Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Memiliki Teman yang Mengaku LGBT, Menerima Keberadaan Mereka Sebagaimana Manusia Biasa

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
27 Juli 2019
A A
LGBT

LGBT

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa waktu lalu sempat ramai perihal New York Pride, Parade Komunitas LGBT yang biasa diadakan setiap tahun. Tahun 2019, acara tersebut diselenggarakan di New York, Amerika Serikat tepatnya pada awal Juli lalu. Seperti biasa, dengan sudut pandang masing-masing orang yang melihat hal tersebut langsung memberi reaksi di Instagram, Twitter, dan Facebook.

Setuju atau tidak bagi saya merupakan hal yang biasa, disamping berpendapat adalah hak setiap orang—selama dapat dipertanggungjawabkan. Berkaitan dengan New York Pride, bendera Indonesia pun sempat dikibarkan pada gelaran tahunan tersebut. Hal itu memicu kontra sebagan orang khususnya yang rajin memantau berita terbaru di internet.

Mereka yang kontra berkomentar dan menganggap, rasanya tidak perlu seseorang yang berasal dari Indonesia dan tergabung dalam komunitas dan mengikuti acara LGBT itu sampai mengibarkan bendera merah-putih, seakan merepresentasikan keseluruhan warga Indonesia setuju dengan pesta yang diselenggarakan di New York tersebut.

Bahkan di akun Facebook salah satu teman saya yang juga menginfokan hal itu, banyak yang memaki juga mengumpat kepada mereka yang terkesan pro dengan pesta tersebut. Padahal, maksud yang ingin disampaikan oleh si pemberi komentar adalah soal kesetaraan hak. Sebagaimana diketahui, media sosial memang menjadi tempat yang kurang tepat untuk berdiskusi hal sensitif dan masih tabu bagi budaya sekitar.

Kembali lagi saya tegaskan, soal beda sudut pandang itu bagi saya wajar dalam proses berdiskusi, namun tidak dengan segala umpatan dan makian kasarnya—rasanya tidak perlu sampai begitu. Pada kolom komentar, tidak sedikit yang mencaci seorang LGBT. Sampai dengan saat ini, saya tidak menjadi pro juga tidak kontra. Saya berada di tengah—bukan berarti tidak memiliki pendirian. Sebab, saya berusaha memahami hal tersebut dari kedua sisi.

Saya memiliki teman yang LGBT dan sampai dengan saat ini kami masih berteman dengan baik. Dibanding menghakimi, saya memilih mencoba memahami bagaimana sulitnya ada di posisi itu, dan saya menghargai keberanian dia untuk mengakui bahwa realita yang dihadapi memang seperti itu. Bukan berarti membenarkan apa yang dia lakukan, karena saya mengetahui bagaimana perjuangan yang dia lakukan dan pengakuan untuk bisa kembali menyukai lawan jenis.

Kami berteman sudah cukup lama, terhitung 20 tahun lebih karena saling mengenal sejak masih kecil. Ada teman yang menjauh, ada pula teman yang mengolok. Memang, orang di sekitar—khususnya teman sebaya—sepertinya masih sulit dan berat menerima perihal ini. Padahal, teman saya sudah bersikap biasa saja dan tidak berlebihan, juga tidak menanggapi mereka yang mencaci. Karena dia paham resiko yang harus diterima saat dia mengakui tentang dirinya.

Dia bercerita, sebenarnya tidak butuh caci maki, jika memang orang di sekitar ingin melihat dia sebagaimana mestinya, baiknya mendukung. Toh, dia juga bukannya pasrah—lebih kepada selalu melawan.
Saya ingat bagaimana saat SMA dia pernah bertemu dengan seorang perempuan yang akhirnya dia suka—memiliki ketertarikan. Dia mencoba mendekati laiknya seseorang yang sedang PDKT. Namun dia kurang beruntung, saat menyatakan perasaannya si perempuan menolak. Dan teman saya merasa terpukul karena beranggapan sewaktu ingin mengusahakan sesuatu, ternyata dia gagal.

Baca Juga:

Memang Kenapa kalau Coldplay Dukung LGBT?

Percayalah, Ketua RT yang Beres Adalah Sebenar-benarnya Kunci Kebahagiaan Rumah Tangga

Kita tidak bisa menghakimi bagaimana keterpurukan seseorang akan sesuatu yang sudah diusahakan. Oleh karena itu, saya lebih belajar untuk memahami akan hal tersebut. Meski saya tidak membenarkan, pun juga tidak memusuhi.

Namun jika ada sesuatu yang rasanya tidak pantas tentu tidak salah jika saya menegur secara langsung dan cukup keras. Semisal, jika ada ucapan yang dirasa cukup vulgar dan diperbincangkan di tempat umum dengan volume suara cukup keras, sehingga terdengar oleh orang di sekitar. Apalagi jika bermesra-mesraan di depan orang banyak. Tentu hal tersebut mengganggu kenyamanan orang yang mendengar dan melihat. Maksud saya sih, jika ingin dianggap setara, iya. Bukan berarti mengabaikan norma umum yang sejatinya tidak tertulis.

Dan untuk yang mudah sekali bicara soal azab, rasanya hal tersebut merupakan kuasa Tuhan. Sebagai manusia memang sudah selayaknya saling mengingatkan tanpa menghakimi, apalagi sampai mendahului Tuhan. Tentu hal tersebut tidak dibenarkan.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: Kritik Sosiallgbtmasyarakat umumnorma sosial
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Thanos

Secuil Pesan Thanos yang Perlu Kita Ingat Sebelum Dunia Endgame

1 Juni 2019
selamat ulang tahun

Caranya Mengucapkan Selamat Ulang Tahun Menentukan Seberapa Penting Engkau Bagi Seseorang

22 Mei 2019
nilai-nilai

Mempertanyakan Kembali Nilai-Nilai Kita

10 Juni 2019
passion

Senandika Tak Berujung: Passion itu Makanan Kaleng Macam Apa, sih?

10 Juni 2019
resign

Bagi Para Karyawan, Semua Akan Resign Pada Waktunya

19 Juni 2019
pindah agama mualaf

Euforia Pindah Agama ke Islam, Bagaimana Kalau Sebaliknya?

22 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.