avatar, menjadi penengah dari perbedaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Perdebatan yang memicu adu argumen antar teman tongkrongan. Perdebatan yang menyebabkan saya overthinking setiap malam. Dan akhirnya saya memutuskan untuk hadir dan menyelesaikan perdebatan ini.

Untuk menyelesaikan perang tak tercatat sejarah ini, saya meminta petuah dari dua pengamat dan penikmat mi ayam yang hanya berkenan disebut inisialnya. Yang pertama adalah HS, seorang perantau dari Sumatera dengan semboyan “tanpa sambal tak mantap lah!” Yang kedua adalah BW, seorang bapak muda asli Yogyakarta yang berprinsip “mi ayam haruslah tanpa tulang.”

Kami bertiga berusaha menemukan garis merah perpecahan perihal makanan surga ini. Bagaimana masyarakat kuliner Yogya sampai berdebat tentang mana yang sahih, mana yang menyaru. Dari diskusi panas ini kami menyepakati sebuah panduan untuk memahami apa itu mi ayam, mi bangka, dan yamie. Ketiganya adalah variasi paling populer di wilayah Yogyakarta

Mi ayam

Mi ayam yang dipandang sahih adalah pakem Wonogirian. Pakem Wonogirian ditAndai oleh kuah pekat dan manis. Toping ayam dimasak manis dan disajikan dalam bentuk dadu. Biasa ditambahkan toping lain berupa loncang, sawi, atau dalam kasus tertentu, acar. Kami membagi jenis mi yang menganut pakem Wonogirian bagi berdasar warna gerobak

Gerobak Biru: biasanya masih dalam satu kongsi dengan Tunggal Rasa. Berkarakter umumnya mi Wonogirian dengan karakter manis dan pekat. Mi yang digunakan lebih lembut.

Gerobak Hijau: seringkali didorong pedagang independen tanpa afiliasi. Memiliki kuah yang lebih gurih meski tetap dalam tataran manis. Toping juga tetap serupa. Memang banyak samanya sih.

Gerobak Coklat: terlepas dari karakter mi, gerobak coklat tak lebih dari keengganan pedagang tersebut untuk mengecat.

Baca Juga:

4 Cara Mudah Menikmati Mie Ayam untuk Sarapan ala Warga Lokal Jakarta

Panduan Menikmati Mie Ayam dengan Saos Menurut Anak Pedagang. Beda Jenis, Beda Saosnya

Yamie

Yamie sering dipandang sebagai mi ayam asin. Namun kami bersepakat bahwa yamie adalah golongan lain dari mi bertoping ayam. Yamie memiliki ciri khas ukuran mi yang kecil. Topping ayam yang dipakai adalah ayam suwir atau cacah tanpa bumbu yang rumit. Kuah yamie biasanya dipisah untuk meningkatkan estetika dan sebagai sruputan.

Yamie memiliki rasa lebih sederhana, dan bagi warga asli Yogya dipandang hambar. Salah satu punggawa yamie di Yogya adalah Yamie PAnda dan Yamie Pathuk. Salah satu olahan mi yang mirip yamie adalah mi palembang Afui. Tapi tetap saja terlalu banyak kemiripan dengan yamie pada umumnya. Yang beda hanyalah harga dan porsinya yang sangat proletar.

Bagi penggemar pakem Wonogirian, yamie adalah penyelewengan. Yamie dipandang sebagai kuliner kekinian, meskipun sejarah berkata yamie adalah ibu dari olahan pakem Wonogirian. Tapi kami bersepakat bahwa yamie tetap produk yang berbeda. Yamie tidak pernah dan tidak akan menjadi mi ayam.

Mi Bangka

Mi Bangka memiliki kemiripan dengan yamie. Yang menjadi ciri khas mi bangka adalah tambahan tauge sebagai toping. Kami bertiga bersepakat bahwa tambahan tauge ini bukanlah sesuatu yang tepat bagi olahan mi bertopping ayam. Tapi ya sudahlah. Namanya kultur budaya akan selalu berseberangan.

Mi Kontemporer

Ini adalah golongan yang kami bentuk untuk mengakomodir jenis mi bertopping ayam lain. Dan karena perkembangan kuliner Yogya yang secepat habisnya dana keistimewaan, variasi mi semacam ini sangat deras menyerbu khazanah perkulineran. Dari mi bertopping ayam geprek, kuah rendang, goreng, dan banyak lagi macamnya. Kami pun sangat terbatas dalam eksplorasi mi kontemporer ini. Maklum, UMR Yogya masih saja belum mengakomodir kebutuhan tersier pekerjanya. Tapi kami tetap bermufakat, segala mi hasil pengembangan tiga kategori di atas adalah kontemporer. Biarlah kreasi itu berjalan bebas tanpa tuntutan pakem manapun.

Demikianlah empat kategori yang kami diskusikan dan mufakatkan. Semoga penggolongan kami membebaskan saudara-saudariku dari perdebatan sengit nan abadi ini. Kami berharap, tidak ada pula yang berkata “ayo jajan mi ayam di yamie panda.”. Jelas-jelas Yamie Panda gerobaknya nggak mencerminkan pakem Wonogirian.

Eh, Yamie Panda pake gerobak nggak, sih?

BACA JUGA Memprediksi Isi DM JRX Setelah Tirta Muncul di Holywings dan tulisan Dimas Prabu Yudianto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 19 Juni 2020 oleh

Tags: mi ayammi bangkayamie
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Wonogiri, Tempat Terbaik untuk Kalian yang Mendambakan Hidup Tanpa Kecemasan

Wonogiri, Tempat Terbaik untuk Kalian yang Mendambakan Hidup Tanpa Kecemasan

29 Februari 2024
5 Rekomendasi Warung Bakso dan Mie Ayam Dekat Kampus IAIN Kediri. Ada yang Harganya Cuma 2 Ribu!

5 Rekomendasi Warung Bakso dan Mie Ayam Dekat Kampus IAIN Kediri. Ada yang Harga Seporsinya Cuma 2 Ribu!

30 November 2023
4 Mi Ayam Kota Depok yang Enak Banget terminal mojok.co

4 Mi Ayam Kota Depok yang Enak Banget

16 November 2021
Sedayu Bantul, Surganya Pencinta Mie Ayam yang Murahnya Nggak Masuk Akal

Sedayu Bantul, Surganya Pencinta Mie Ayam yang Murahnya Nggak Masuk Akal

21 Februari 2024
Panduan Menikmati Mie Ayam dengan Saos Menurut Anak Pedagang. Beda Jenis, Beda Saosnya

Panduan Menikmati Mie Ayam dengan Saos Menurut Anak Pedagang. Beda Jenis, Beda Saosnya

1 Oktober 2025
6 Hal Substansial pada Cwie Mie, Mi Ayam Orang Malang Terminal Mojok

6 Hal Dasar yang Ada pada Cwie Mie, Mi Ayam Orang Malang

20 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.