Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

5 Hal yang Bikin Saya Menderita ketika Pindah dari Jogja ke Semarang

Tito Satrya Kamil oleh Tito Satrya Kamil
6 Oktober 2023
A A
5 Hal yang Bikin Saya Menderita ketika Pindah dari Jogja ke Semarang

5 Hal yang Bikin Saya Menderita ketika Pindah dari Jogja ke Semarang (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Banyak sekali tulisan di Terminal Mojok yang terkesan “menghabisi” Jogja. Banyak pula tulisan yang mengunggulkan Semarang sebagai kota yang layak huni. Harus diakui, setelah keluar dari Jogja dan pindah ke Semarang, saya mendapatkan tambahan pundi-pundi karena biaya hidup di sini lebih murah daripada di Jogja dalam beberapa hal, misalnya sewa kos. Akan tetapi, saya merasa ada beberapa hal yang harus saya bayar “mahal” dan bikin saya menderita sejak pindah ke Semarang.

#1 Sulit mengakali panasnya Semarang

Di Jogja, jika kita beraktivitas di daerah yang panas seperti wilayah kota, kita masih bisa memilih tinggal di daerah yang lebih hijau dan adem seperti area utara Ring Road atau Jalan Palagan. Paling effort-nya sebatas menambah jarak perjalanan dari kos ke kantor saja. Soal waktu tempuh, saya kira masih cukup santai apabila berangkat 30 menit sebelum waktu mulai kerja.

Sementara di Semarang, daerah yang lebih adem relatif jauh dari kota dengan kontur jalan yang naik turun (misalnya Mijen, Gunungpati, dll.). Sekalipun ada kos AC dengan harga 800 ribu atau bahkan cuma 650 ribu di Semarang, biasanya letaknya di daerah Pedurungan/Tugu yang mengharuskan kita melewati jalanan padat. Bisa-bisa kita berubah jadi Pragos begitu tiba di kantor yang letaknya di pusat kota.

Sulit sekali mengakali panasnya Semarang selain dengan merogoh kocek lebih dalam untuk menyewa tempat tinggal ber-AC. Serius.

#2 Medan jalan lebih berat, nggak bisa menerapkan navigasi ala Jogja

Jogja adalah kota tradisional Jawa yang dibangun berdasarkan orientasi selatan-utara. Hal ini bisa kita lihat dari peta jalanan Jogja yang modelnya kotak dan lurus sehingga penggunaan mata angin jadi sangat relevan. Dari kota ke timur sudah pasti ketemu Jalan Solo, sementara dari kota ke barat ya ketemunya Jalan Wates. Dari dalam kota ke mana pun arah mata angin pasti ketemunya Ring Road. 

Hal ini berbeda dari Semarang yang dibangun Belanda dalam pola metropolis dan perkembangan kotanya juga pesat. Saat berada di Semarang, kita harus mengandalkan Google Maps apabila nggak mengenal suatu daerah. kalau nggak pakai Google Maps, ya selamat aja, saya pastikan kalian bakal ketemu jalan buntu atau gang sempit.

Lereng curam pun menjadi tantangan tersendiri ketika kita berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya di Semarang. Misalnya, dari daerah Undip ke UNNES yang sebetulnya cuma sebelahan, pilihan kita cuma ada dua, yakni lewat jalan memutar atau melalui jalan ekstrem tembusan Srondol-UNNES.

Baca halaman selanjutnya: Kuliner sehari-hari nggak seenak di Jogja…

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 6 Oktober 2023 oleh

Tags: culture shockJogjaSemarang
Tito Satrya Kamil

Tito Satrya Kamil

Masih mencari jalan balik ke dunia tulis-menulis

ArtikelTerkait

Jogja (Sudah Tidak) Istimewa, Gunungkidul (Tetap) Merana. (Unsplash.com)

Jogja (Sudah Tidak) Istimewa, Gunungkidul (Tetap) Merana

24 Juli 2022
4 Tempat Pacaran di Jogja yang Seharusnya Dihindari

4 Tempat Pacaran di Jogja yang Harus Dihindari

5 November 2020
Semarang, Surganya Rumah Ibadah dengan Arsitektur Unik

Semarang, Surganya Rumah Ibadah dengan Arsitektur Unik

28 Februari 2024
Trans Jogja di Mata Pendatang, Transportasi yang Berguna walau Awalnya Saya Kira Bus Wisata Mojok.co

Trans Jogja di Mata Pendatang, Transportasi yang Berguna walau Awalnya Saya Kira Bus Wisata

22 Maret 2024
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
gentrifikasi romantisisasi jogja mojok

Romantisisasi, Gentrifikasi, dan Jogja yang Menjadi Tamu di Rumah Sendiri

31 Januari 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.