Hari raya Iduladha kemarin tidak hanya menjadi hari yang paling naas bagi sapi dan kambing, tapi juga ayam. Meski sorotan sebagian besar lebih mengarah pada proses penyembelihan hewan berkaki empat, hal ini tidak merubah fakta bahwa tidak sedikit pula ayam yang disembelih pada hari itu. Tidak seperti bebek atau unggas yang lain, ayam-ayam yang sebagian besar berakhir menjadi opor dan semur itu memang tidak pernah ketinggalan untuk ambil bagian dalam setiap acara hajatan atau hari besar.
Saya tidak tahu pasti apa keunggulan ayam ketimbang hewan unggas yang lain. Tapi yang pasti, di sini saya hanya ingin menerka karakter anak kecil berdasarkan bagian yang disukai pada ayam atau unggas yang lain.
Berdasarkan pengalaman saya waktu kecil, setiap potongan dengan besaran yang telah disepakati sering kali menyebabkan perselisihan di kalangan anak kecil. Terutama bagi mereka yang sepaham dan sepemikiran soal bagian mana yang lebih baik dan lebih bernilai untuk dipilih. Kandungan daging yang secara kuantitas berbeda-beda menjadi faktor paling umum dalam menentukan bagian yang paling disukai.
Tapi menurut saya, setiap potongan pada bagian tubuh ayam memiliki keunikannya tersendiri yang bisa menjadi daya tarik bagi makhluk yang sudah berada pada puncak rantai makanan, yaitu homo sapiens sebagai konsumennya. Mari kita bedah satu-satu.
Karakter anak penyuka paha
Ini adalah bagian yang paling banyak diminati oleh anak kecil ya, Ma’am. Tampaknya mereka yang suka paha ayam memiliki pertimbangan kuantitatif dan didasarkan pada rasional.
Menurut saya, anak-anak ini sangat mengerti dan paham bagaimana caranya mengambil keputusan tanpa harus berpikir panjang.
Pertimbangannya mudah saja. Mana yang lebih menguntungkan, maka itu yang harus diambil. Mereka ini selalu menempatkan sesuatu didasarkan pada rasionalitas. Mereka juga cenderung tidak ingin ambil pusing terhadap kritikan yang datang. Soal pekerjaan, sepertinya kelak mereka cukup bisa diandalkan. Mereka selalu berusaha mengerjakan sesuatu sebaik-baiknya. Tapi, jika hasilnya tidak maksimal, mereka mungkin akan kecewa berat.
Karakter anak penyuka
Ini merupakan bagian yang penuh dengan tantangan. Bentuknya yang berongga serta beberapa tulangnya yang tipis membuat kita harus memakannya dengan cara disisil. Bagi sebagian orang, memakan dengan cara menyisil ini memberikan suatu kesenangan tersendiri dalam proses memakannya. Mereka justru merasa senang disibukkan oleh makanan berserat yang tidak habis dalam satu atau dua kali gigit. Ini menunjukkan kedewasaan sikap dalam menjalani setiap tahapan dalam perjalanan hidupnya dengan rasa penuh hikmat. Kalau kata orang Jawa: alon-alon seng penting kelakon.
Karakter anak penyuka sayap
Selain ceker, bagian yang sering dipandang dengan sebelah mata itu sayap. Dagingnya yang tidak seberapa ditambah bentuknya yang berkelok-kelok membuat orang malas memakannya. Inilah sebabnya sayap selalu menjadi bagian yang tersisihkan dari seleksi santapan anak kecil.
Nah, Ma’am, kalau anakmu ada yang suka sayap ayam, dapat dipastikan dia adalah tipe yang nerimo ing pandum dan lebih memilih untuk mengalah dengan membiarkan yang lain mengambil bagian yang lebih baik. Bisa jadi dia rela berkorban demi menghindari konfrontasi dengan para kompetitornya.
Karakter anak penyuka leher sampai kepala
Jika waktu kecil kamu suka memilih bagian ini, tentu kamu sudah cukup paham artinya berjuang demi mendapatkan seluruh bagian yang bisa dimakan. Beberapa di antaranya tidak hanya nyempil di sela-sela tulang, tapi juga tersembunyi di balik tulang sehingga untuk mendapatkan kamu harus menghancurkan tulangnya terlebih dahulu. Ini menjadi cerminan bahwa mereka yang suka bagian leher sampai kepala memiliki karakter pejuang yang punya kegigihan untuk mencapai tujuannya.
Karakter anak penyuka bludru
Membahas soal bludru sangat tidak afdol jika tidak mengaitkannya dengan konspirasi membagongkan ala para orang tua di Jawa. Konon, bludru tidak baik untuk anak-anak karena memakan bludru dapat membuat orang jadi bodoh.
Entah siapa yang memulainya. tapi gara-gara mitos ini, banyak orang yang tidak suka makan bludru bahkan meskipun usianya telah dewasa. Selain itu, bagian saluran pembuangan ini dianggap menjijikkan untuk dikonsumsi.
Meski begitu, ada pula anak-anak pemberani yang tetap nekad memakannya meskipun sudah diperingatkan oleh orang tuanya perihal mitos tersebut. Mereka adalah nak-anak pembangkang yang akal sehatnya sudah mulai berfungsi sejak dini. Dan saya pikir negara ini butuh pemimpin yang waktu kecilnya hobi makan bludru ayam.
BACA JUGA Mengenal Jenis-jenis Ayam Beserta Kepribadiannya dan tulisan Ahmad Mu’arifin.