Di tengah gempuran berbagai merek produk perawatan, nama Viva Cosmetics tetap berjaya. Kelanggengannya membuktikan bahwa kualitas produk Viva Cosmetics telah teruji. Di samping itu, fakta ini meyakinkan bahwa masih ada segmen pasar yang menggemari produk keluaran PT Vitapharm.
Uniknya, harga produk Viva Cosmetics terhitung murah meriah. Bahkan, bayar parkir liar di depan mesin ATM saja lebih mahal ketimbang harga bedak sachet Viva. Fenomena ini membuahkan tanda tanya di benak banyak orang. Kira-kira, muslihat apa yang dipakai sehingga harga produk Viva seolah kebal dari laju inflasi?
Daftar Isi
- Menetapkan skala ekonomi, strategi kuno yang selalu relevan
- Melalui economies of scope, Viva Cosmetics menghasilkan produk dasar yang pasti dibutuhkan
- Bahan baku lokal nggak aneh-aneh, yang penting berkhasiat
- Minimalisir biaya pemasaran tanpa mengandalkan model iklan artis terkenal
- Viva Cosmetics tidak menjual kemasan
Menetapkan skala ekonomi, strategi kuno yang selalu relevan
Salah satu kunci bisnis berkelanjutan meskipun berkompetisi di industri yang terbilang jenuh layaknya Viva Cosmetics adalah dengan berinvestasi pada mesin pabrik. Dengan demikian, volume produk yang dihasilkan menjadi lebih besar dalam tempo yang lebih singkat. Inilah yang disebut dengan strategi skala ekonomi.
Walaupun klise, efisiensi semacam ini terus dikejar oleh banyak perusahaan, terlebih jika permintaan pasar cenderung tetap atau meningkat. Sebab, penerapan praktik tersebut sanggup menekan total biaya produksi per unit produk. Akibatnya, harga jual per unit menjadi lebih murah.
Melalui economies of scope, Viva Cosmetics menghasilkan produk dasar yang pasti dibutuhkan
Bukan hanya menjujung skala ekonomi (economies of scale), rupanya Viva Cosmetics juga mengaplikasikan strategi pendukung lain yang disebut economies of scope. Melalui konsep ini, diversifikasi dilakukan dengan sumber daya yang sama. Misalnya saja, ekstrak bengkoang dapat dijadikan bahan utama bagi masker, pembersih wajah, penyegar wajah, lulur, dan losion badan.
Contoh lainnya dapat ditilik dari keseragaman kemasan yang hanya dibedakan dari desain ilustrasinya. Karena teknik operasional serupa, Viva dapat menghemat banyak biaya produksi yang berdampak pada harga jual produk. Ditambah lagi, seluruh produk yang dibuat oleh brand ini merupakan produk perawatan tubuh inti yang pasti dibutuhkan dan diburu konsumen sehingga tidak membebani biaya penyimpanan.
Bahan baku lokal nggak aneh-aneh, yang penting berkhasiat
Sebagai merek yang berkomitmen melayani masyarakat Indonesia, Viva Cosmetics berperinsip untuk menelurkan serangkaian produk perawatan kulit dan rambut yang sesuai bagi masyarakat tropis. Oleh sebab itu, material yang dimanfaatkan juga diambil dari alam nusantara. Selain lebih cocok bagi kulit orang Indonesia, keyakinan ini berkontribusi pada penghematan produksi.
Sebagai contoh, Viva kerap kali mengedepankan manfaat lidah buaya, bengkoang, minyak kelapa, dan ekstrak buah yang cenderung mudah didapat dari petani lokal. Hal ini menjadikan pasokan bahan baku menjadi lebih stabil serta berkelanjutan. Bayangkan, berapa rupiah yang harus ditebus di bea cukai berikut selisih kurs, pajak, dan ongkos kirim jika material yang digunakan berasal dari luar negeri!
Minimalisir biaya pemasaran tanpa mengandalkan model iklan artis terkenal
Tidak dimungkiri kesuksesan sejumlah brand baru di industri perawatan tubuh saat ini dipengaruhi oleh brand ambassador. Demi mengangkat daya jual, mereka bahkan rela mendapuk pesohor dari Negeri Ginseng. Padahal, cara ini justru kontradiktif dengan tujuan pemasaran yang menyasar pengguna dalam negeri.
Tak termakan oleh strategi pemasaran picisan, mayoritas iklan Viva Cosmetics dilakukan oleh model yang kurang dikenal. Bagi Viva representasi model berwajahkan perempuan khas Indonesia lebih efektif. Nyatanya, tanpa menggunakan gimik, eksistensi Viva yang lebih banyak diserukan melalui pemasaran word of mouth jauh lebih meyakinkan.
Viva Cosmetics tidak menjual kemasan
Kesederhanaan adalah kunci kesuksesan Viva Cosmetics melenggang lebih dari setengah abad. Nilai ini tercermin pula dari kemasan produk yang terkesan apa adanya. Bukan bermaksud meniadakan inovasi, Viva tampaknya menyadari bahwa manfaat produk jauh lebih berharga ketimbang kemasannya.
Tengok saja, nyaris semua produk Viva Cosmetics hanya menggunakan kemasan primer berbentuk botol, tube, atau pot tanpa dibungkus lagi dengan kardus sebagaimana banyak brand lain lakukan. Pun, bentuk pemulas bibirnya juga standar saja. Tidak ada gebrakan nirfaedah seperti merek lain yang meluncurkan pewarna bibir dengan bentuk es krim, pensil, atau gantungan kunci yang seakan hanya berinovasi dari sisi luar saja. Kesahajaan inilah yang menyebabkan harga Viva Cosmetics senantiasa ramah di dompet para penerima gaji UMK Jogja.
Walaupun tidak jarang dicemooh lantaran harganya yang super miring, Viva tak gentar menghadapi cibiran tanpa alasan. Tampaknya, kalimat “ada harga, ada rupa” tidak berlaku pada Viva. Sebab di balik harga bedak di bawah tarif parkir, ada pemikiran strategis yang membawa Viva Cosmetics menjadi sebuah legenda.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Bersyukurlah Kalian yang Pakai Bedak Viva di Kala Krisis Tetap Ayu.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.