Setiap orang memiliki selera terhadap makanan yang berbeda-beda, sangat bergantung dengan kebiasaan dan pengalaman yang dijalaninya setiap hari. Sebagai pecinta makanan pedas, saya ingin menanggapi tulisan berjudul Kecap Manis yang Terdiskriminasi di situs ini. Saya hanya bermaksud ingin menampilkan pandangan lain dari pecinta makanan pedas saja.
Sebagai orang yang tinggal di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), saya terbiasa dengan makanan pedas. Hampir semua makanan khas daerah di Lombok memiliki cita rasa yang pedas, seperti Nasi Puyung, Ayam Taliwang, Plecing Kangkung, Sate Bulayak dengan bumbu pelalah, dan makanan biasa yang juga dimasak dengan rasa yang pedas. Bahkan banyak pedagang yang berjualan jenis makanan dari luar daerah menyesuaikan rasa dengan cita rasa makanan Lombok, agar bisa diterima oleh pelanggan. Makanan bercabai jadi satu hal yang lazim di Lombok, malah mungkin bisa diibaratkan sama dengan garam, jika makanan itu tak pedas, seakan makanan itu bakal hambar.
Ketika saya makan makanan seperti soto, rendang, indomie, bakso, dan makanan berkarakter bumbu yang kuat, saya tidak menambahkan kecap manis. Malah saya bakal menambahkan sambal atau irisan cabai jika tersedia. Penambahan sambal dengan takaran yang tepat saya yakini bakal menguatkan rasa makanan.
Saya merasa aneh ketika seseorang hendak makan makanan yang saya sebutkan di atas, malah menambahkan kecap, yang sering kali dengan takaran cukup banyak. Kecap manis memiliki cita rasa manis yang bakal memengaruhi rasa makanan itu. Kecap yang cukup banyak terkadang semacam mematikan rasa asli dari bumbu kaya rempah yang terdapat di makanan.
Makanan yang bercita rasa pedas dan kaya bumbu memang lebih enak tanpa embel-embel apapun lagi seperti kecap manis. Apalagi jika pemberian kecap manis sampai menghilangkan sama sekali rasa pedas di makanan. Makanan bercabai bakal terasa jauh lebih nikmat dengan kemurnian rasanya. Secara tampilan pun, bagi saya, makanan tanpa ditambahi kecap di atasnya bakal menampilkan perpaduan warna yang aduhai. Kecap hanya akan mengganggu warna alami dari makanan itu.
Apalagi ketika memakan makanan pedas, rasa tersiksa di dalam mulut meningkatkan nafsu untuk memasukkan makanan ke mulut secara terus menerus. Makanan ini atau sambal, bagi para pencintanya, akan membuat makana otomatis bakal jadi enak. Makanan biasa, misalnya tempe atau tahu goreng yang bahkan sudah dingin, tapi jika dipadukan dengan sambal yang memiliki racikan enak dan pedas, bikin tempe dan tahu itu seketika bakal terasa seribu kali lebih enak.
Soal kesombongan pencinta makanan pedas terhadap pencinta kecap atau makanan cita rasa manis, sebenarnya juga bisa terjadi sebaliknya. Pernah suatu kali ada teman dari luar daerah berkunjung, saya mengajaknya makan di nasi goreng yang memiliki level pedas berbeda. Kami memesan level 1. Ketika makan bersama, teman saya itu mengeluh karena rasa nasi goreng itu pedas. Ia meminta tambahan kecap, dan tetap merasa nasi goreng itu kelewat pedas. Dengan wajah bercucur keringat dan mulut yang ditekuk, teman saya itu mengatakan dengan sedikit nada nyinyir bahwa nasi goreng yang kami pesan sungguh tidak enak karena rasa pedasnya.
Tidak hanya makanan pedas tanpa embel-embel kecap memiliki kemurniaan rasa yang sungguh nikmat, makanan ini atau sambal juga tidak melulu berdampak negatif seperti sakit perut dan sebagainya. Saya mencoba menelusuri manfaat makanan pedas di mesin pencari Google. Hasilnya muncul 4.680.000 artikel terkait manfaat makanan ini.
Saya melihat satu tulisan di tirto.id dengan judul Cabai yang Kaya Manfat, tertulis bahwa, “adanya zat capsaicin pada cabai yang memiliki peran utama memberi rasa panas dan pedas juga dapat menghentikan penyebaran sel-sel kanker prostat melalui berbagai mekanisme. Hal ini diungkapkan dalam Cancer Research pada Maret 2006 yang dilaporkan oleh situs World’s Healthiest Foods.”
Selain itu, tertulis juga bahwa, “warna merah cerah yang terdapat pada cabai juga menunjukkan kadar tinggi dari beta karoten atau pro vitamin A. Dua sendok teh cabai merah menyediakan sekitar 6% dari nilai harian vitamin C. Ditambah lagi lebih dari 10% dari nilai harian untuk vitamin A.”
Serta banyak manfaat lainnya yang bisa kita telusuri bersama. Intinya makanan ini bisa tetap menampilkan daya tarik memikat dari warna kemerahan makanan itu. Juga bisa bermanfaat bagi kesehatan. Selain tentu saja rasa murni makanan pedas dan kaya bumbu makin aduhai tanpa embel-embel kecap manis yang bakal merusak kemurnian cita rasanya.
Sebenarnya, mau makan makanan cita rasa pedas dan kaya bumbu dengan kecap manis atau tanpa tambahan apa pun, tetap sah-sah saja. Yang penting tidak saling menjelekkan atau mendiskriminasi pencinta jenis makanan tertentu. Karena tubuh setiap orang memiliki penerimaan terhadap makanan yang berbeda-beda. Ada yang bisa memakan makanan super pedas dengan porsi banyak dan perutnya tidak mengalami masalah. Namun ada juga orang yang hanya memakan sedikit sambal bisa bikin ia bolak-balik ke kamar mandi. Atau ada orang yang bakal tidak menikmati makanan dengan tambahan kecap manis atau makanan cita rasa manis.
Dengan kenyataan ini—di mana ada orang yang menyukai pedas dan ada yang lebih menyukai makanan cita rasa manis—membuktikan bahwa kuliner Nusantara sangatlah beragam dan kaya. Keberagamaan makanan itu sebaiknya dinikmati dan memancing kita untuk menelusuri keunikan masakan setiap daerah.