Lewat media sosial, apa pun media sosialnya, kita akan selalu menemukan orang-orang yang ketikannya bikin pengin istighfar, mengernyitkan dahi, mengumpat, bahkan banting HP. Tergantung level keimanan kita saat itu, sih.
Nah, salah satu ketikan wagu yang baru-baru ini saya temukan di Twitter adalah cuitan dari salah satu akun base dengan follower nyaris 70 ribu, yang mempermasalahkan riasan pengantin di Indonesia. Menurutnya, riasan pengantin di Indonesia itu terlalu heboh, tidak seperti orang luar negeri, khususnya di Korea Selatan. Bayangkan, dia membandingkan riasan pengantin di Indonesia dengan riasan Park Shin Hye yang baru saja nikah, Nder~
Bukannya sok nasionalis, ya. Tapi, membandingkan riasan pengantin negeri sendiri dengan negara tetangga jelas hal terwagu kedua setelah Giring. Bagaimana tidak? Di Indonesia, sebagian besar pernikahan dilangsungkan dengan mengusung adat dan budaya si pengantin, baik dari tata cara pernikahan maupun baju yang dipakai. Tahu sendiri, kan, baju adat di Indonesia itu seperti apa? Meriah, euy. Warna-warnanya itu lho cantik-cantik, Gaes. Belum lagi printilan-printilan lain seperti hiasan kepala, gelang, kalung, dll.
Dengan kemeriahan yang dimiliki oleh baju adat kita, apa ya nggak kebanting kalau si pengantin dirias dengan finish looks seperti artis korea? Bisa-bisa si pengantin cewek malah dikira kena tipes atau tekanan batin saking pucetnya. Paham, ya?
Itu baru soal pakaian si pengantin. Belum soal perbedaan durasi penyelenggaraan acara pernikahan. Umumnya, hajatan nikah di Indonesia itu digelar selama berjam-jam. Sudah di-makeup dari subuh, acara baru kelar pas ashar, bahkan malamnya bisa lanjut lagi. Jadi, butuh makeup yang kokoh. Iya, kokoh. Memangnya cuma semen yang bisa kokoh? Riasan juga, dong. Apalagi tidak semua orang mampu menggelar pesta pernikahan di gedung ber-AC. Lha, kalau makeup-nya flawless, keburu luntur disamber keringat, dong.
Hal tersebut jelas berbeda dengan acara pernikahan di Korea Selatan. Di salah satu video YouTube yang membahas perbedaan wedding culture antara Indonesia dan Korsel, saya jadi tahu kalau ternyata acara nikah di Korea itu cepet banget. Paling sekitar 30 menit sampai 2 jam. Wew. Singkat sekali, bukan? Bagaimana ya kira-kira reaksi orang Korea kalau tau acara nikah di Indonesia bisa sampai 3 hari 2 malam?
Pada akhirnya, mereka yang ngata-ngatain riasan pengantin di Indonesia terlalu heboh dan membandingkan dengan riasan di Korea itu maunya apa, sih? Berharap kelak riasan manten kita seperti di Korea? Kalau iya, silakan berbahagia. MUA-MUA kita, sejak beberapa tahun terakhir, sudah mulai menjadikan Korean looks sebagai jualan mereka. Ndilalah, laris, kok.
Padahal, riasan pengantin di Indonesia yang oleh sender dianggap heboh ini, sebenarnya sarat akan filosofi. Di adat Jawa, misalnya. Tiap polesan di wajah pengantin perempuan memiliki nama masing-masing. Kalau kalian pernah melihat ada lekukan yang memperindah cambang di wajah pengantin, itu disebut godheg. Godheg mempunyai makna agar kedua mempelai selalu introspeksi diri dan tidak gegabah dalam melakukan sesuatu.
Itu baru godheg. Masih banyak nama lain, seperti rerenggan, penunggul atau gajahan, pengapit, dll., yang juga sarat akan makna. Saya yakin di daerah lain pun ada nilai-nilai budaya yang terkandung dalam riasan pengantin. Jadi, kalau kemudian rias pengantinnya dibikin ala-ala Korea, apa itu nggak berarti kita menggadaikan nilai-nilai budaya bangsa sendiri? Mbok punya kebanggaan sedikit dengan apa yang negeri ini miliki, bisa, kan? Atau jangan-jangan memang kita sudah krisis kebanggaan?
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi