“Pak Haji” adalah sebutan yang merujuk pada penulis Shingeki no Kyojin atau Attack on Titan (AOT), Hajime Isayama. Julukan yang lucu sekaligus memiliki filosofi yang transenden di kalangan penggemar manga dan anime ini. Awal Desember ini adalah dimulainya akhir dari anime AOT, kendati cerita dalam manganya masih terus berlanjut hingga yang terakhir chapter 135.
Banyak yang khawatir kalau akhir cerita AOT tidak akan diangkat ke layar anime seperti kasus manga Bleach. Tidak sedikit juga yang percaya bahwa akhir cerita Eren Yeager akan dibuat mengikuti pola Fullmetal Alchemist, ending manga dirilis bersamaan dengan ending anime.
Apa pun hasilnya nanti, saya sudah kepalang menyesal setelah tidak bisa menahan rasa penasaran pasca merampungkan season tiga yang lalu dan memutuskan untuk membaca lanjutannya lewat manga. Kini, menyambut final season AOT, kepala saya telah terisi dengan plot yang saya ketahui dari manga. Pelajaran yang harus diambil, jangan sekali-kali membaca manga kalau animenya digarap oleh MAPPA atau Wit Studio karena efek kejut dan pola tak terduga dari sebuah cerita akan jauh berkurang.
Meskipun demikian, dalam pengalaman saya sebagai pembaca manga dan penonton anime selama lebih dari sepuluh tahun, akan butuh waktu yang lama sampai dunia merasakan lengkapnya “dunia baru” yang diceritakan dalam AOT. Poin paling sederhana misalnya tentang fan service atau sering juga dikatakan secara sinis sebagai karakter yang mampu memanjakan fantasi mayoritas pembaca manga yaitu para lelaki.
Dalam cerita Naruto ada “nenek” Tsunade yang tentu saja tidak bisa dikatakan sebagai nenek, Selain itu, di manga One Piece malah lebih banyak lagi, dua tokoh yang paling banyak penggemarnya tentu saja Nami dan Robin. Sementara dalam AOT, tidak ada tokoh perempuan yang digambarkan sebagai perempuan muda dengan pakaian terbuka, serta memiliki bagian tubuh yang bisa bikin melotot mata.
Alih-alih bikin karakter seksi, Hajime Isayama sensei selalu fokus dan serius pada jalan cerita yang tidak terduga. AOT bahkan dikenal sebagai salah satu manga dengan plot hole paling minim. Sejak chapter pertama AOT terbit sebelas tahun lalu, penggambaran miris tentang kengerian titan seakan mengingatkan kita kembali tentang kejamnya konsep hidup. Bahwa segala organisme hidup harus memakan organisme hidup lainnya untuk tetap hidup adalah ironi yang tak berujung.
Seiring cerita berjalan, plot twist tentang bangsa Marley diungkap, gemparlah dunia seraya menghina Pak Haji a.k.a. Hajime Isayama sebagai seorang fasis pendukung Nazi. Bahkan pada 2015, AOT sempat dilarang dari peredaran oleh partai komunis China. Meskipun sempat dituduh, dicerca, dihina, hingga diancam sebagai antisemit pasca arc Marley diungkap, Pak Haji justru mempertahankan diri lewat makna cerita yang lebih mengena: menolak perang, apa pun bentuknya.
Di kalangan akhi dan ukhti yang meromantisasi AOT, kisah bangsa Eldia justru disamakan dengan muramnya nasib Palestina dalam represi Israel. Banyak yang tidak menangkap segala adegan berdarah-darah dan kekejian yang tertumpah dalam cerita AOT sengaja ditunjukkan secara gamblang oleh Pak Haji demi kesadaran dan kemaslahatan umat. Bahwa perang akan selalu melahirkan kekalahan bagi semua pihak. Benar dan salah hanya jadi omong kosong akhirnya, membunuh atau dibunuh pilihannya.
Sebaliknya, fanatisme fans AOT juga sering kali dikaitkan dengan kematian aktor Haruma Miura yang memerankan Eren dalam AOT live action. Meskipun kabar bunuh diri Miura yang terjadi Juli 2020 lalu berselang lima tahun sejak film AOT ditayangkan, kecurigaan ini sempat menyeruak di kalangan penggemar mengingat tendensi perilaku depresif pada anak muda Jepang dalam beberapa tahun terakhir. Terutama di kalangan publik figur, apalagi jika dikaitkan dengan alasan “tidak mampu memenuhi ekspektasi penggemar”.
Hajime Isayama sensei memang tidak bisa dibilang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut, tetapi alur cerita dalam AOT memang penuh dengan penggambaran adegan putus asa. Keterkungkungan dalam dinding setinggi lima puluh meter, kekalahan perang melawan raksasa, kemelaratan rakyat dan gaya hidup foya-foya kalangan kerajaan. Sampai pada kenyataan bahwa raksasa yang selama ini meneror hidup mereka juga ternyata manusia, bahkan kawan seperjuangan Eren sendiri, Annie, Reiner, dan Bertholdt.
Kesan dark ending juga semakin kentara setelah Hajime Isayama sensei mengungkap kebohongan publik tentang dinding oleh kalangan bangsawan dalam cerita AOT, penghianatan Zeke pada Marley dan menyusun rencana tersembunyi bersama Eren untuk memandulkan seluruh orang Eldia (euthanashia plan), bahkan kelicikan Eren pada Zeke hingga memutuskan untuk menjalankan misi gilanya sendiri: menginjak habis seluruh dunia dengan wall titan.
Pengalaman di masa kecil sebagai anak yang biasa-biasa saja, nggak jago urusan akademik maupun keterampilan olahraga, serta latar tempat tinggal di Oyama, kota kecil yang terkenal dengan bendungan tinggi menyerupai dinding dalam cerita AOT. Pengakuan Pak Haji tentang inferiority complex yang memicu sisi ambis dirinya juga seiya sekata dengan fakta bahwa karya masterpiece lebih banyak ditelurkan oleh para introvert, misalnya Raditya Dika yang selalu mendramatisir tubuh pendeknya.
Dari Pak Hajime Isayama, kita semua belajar tentang kenyataan hidup orang kecil yang cuma jadi makanan orang besar. Keserakahan pejabat negara yang memilih membohongi seluruh rakyat dengan dalih “for the greater good”. Dan fakta yang lebih mengerikan dari itu semua, bukan setan, atau raksasa yang mengerikan dan kejam, tetapi manusia itu sendiri yang jauh lebih sadis dan bengis dalam memaksakan kehendaknya.
BACA JUGA Masa Depan Suram Character Development Tokoh Perempuan dalam Naruto dan Boruto dan tulisan Adi Sutakwa lainnya.