Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Memandang Jakarta Kali Pertama

Andi Ilham Badawi oleh Andi Ilham Badawi
13 September 2019
A A
jakarta

jakarta

Share on FacebookShare on Twitter

Siapa sih yang gak pengen ke Jakarta? Ibu kota negara cum kota paling metropolitan dengan segala kemegahan yang tak terkira. Mereka yang belum menginjakkan kaki di Jakarta, tentu punya impian memandangi ratusan gedung tinggi dan jalan layang yang saling tumpang tindih itu. Termasuk saya, yang akhirnya punya kesempatan menjejakkan langkah di Jakarta untuk kali pertama. Fully funded lagi. haha

Selasa pagi dua pekan lalu pukul sembilan waktu Jakarta, pesawat yang saya tumpangi dari Makassar bakal segera mendarat. Dari angkasa, di balik jendela kapal udara, saya hendak melihat ke bawah, meneropong luasnya kota Jakarta. Tapi, seperti yang sempat viral dibincangkan khalayak Twitter, langit Jakarta diselimuti kabut tebal polutan. Jarak pandang terbatas, deretan atap bangunan tampak samar.

Di bandara, hal yang pertama saya lakukan dengan gawai adalah mengecek kualitas udara Jakarta. Benar, aplikasi itu menunjukkan betapa tidak sehatnya udara akibat polusi di mana-mana. Bagi saya yang baru dua bulan sembuh dari penyakit paru-paru, tentu dibikin was-was. Masker jadi solusi satu-satunya. Toh mau bagaimana lagi, gak mungkin kan saya harus berhenti bernafas? Bisa mati bosque. Pilihan terakhir, serahkan sama yang di atas saja.

Kegiatan yang saya bakal ikuti selama empat hari ke depan lokasinya di Depok. Otomatis, menuju Depok ya harus lewat Jakarta. Selama di perjalanan, jiwa kampunganku menggelora. Satu per satu penunjuk jalan dan tulisan di gedung pencakar langit saya baca dengan seksama. Kata kebanyakan orang sih, mereka yang baru berkunjung di kota besar dan pandai membaca, bakal membaca keras-keras setiap nama toko atau perusahaan yang terpampang di bagian depan bangunan. Pertanda saya memang benar-benar kampungan. Duh.

Nah, namanya juga baru pertama kali, begitu gembira dan sumringahnya saya melihat gedung DPR/MPR yang selama ini hanya bisa ditonton lewat pesawat televisi. Pikirku, enak banget ya aktivis tukang demo di sini, bisa seenak udelnya orasi dan bakar ban di depan gedung para wakil rakyat. Suaranya bisa langsung terdengar, meskipun ya biasanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Apalagi kalau wakil rakyatnya lagi pakai headset sambil nonton yutub, gak bakal masuk bro.

Masih memandang kanan-kiri, dari dalam jendela Avanza yang melaju di atas tol dalam kota, lagi-lagi kabut polusi memberi kesan tersendiri bagi saya. Dari kejauhan, kabut itu membuat deretan puncak gedung pencakar langit nampak samar. Sudah pada mirip Burj Khalifa yang di Dubai sana rupanya. Kota Jakarta pun saya anggap seperti Kirigakure, Desa Kabut Tersembunyi di serial Naruto. Mudah-mudahan gak ketemu sama tujuh pendekar pedang legendaris hasil Edo Tensei si Kabuto. Amin.

Tiga hari menatap langit Depok, ternyata sama saja. Terletak di pinggiran Jakarta, kualitas udara tetap tidaklah sehat. Siang hari, langit biru berubah kelabu. Matahari bersinar dibalik kumpulan asap keabu-abuan. Malam hari, gelap menggelayut. Sinar bulan terhalangi, bintang apalagi. Saya kemudian berpikir, jadi bucin di Jakarta susah amat ya. Apalagi mereka yang lagi LDR-an.

Bikin gombalan dengan modal ilmu astronomi jadi gak memungkinkan. Misal yang kayak begini. Si cowok tinggal di Makassar, terus menggombal, “Sayang, semoga kerinduanku tersampaikan lewat sinar bulan dan bintang yang sama-sama kita pandangi malam ini”. Si cewek yang di Jabodetabek pun membalas, “Maaf sayang, rinduku dan rindumu terhalang polusi”. Nasib ya nasib. Sabar ya. Hihihi.

Baca Juga:

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

Satu hari terakhir di Jakarta saya habiskan dengan sedikit berkeliling menemui beberapa kawan. Keliling di Jakarta bikin saya pusing, gara-gara terlalu banyak kendaraan dan orang berlalu lalang. Apalagi dari satu tempat ke tempat lain, jalanan yang harus dilalui punya banyak percabangan.

Beruntungnya, transportasi publik lumayan bagus. Meskipun pertama kali naik busway, saya justru kesasar. Maunya ke arah Senen, malah naik bus tujuan Harmoni. Mutarnya jauh sekali, sampai saya tertidur dengan mulut menganga di dalam busway. Semoga bapak-bapak yang di samping saya waktu itu tidak sempat menjepret dan mem-viral-kan di media sosial. Kan gak enak sama keluarga di kampung. Niatnya ke Jakarta baik-baik, malah berakhir jadi trending di twitter. Hahaha. Gara-gara peristiwa kesasar itu, saya hampir saja jadi gelandangan di Jakarta. Di titik inilah, aplikasi ojek online punya andil tersendiri.

Saya juga sempat menikmati kepadatan gerbong KRL. Bagi kalian yang baru pertama kali di Jakarta dan bakal mencoba KRL, siapkan kuda-kuda terkuat. Naik di jam-jam para pekerja pulang kantor, bikin gerbang jadi sesak. Kalau tidak dapat tempat duduk, tentu harus berdiri. Apesnya, pas berdiri malah kehabisan pegangan. Mau tidak mau, mengandalkan kedua kaki agar berdirinya seimbang.

Di sinilah fungsi kuda-kuda terkuat itu. Saat kereta hendak bergerak atau berhenti, hentakannya bikin tubuh ikut bergerak. Nah, tanpa kuda-kuda, kalian bakal terdorong ke depan dan menghantam tubuh orang lain. Masalah bisa timbul kalau orang tersebut jengkel akibat terhantam badan kalian. Bisa-bisa, kalian dihantam balik pas perhentian selanjutnya. Jangan sampai terjadi acara baku hantam di KRL. Cukup di kolom komentar saja. Hahaha.

Secara keseluruhan, Jakarta masihlah yang terbaik. Dari segala sisi, belum ada kota yang bakal menandingi kemegahan kota yang dulunya bernama Batavia ini. Tentu saja, sampai ibu kota baru pengganti Jakarta usai dibangun. Saya pun masih belum berfoto di bawah Monas yang berkabut. Semoga bisa ke sana lagi, sebelum monumen nasional dan udara polutan diangkut ke Kalimantan. (*)

BACA JUGA Kenapa Nggak Ada Presiden Indonesia yang Lahir di Jakarta? atau tulisan Andi Ilham Badawi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 13 September 2019 oleh

Tags: ibu kota negaraJakartakali pertama
Andi Ilham Badawi

Andi Ilham Badawi

ArtikelTerkait

Di Desa yang Nggak Ada Polisi Maksa Pakai Helm, Eh Pas di Kota Males

Di Desa yang Nggak Ada Polisi Maksa Pakai Helm, Eh Pas di Kota Males

27 Desember 2019
Harga Tiket Konser di Jogja Terlalu Mahal (Pixabay)

Harga Tiket Konser di Jogja Terlalu Mahal, Mencekik Fans yang Cuma Ingin Melihat Pujaannya

13 November 2022
Saya Lebih Suka Halte Bundaran HI yang Dulu: Minimalis tapi Tetap Estetis

Saya Lebih Suka Halte Bundaran HI yang Dulu: Minimalis tapi Tetap Estetis

6 September 2023
Derita Jadi Orang Jakarta Selatan di Perantauan: Dicap Anak Gaul, padahal Aslinya Biasa Aja Mojok.co

Cerita Orang Jakarta Selatan di Perantauan: Dicap Anak Gaul, padahal Aslinya Biasa Aja

5 November 2025
Derita yang Saya Rasakan Saat Naik Bus Sinar Jaya dari Jakarta ke Kawunganten Cilacap

Derita yang Saya Rasakan Saat Naik Bus Sinar Jaya dari Jakarta ke Kawunganten Cilacap

28 April 2023
Depok, Adik Tiri Jakarta Selatan yang Kini Punya Gaya Sendiri (Unsplash)

Depok, Adik Tiri Jakarta Selatan yang Kini Punya Gaya Sendiri

12 Mei 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.