Mungkin supaya roda ekonomi tetap berputar
Kita tahu kalau kondisi jalan yang terlalu mulus membuat kendaraan menjadi lebih awet dan jarang rusak. Hal ini membuat bengkel akan sepi pengunjung. Karena itu kondisi jalan yang tambal-sulam ini secara nggak langsung mendukung ekonomi lokal.
Gara-gara jalan rusak, kita jadi lebih sering servis kendaraan, ganti shockbreaker, atau sekadar ganti ban. Tentu saja, bengkel-bengkel jadi kebanjiran pelanggan dan roda ekonomi pun berputar. Selain itu, karena rutin ke bengkel, kita jadi tahu seluk-beluk kendaraan sendiri. Jadinya pemahaman soal kendaraan jadi meningkat.
Gimana, cerdas bukan pemerintah Lamongan? Memangnya kapan lagi sebuah kebijakan punya dampak ekonomi dan ilmu pengetahuan secara bersamaan? Josss pokoke.
Biar punya kenangan yang bisa diceritakan ke anak cucu
Setiap lubang punya kisah, setiap tambalan ada sejarahnya. Jalanan amburadul pun jadi semacam memori abadi yang membuat orang Lamongan selalu mengingatnya.
Saya kira, kenangan adalah portofolio ingatan. Semakin banyak, semakin baik. Hal ini bisa berguna agar ketika sedang obrolan atau bercerita, kita tidak kehabisan bahan.
Karena itu, inisiatif pemerintah cukup baik. Mereka menemukan celah itu. Jadi, kondisi jalan dibuat seperti itu mungkin saja agar kita jadi punya cerita yang bisa diwariskan ke generasi berikutnya.
“Nak, dulu waktu muda, bapak sering jatuh di jalan yang masih saja rusak itu.” Begitu kira-kira kalau diilustrasikan. Yah, salut memang untuk pemerintah Lamongan yang selalu visioner. Yuk, mari tetap berprasangka baik pada tiap jalan berlubang di Lamongan!
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Meromantisisasi Lamongan Adalah Hal yang Mustahil, Kota Ini Tercipta untuk Dicintai Apa Adanya