Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Menanggapi Virus Corona, dari yang Seksis Sampai yang Agamis

Anisa Dewi Anggriaeni oleh Anisa Dewi Anggriaeni
1 Maret 2020
A A
Menanggapi Virus Corona, dari yang Seksis Sampai yang Agamis
Share on FacebookShare on Twitter

Di tengah-tengah kecemasan yang melanda publik akibat gagap dan lambannya pemerintah menganstisipasi Corona Virus Desease (Covid 19) ada saja yang menjadikan wabah ini sebagai bahan lelucon. Okay, mungkin niat awal guyon tapi sumpah itu ra lucu blass!

Ketika saya sedang berselancar di Twitter, saya melihat sebuah postingan video yang isinya mempelesetkan kata corona, begini penggalan liriknya “Corona, virus dari Cina/ comunitas rondo (janda) merana/ corona merambah dunia, komunitas janda yang mmebuat resah/ para isti yang sering ditingal kerja/ padahal suaminya di luar berkencan dengan corona./

Tidak lucu! Tidak menghibur! Itu justru semakin menyuburkan stigma janda, yang jelas memperburuk kehidupan perempuan. Di situasi genting semacam ini masih ada saja orang-orang mengobjektivikasi status janda, menganggapnya sebagai penggoda.

Padahal otak itu yang mesti dikontrol. Tidak perlu lah becanda dengan merendahkan derajat orang lain, mereka juga berjuang sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi janda, entah berpisah karena kematian, entah berpisah karena perceraian.

Kembali lagi soal Covid 19, satu sisi kita sedang mencoba menjaga kesehatan diri dengan menerapkan kembali hidup steril, cuci tangan yang bersih, ke mana-mana pakai masker tapi informasi yang membodohkan masih saja berseliweran. Mulai dari kata “qorona” sendiri yang sudah ada di Iqra sampai pernyataan politisi yang bikin ingin melempar lagi mosi tidak percaya.

Disinformasi yang beredar narasinya seperti ini, “Qo-ro-na kho-la-qo za-ma-na ka-dza-ba yang artinya corona diciptakan pada jaman yang penuh kebohongan.” Padahal itu hanya kumpulan huruf hijaiyah yang berdiri sendiri. Biasanya, berdasarkan pengalaman pribadi itu sebagai salah satu metode belajar membaca Al quran supaya lebih lancar.

Salah satu tokoh agama kenamaan, Ustad Abdul Somad lebih mencengangkan lagi. Ia menyebut virus corona sebagai tentara Allah untuk melindungi Muslim Uighur. Sentimen agama terus saja dikobarkan, yang begitu sangat berpotensi memecah belah persatuan. Bukannya simpati tapi malah menyuburkan benih intoleransi. Huft.

Publik mungkin masih ingat ketika ada salah satu guru besar UIN Malang menyatakan Covid 19 bisa disembuhkan dengan ruqyah. Coba Bapak buktikan sendiri dulu terbang ke Wuhan dan ruqyah pasien yang terjangkit virus corona, apakah sembuh atau Bapak malah tertular?

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Tak kalah menarik pernyataan wakil presiden Ma’ruf Amin yang mengatakan bahwa virus corona bisa dilalui dengan baca doa qunut. Bagaimana yang Muhammadiyah, Pak? Bagaimana yang non-islam apa mereka harus dipaksa menghafal qunut? Kan tidak mungkin. Saya sendiri masih percaya doa, tapi tidak lantas itu menjadikan satu-satunya jalan tanpa melakukan tindakan yang lebih preventif. Doa iya, ikhitiyar juga, biar jadi muslim yang militan dan progresif.

Bahkan dalam kasus kesehatan seperti ini sentimen agama terus dipelihara. Politis. Iyalah yang bicara politisi. Jangan sampai kepercayaan publik pada pemerintah hilang begitu saja. Lalu karena takut orang berduyun-duyun ke rumah sakit untuk cek kesehatan. Di mana hal semacam ini justru semakin mempermudah penyebaran virus corona.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri sudah mewanti-wanti agar negara jangan jumawa meski belum ditemukan kasus. Adalah sebuah kesalahan fatal bila ada negara yang menganggap bebas dari virus corona. Tapi Indonesia masih saja jumawa.

