Beberapa waktu yang lalu lini masa Twitter diramaikan dengan pertanyaan seorang sender di menfess yang membahas tentang karier. Inti pertanyaannya adalah dilema sender yang pengin kerja di SCBD dengan alasan keren tapi tawaran gaji jauh lebih menarik di Cikarang. Twit tersebut mendapatkan reaksi yang beragam dari warganet Twitter.
Mayoritas warganet yang menanggapi pertanyaan sender tersebut fokus ke alasan sender ingin terlihat keren dengan bekerja di SCBD. Kalau saya malah fokus ke alasan kenapa sender nggak mau kerja di Cikarang walaupun mendapatkan gaji yang jauh lebih menggiurkan. Sebagai seorang yang besar di Cikarang, saya merasa perlu mengira-ngira kemungkinan-kemungkinan apa yang membuat sender tidak mau bekerja di Cikarang. Dan inilah kesimpulan yang saya dapat.
#1 Tempat kerja susah dikontenin
Buat orang-orang yang kerja di startup digital dan agensi kemungkinan akan lebih mudah untuk buat konten di tempat kerjanya. Sebab, segala sudut ruangan tempat mereka bekerja, dipikirkan betul nilai estetikanya. Hal itu menjadi suatu kewajiban, apalagi jika ukuran ruangan tempat mereka bekerja nggak luas-luas banget.
Berbeda dengan daerah Cikarang yang mayoritas adalah perusahaan besar yang telah lama berdiri. Perusahaan ini cenderung membangun gedung perusahaan yang tepat guna, tahan lama, dan agak kurang mementingkan estetika. Yang dipikirkan perusahaan adalah gedung yang dibangun dapat menunjang pembuatan produk.
Apa yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut sebenarnya nggak sala. Tapi, keadaaan masa kini berbeda. Anak muda zaman sekarang memerlukan konten sebagai bentuk eksistensi diri. Buat apa punya tempat kerja dengan gaji besar tapi tempat kerjanya nggak bisa dijadiin konten? Mending gaji UMR tapi ruang kerjanya bisa dijadikan bahan pamer.
#2 Status sosial
Kedudukan sosial yang dimiliki seseorang dalam masyarakat semakin terasa penting dalam era digital. Sebab zaman dahulu, status sosial seseorang paling mentok dapat diketahui oleh orang satu kecamatan. Sekarang, dengan adanya sosial media status sosial seseorang dapat diketahui secara lebih luas.
Untuk mendapatkan status sosial ini bisa melalui usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai status sosial yang diinginkan. Salah satu cara mendapatkan status sosial yang baik adalah dengan bekerja di tempat-tempat yang berkelas. Dan SCBD menyediakan hal tersebut.
Sedangkan Cikarang belum menjadi tempat kerja yang dapat meningkatkan status sosial dalam jangka pendek menurut anak muda. Yaaa begitulah.
#3 Bingung nyari tempat hedon
Buat apa punya gaji besar tapi nggak ada tempat untuk menyalurkan? Kalau kamu punya gaji besar saat bekerja di Cikarang, kamu bakal sedikit kesulitan untuk mencari tempat hedon dan party guna dimasukkan ke Instastory.
Kalau kamu mau hedon yang bisa mendapatkan banyak validasi dari sosial media, lebih banyak pilihannya di Jakarta. Maka dari itu, kerja di Jakarta menjadi pilihan utama buat para anak muda.
#4 Transportasi umum
Kalau kamu orang Jakarta yang telah terbiasa dengan moda transportasi umum yang cukup memadai, pasti bakal kaget, jika harus bekerja di Cikarang. Sebab, moda transportasi umumnya masih itu-itu saja. Moda transportasi umum di Cikarang ya cuma angkot, elf, dan ojek. KRL pun nggak begitu membantu pekerja Cikarang pada umumnya.
#5 Jalanan rusak
Dalam tulisan saya sebelumnya, banyak komentar yang mengusulkan untuk membahas jalanan rusak yang ada di Cikarang. Sebab, jumlahnya sangat banyak. Dan tentu saja jalanan rusak bikin orang pikir-pikir lagi.
Loh, serius ini. Akses jalan itu penting buat orang yang mau bekerja. Coba deh kalian interview di perusahaan yang jalannya aja mendaki gunung lewati lembah, bisa jadi kalian malah berharap nggak diterima soalnya nggak worth it sama perhitungan ekonominya.
#6 Sulit untuk work from Bali
Ya gimana ya, Cikarang itu isinya pabrik. Karyawan pabrik mana bisa WFB, mau ngecek produk dan distribusi gimana?
Selain itu, rata-rata perusahaan di daerah ini punya SOP yang sangat ketat. Nggak ada ceritanya nyolong-nyolong bepergian ke luar kota, bisa jadi masalah. Bukan perusahaannya tidak mementingkan work life balance (lagi pula, apa itu work life balance sebenarnya?), tapi memang jenis pekerjaannya seperti itu, dan SOP yang ada memang seketat itu. SOP ketat tak melulu tak ramah work life balance, ingat itu.
Nah, perusahaan yang ketat-ketat gitu jarang bikin anak muda tertarik. Dan itu memang nggak salah. Perusahaan punya plus minusnya sendiri.
Itulah beberapa hal kenapa Cikarang kurang menarik bagi pemuda harapan bangsa. Hal ini muncul dari pengamatan saya yang hanya sekilas. Kalau kalian punya pendapat lain, monggo corat-coret di kolom komentar ya!
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya