Pramuka, biasanya, menjadi kegiatan ekstrakurikuler wajib bagi siawa SMP dan SMA. Namun kondisi Pramuka di perguruan tinggi cukup menyedihkan. Mungkin bagi kebanyakan mahasiswa, kegiatan ini di masa sekolah sudah bikin ill feel, jadi double ill feel kalau bertemu Pramuka di perguruan tinggi.
Bisa jadi karena tidak nampak seksi di mata mahasiswa. Mahasiswa membutuhkan kegiatan yang take action secara nyata, kegiatan yang progresif dan bukan hal abstrak seperti mematuhi dan menjunjung tinggi dharma Pramuka.
Rendahnya minat juga dipengaruhi oleh stigma negatif yang melekat dan tindakan beberapa orang yang mencoreng nama Pramuka dalam masyarakat. Misalnya tragedi susur sungai Sempor.
Padahal, tidak ada salahnya dengan ikut Pramuka ketika sudah kuliah. Izinkan saya menjelaskan.
Kewajiban mengikuti UKM
Selain mendorong prestasi akademik, kampus juga mendorong mahasiswa untuk berprestasi non-akademik. Masih ada jalur untuk menjadi mahasiswa terbaik, yaitu aktif di kegiatan non-akademik melalui Unit Kegiatan Mahasiswa.
Biasanya mahasiswa baru akan diberitahu bahwa ia harus mengikuti UKM, atau setidaknya pernah magang UKM dan digunakan sebagai syarat untuk wisuda nanti.
Pada saat itu saya bingung menentukan pilihan. Ingin eksplorasi banyak ekstrakurikuler seperti waktu SMA namun harus realistis karena dunia kampus berbeda dengan sekolahan, bisa bisa ambyar kuliah saya. Karena dulu memiliki basic di Pramuka, maka saya putuskan untuk mengikuti UKM Pramuka.
Membangun relasi
Ini alasan paling klise, karena saya yakin setiap kegiatan atau organisasi pasti mencantumkan hal ini sebagai benefit. Tetapi harus diakui juga bahwa organisasi Pramuka juga termasuk sudah lama di Indonesia dengan jangkauan yang hampir merata dan anggota yang banyak. Saya kira setiap daerah atau instansi pendidikan rata-rata punya.
Pramuka umur pandega atau perguruan tinggi memiliki jangkauan relasi yang semakin jauh. Apabila saat penggalang kita hanya bertemu dengan anggota lain dalam satu kabupaten atau penegak dalam lingkup daerah. Jangkauan relasi pandega tidak terbatas pada lingkup daerah, tetapi nasional bahkan kepanduan dunia.
Belajar basic life support
Salah satu perjuangan dari feminisme adalah menghapuskan adanya kewajiban hal-hal dasar yang harus dikuasai oleh perempuan, misalnya memasak dan menjahit. Itu merupakan hal basic yang harus dikuasai oleh setiap orang, tidak memandang gender.
Pramuka telah mengimplementasikan hal tersebut. Minimal dalam kegiatan perkemahan, setiap anggota harus bisa untuk memasak, mendirikan tenda, memberikan pertolongan, dan lain sebagainya. Karena dalam kegiatan, regu laki-laki dan perempuan terpisah. Apabila tidak bisa masak, tidak akan makan.
Memang, belajar hal dasar bisa melalui siapa saja dan di mana saja, tapi biasanya kita akan lebih mudah belajar dan tidak malu apabila dengan teman sebaya.
Menambah uang saku
Sepengetahuan saya, di universitas yang memiliki jurusan pendidikan biasanya diwajibkan untuk mengikuti Pramuka atau kursus mahir dasar. Anggap sebagai latihan sebelum terjun menjadi guru dan menghadapi murid biar ndak kaget.
Biasanya pembina selalu merangkap banyak sekolah, ini mengindikasikan bahwa selain honor pembina itu sedikit juga mengindikasikan kalau pembina Pramuka itu kurang.Â
Sekarang coba hitung berapa banyak sekolah mulai dari SD hingga SMA di daerahmu? Banyak, kan? Nah bagi kalian yang punya basic Pramuka, bisa sepik-sepik sekolahmu yang dulu, siapa tau bisa bergabung buat bantu membina dan dapat tambahan saku.
Membina bukan hanya soal uang saja, apalagi membina anak anak siaga atau penggalang SD, memang cocok untuk melatih kesabaran kalian mulai dari yang bandel hingga merengek minta pulang. Membina memiliki kepuasan batin tersendiri karena kalian merasa bermanfaat dengan ilmu kalian.
Ikut jaga wisuda
Biasanya mendapat mandat untuk ikut jaga wisuda bersama teman teman dari menwa juga. Selain jengkel karena orangtua wisudawan susah diatur, kalian juga jengkel karena omongan-omongan seperti “Loh kok ada adek-adek SMA yang jaga wisuda kampus?” atau “Wah kalau adek SMA jaga wisuda disini besok sudah pasti diterima di kampus ini ya?”
Ya setidaknya kita pendam dulu sampai rapat evaluasi lah ya~
BACA JUGAÂ Demi Kebaikan, Sebaiknya Pedagang Jangan Menerapkan Tarif Seikhlasnya atau tulisan-tulisan lainnya di Terminal Mojok.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.