Padahal sudah banyak pemberitaan yang mengabarkan salah satu turis Jepang di Bali positif corona, langkah yang dilakukan Kemenkes apa? Tinggal di hotel saja, hadaaah. Yang menyedihkan adalah pemerintah tidak akan menutup hotel tempat turis terduga terjangkit virus tersebut. Mencegah seribu kali lebih baik daripada mengobati, Pak Terawan Agus Putranto.

Bukannya melakukan hal yang lebih cermat dan tegas tekait pendeteksian Covid 19, mengisolasi pasien yang terduga dan lacak siapa saja orang yang pernah bertemu dengannya.

Bagaimana publik tidak khawatir bahwa Indonesia tidak aman dan nyaman atas wabah ini. Negara lain sudah lebih antisipatif. Arab Saudi menghentikan sementara warga negara asing yang akan umrah atau ziarah. Sementara Singapura membatalkan 12 penerbangan ke Indonesia hingga Mei 2020.

Situasi politik hari ini yang mencekam, ditambah tingkah politisi dan publik figur yang menggelikan tentu membuat kita semakin insecure dan anxiety. Bukannya merilis arahan mitigasi kesehatan tapi malah arahan dampak virus corona terhadap perekonomian Indonesia. Warganya sedang terancam masih terus memikirkan dampak corona terhadap investasi.

Setiap dari kita tentu tidak ingin wabah tersebut sampai Indonesia tetapi kita juga tak perlu dibingungkan dengan statement yang tidak tepat untuk mengantisipasi wabah ini. Kalau kata Bung Farid Gaban, “Indonesia menempatkan hidup-mati manusia di bawah investasi dan pariwisata.”

BACA JUGA Kehebohan Virus Corona dan Virus Kebencian untuk China yang Berlabelkan Agama atau tulisan Anisa Dewi Anggriaeni lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 1 Maret 2020 oleh

Tags: covid-19Indonesiavirus coronawabah
Anisa Dewi Anggriaeni

Anisa Dewi Anggriaeni

Makan bubur tanpa diaduk, makan soto dengan nasi terpisah.

ArtikelTerkait

Ketika Tonari no Totoro Ambil Setting di Indonesia

27 April 2020
5 Hal yang Lumrah di Spanyol, tapi Nggak Wajar di Indonesia Mojok.co

5 Hal yang Lumrah di Spanyol, tapi Nggak Wajar di Indonesia

7 Februari 2025
Seandainya Pohon dan Hewan Bisa Komentar Soal Banjir Jakarta dan Virus Corona

Seandainya Pohon dan Hewan Bisa Komentar Soal Banjir Jakarta dan Virus Corona

30 Januari 2020
Ranking PISA Indonesia Naik, tapi Skornya Turun, Artinya Apa? Yak Betul, Kualitas Pendidikannya Jalan di Tempat

Ranking PISA Indonesia Naik, tapi Skornya Turun, Artinya Apa? Yak Betul, Kualitas Pendidikannya Jalan di Tempat

8 Desember 2023
Botol Minum Tupperware Sering Tumpah Jadi Kenangan Buruk Saat SD Mojok.co

Botol Minum Tupperware Sering Tumpah Jadi Kenangan Buruk Saat SD

18 April 2025
Membayangkan jika Semua Perokok di Indonesia Berhenti Merokok Terminal Mojok

Membayangkan jika Semua Perokok di Indonesia Berhenti Merokok

10 November 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Jalan Panggung, Sisi Lain Surabaya yang Tidak Pernah Saya Duga Mojok.co

Jalan Panggung, Sisi Lain Surabaya yang Tidak Pernah Saya Duga

9 Desember 2025
Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran Mojok.co

Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran

12 Desember 2025
motor Honda Stylo 160: Motor Matik Baru dari Honda tapi Sudah Disinisin karena Pakai Rangka eSAF, Bagusan Honda Giorno ISS Honda motor honda spacy

Honda Stylo: Rangkanya Dibilang “Bom Waktu”, tapi kok Masih Laris?

9 Desember 2025
Lontong Kupang Tidak Cocok untuk Lidah Saya yang Terlampau Agraris

Lontong Kupang Tidak Cocok untuk Lidah Saya yang Terlampau Agraris

10 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah
  • Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur
  • Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua
  • Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban
  • Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri
  • Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.