Suatu ketika adik kelas saya di kampus mengirim sebuah pamflet yang menginformasikan undangan menulis jurnal sejarah di salah satu badan penelitian milik Kemendikbud. Sontak, saya yang notabene berasal dari jurusan Sejarah merasa tertantang untuk ikutan. Rencananya, saya akan mengubah skripsi saya menjadi jurnal. Nggak terlalu sulit, kan?
Singkat cerita, saya pun mulai mencari bahan untuk menulis jurnal. Bahan utamanya? Gampang. Saya cuma harus mengubah skripsi saya menjadi jurnal. Masalah selesai. Lalu, saya butuh contoh. Saya pun mengunduh beberapa jurnal yang sudah diterbitkan oleh badan penelitian tersebut. Nah, salah satunya adalah jurnal yang membahas tentang dunia perdukunan di masa kerajaan Sriwijaya pada abad ke- 6 hingga abad ke-7. Meski sering dikenal sebagai kerajaan Sriwijaya, sistem aslinya adalah kedatuan. Langsung saja otak saya berpikir untuk menuliskannya di Terminal Mojok.
Pertama, mari berkenalan dengan karakter utama kita. Namanya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Hidup di antara 671 hingga 702 masehi. Dikatakan bahwa dialah raja pertama Kedatuan Sriwijaya. Orangnya dikenal sebagai raja yang baik dan juga saleh. Lho, kok tahu? Iya, dong. Kebaikannya ini diceritakan oleh pendeta I-Tsing ketika silaturahmi ke Sriwijaya pada tahun 671. Jangan bayangkan di mana kamu saat itu.
Selain baik, ada satu faktor lain yang membuat Dapunta Hyang pantas menduduki takhta Sriwijaya. Dia seorang yang sakti mandraguna. Bukan sekadar sakti biasa, tapi sangat sakti. Bahkan boleh dikatakan beliau adalah makhluk tersakti di dunia pedukunan Sriwijaya pada waktu itu.
Informasi tentang kesaktian Dapunta Hyang saya dapatkan dari prasasti-prasasti yang ditinggalkannya di seantero pulau Sumatra. Dari situ semua uraian ini bermula.
Strength
Secara kekuatan, Dapunta Hyang sudah pasti BADASS banget lah. Jurusnya memang cuma satu, tapi mematikan dan bikin lawan tak berkutik. Jurus andalannya adalah Kutuk no Jutsu. Tidak tanggung-tanggung, beliau akan mengutuk seluruh kejahatan yang terjadi di muka bumi Sriwijaya.
Ada pencuri, kutuk. Ada korupsi, kutuk. Ada yang mau kudeta, kutuk. Ada polisi yang sewenang-wenang, kutuk. Pokoknya tinggal kutuk semua masalah selesai. Sampai-sampai dukun santet pun nggak luput dari kutukan Dapunta Hyang. Kalau ada yang mau menyantet dirinya, maka santet itu nggak berpengaruh. Malahan orang yang nyantet kena kutuk, mati.
Pantas saja luas kekuasaannya se-Zamrud Khatulistiwa. Toh tinggal kutuk, musuh akan mati. Oleh karena itu, saya berikan skor 100/100 untuk kekuatan Dapunta Hyang.
Intelligent
Nggak mudah untuk mengukur inteligensi Dapunta Hyang lantaran sedikitnya informasi yang saya dapat. Tapi, karena saya harus menulisnya, maka saya akan berusaha untuk mencocoklogi kemampuan inteligensi berdasarkan info yang ada.
Dikatakan bahwa Dapunta Hyang adalah sebuah gelar yang dimiliki oleh seseorang yang sudah melakukan pertapaan begitu lama. Sehingga, orang-orang yang bergelar Dapunta Hyang dipercaya berhati bersih dan jernih.
Kejernihan hati ini sangat bagus untuk mengetahui mana yang benar, mana yang salah. Dan juga, nampaknya Dapunta Hyang cukup cerdas memanfaatkan orang laut sebagai pasukannya seperti yang diceritakan dalam buku-buku sejarah.
Di sisi lain, Dapunta Hyang juga memberikan insentif untuk mereka yang berlaku adil dan baik. Tindakan ini perlu dilakukan seorang pemimpin untuk menciptakan keseimbangan antara hukuman dan apresiasi.
Dari penilaian tersebut, Dapunta Hyang mendapat skor inteligensi sebesar 75/100. Skor ini menjadi nggak sempurna karena Dapunta Hyang merasa cukup percaya diri dengan kekuatannya dengan hanya memberi peringatan kutukan atas siapa saja yang berbuat jahat, di mana tindakan tersebut merupakan sebuah keteledoran. Padahal bisa saja ada di suatu tempat terdapat seseorang yang lebih sakti darinya atau dapat terhindar dari kutukannya.
Weakness
Kelemahan terbesar Dapunta Hyang adalah kekuatannya sendiri. Di dalam prasasti Telaga Batu, dia mengatakan bahwa para pelanggar, seperti pencuri, akan terkena kutuk bahkan sebelum mereka sempat membawa harta yang dicuri keluar istana.
Kepercayaan diri ini dapat menimbulkan keteledoran dari pengawasan istana. Dapunta Hyang dan pengawalnya merasa bahwa ilmu sihir mereka tiada tandingannya sehingga tidak perlu penjagaan yang ketat.
Pokoknya bahaya banget deh jadinya kalau sudah terlalu percaya diri begini. Sayangnya, saat itu belum ada anak-anak bijaksana Facebook yang dapat mengingatkan bahwa kelemahan orang kuat itu adalah kekuatannya sendiri.
Selain itu, Dapunta Hyang juga memiliki kelemahan lainnya. Dia nggak punya ajian yang dapat membuatnya tahu segalanya seperti di film-film yang dapat melihat kejahatan dari jauh. Hal ini diakui oleh dirinya sendiri dalam prasasti Telaga Batu, bahwa bisa saja orang melakukan persekongkolan tanpa sepengetahuan dirinya.
Yah, saya juga nggak bisa berharap Dapunta Hyang seperti dewa yang mengetahui segalanya, sih. Dengan Kutuk no Jutsu-nya saja, saya kira sudah cukup membuat orang merinding untuk melakukan kejahatan di Kedatuan Sriwijaya. Kecuali, semua ancaman yang ditulis citralekha itu hanya gimik pemerintahan saja. Mirip-mirip hukum di Indonesia lah. Yaaaks~
BACA JUGA Upah Buruh di Kampung Saya Lebih Besar dari Upah Minimum Provinsi dan tulisan Ubaidillah lainnya.