Menggugat Kebiasaan Salah Kaprah: Membuang Kitten Betina, Lalu Pelihara yang Jantan biar Kucing Nggak Tambah Banyak

Menggugat Kebiasaan Salah Kaprah: Membuang Kitten Betina, Lalu Pelihara yang Jantan biar Kucing Nggak Tambah Banyak

Menggugat Kebiasaan Salah Kaprah: Membuang Kitten Betina, Lalu Pelihara yang Jantan biar Kucing Nggak Tambah Banyak (Unsplash.com)

Beberapa waktu lalu, tetangga saya menemukan satu karung yang terikat. Ketika dibuka, isinya adalah seekor induk kucing dan keempat anaknya. Nahas, salah satu kitten nggak selamat. Berhubung anak tetangga saya suka sekali sama kucing, akhirnya keempat kucing itu dia ambil untuk dipelihara. Saya mengapresiasi hal yang ia lakukan.

Ternyata, di balik kebaikan ada rencana yang ia siapkan. Beberapa minggu kemudian, induk kucing beserta dua anaknya sudah tak nampak lagi. Tinggallah seekor kitten yang sebenarnya masih menyusu berjenis kelamin jantan.

Setelah melakukan interogasi pada anaknya—karena nggak mungkin juga saya menginterogasi ibunya—tahulah saya bahwa induk dan dua kitten betina lain telah dibuang entah ke mana. Hmmm, saya cukup sedih mendengarnya. Membayangkan induk kucing harus kembali ke alam liar dan berjuang bersama kedua anaknya.

Saya menyayangkan kenapa tetangga saya nggak mencoba mencari adopter lain yang bersedia memelihara hewan-hewan lucu itu. Namun, saya nggak bisa berbuat banyak karena kos tempat tinggal saya melarang untuk memelihara kucing. Jadi, saya nggak bisa mencari dan menampung hewan-hewan kecil itu.

Dibuang karena berjenis kelamin betina

Usut punya usut, motif pembuangan kitten betina beserta induknya yang dilakukan tetangga saya alasannya satu: karena jenis kelamin mereka betina. Tetangga saya beranggapan memelihara kucing betina akan merepotkan karena mereka akan terus beranak. Lain halnya dengan kucing jantan, selamanya mereka nggak akan beranak pinak.

Tahun lalu, ibu saya juga mengalami kejadian serupa. Tentu saja ibu saya nggak membuang kucing betina, blio justru mendapat tiga kitten betina dari tetangga. Sementara tetangga ibu memilih untuk tetap merawat kitten jantan.

Jika di hari Minggu saya jalan-jalan ke pantai, tak jarang saya menemukan beberapa ekor kucing betina. Di antaranya ada yang sedang mengandung. Ada juga kitten yang masih kecil dan kebingungan mencari arah.

Nggak tega melihat kucing dibuang

Di sekolah tempat saya mengajar, sering kali juga muncul kucing baru. Nampaknya ia baru saja dibuang oleh pemiliknya. Ada yang masih tiga bulan, ada yang sudah siap kawin. Ada yang kucing kampung, ada juga hasil kawin silang. Namun, mereka memiliki jenis kelamin yang sama, betina.

Saya selalu sedih saat melihat tatapan hewan-hewan kecil berkaki empat itu. Matanya nampak kosong, bingung, tapi juga pasrah. Kadang mereka mengeong kepada siapa saja yang lewat di dekat mereka. Kadang ada kitten kecil yang dengan setia menunggu di bawah bangku kantin sekolah. Berharap sepotong ayam ia dapatkan sebagai upah telah mau dielus-elus sama anak-anak.

Awalnya, saya merasa tidak begitu peduli dengan mereka. Namun saat saya melihat seekor kucing yang warnanya belang telon, mirip dengan peliharaan saya di rumah, saya luluh juga. Saya siapkan pakan dry food di salah satu sudut teras ruang guru setiap pagi dan sore ketika pulang.

Beberapa dari mereka memakannya. Namun hanya ada satu kucing yang mengenali dan hafal apa yang saya lakukan. Ia bertahan. Kitten-kitten kecil itu tak tahu lagi ada di mana.

Sebenarnya saya merasa sangat bersalah setiap kali melihat tatapan pasrah mereka. Tapi, di rumah sudah cukup banyak anabul yang saya pelihara. Sehingga hanya itu yang bisa saya lakukan.

Baca halaman selanjutnya

Dituduh sebagai oknum atas melonjaknya populasi kucing

Dituduh sebagai oknum atas melonjaknya populasi kucing

Begitu malangnya nasib kucing betina. Ia dibuang pemiliknya karena dianggap sebagai beban. Mereka seolah-olah dijadikan oknum atas melonjaknya jumlah kucing yang ada.

Padahal tentu saja tak akan ada kehamilan oleh kucing betina tanpa ada partisipasi dari kucing jantan. Membuang kucing betina lalu memelihara yang jantan itu sungguh egois. Banyak orang hanya mau enaknya saja mengelus-elus anabul dan bermain dengannya tanpa mau memikirkan tanggung jawab lebih lanjut.

Ayolah, logikamu gimana sih kok jahat gitu? Hidup di alam liar itu sungguh keras bagi hewan-hewan ini. Mungkin mereka tak mendapat makanan selama berhari-hari. Mungkin mereka akan ditendang atau tertabrak. Bayangkan kalau semua itu akan dialami oleh kucing betina yang akan hamil, melahirkan, dan susah payah merawat anaknya. Sungguh kasihan.

Sementara itu yang jantan dipelihara di rumah yang hangat. Ia mendapat makanan yang cukup dan digendong tiap hari. Lalu, dibiarkan berkeliaran di luar rumah saat birahi. Kamu menutup mata saat ia berkelahi dan membuahi pasangannya. Kamu akan berbangga hati bilang, “Kucingku jantan, nggak bakal beranak.”

Beberapa orang kecewa saat kitten yang dipelihara ada yang betina

Saya sungguh merasa sebal dengan keluh kekecewaan pemilik kucing saat tahu kitten yang ia pelihara ada yang betina.

“Halah, wedok e telu! Gek dibuang wae sak mbok e.”

(Halah, betinanya tiga. Segera dibuang aja sekalian sama induknya)

Kalimat itu terasa sangat menyakitkan. Siapa pula yang bisa memilih jenis kelamin? Andai boleh memilih, kitten-kitten betina yang kamu buang itu pasti pengin ganti kelamin jadi jantan saja sehingga mereka tak perlu dibuang. Mereka akan disambut dengan bahagia dan senyum yang merekah. Mereka tak perlu kebingungan saat hujan turun dan perut kosong, sementara anaknya menangis kelaparan.

Jika merasa bertambahnya kucing akan merepotkanmu, cobalah untuk berbuat bijak. Mari pelihara kucing betina, lalu sterilkan ia. Biarkan ia tinggal di rumahmu yang bersih. Atau berikan ke tetanggamu yang mau merawatnya. Meskipun kadang kamu atau tetanggamu sesekali lupa memberi dia makan, dia akan tetap beruntung karena memilikimu.

Penulis: Rezha Rizqy Novitasary
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Hey, Jangan Suka Buang Anak Kucing Tanpa Induknya dong!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version