ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Melihat Kesamaan Rodi, Romusha, dan Kepanitiaan Mahasiswa

M. Farid Hermawan oleh M. Farid Hermawan
4 November 2020
A A
7 Modus Ormek yang Cenderung Menggelikan Ketika Berburu Kader terminal mojok.co

7 Modus Ormek yang Cenderung Menggelikan Ketika Berburu Kader terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia pernah memiliki masa kelam yang berkaitan dengan penjajahan. Dan tentunya penjajahan yang paling terukir di semua benak masyarakat Indonesia adalah masa penjajahan Belanda dan Jepang. Tentu bicara penjajahan yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang ada dua program dari kedua negara tersebut yang juga sangatlah populer di benak kita semua. Rodi dan romusha. Dua-duanya adalah simbol keterpaksaan terstruktur yang mengarah ke satu hal: perbudakan tak berperikemanusiaan.

Bicara rodi dan romusha, dua hal tersebut adalah simbol kekejaman yang memilukan bagi bangsa Indonesia. Tiga ratus lima puluh tahun dicengkram Belanda dengan sistem rodi-nya ternyata harus masuk ke lubang yang sama setelahnya oleh bangsa yang berbeda, Jepang selama 3,5 tahun dengan romusha-nya.

Rodi dan romusha ternyata memiliki kaitan terhadap dunia mahasiswa. Apa kaitannya? Sebelum itu akan saya jelaskan dengan singkat apa itu rodi dan romusha agar Mas dan Mbak sekalian paham dan yang sudah paham semakin paham.

Rodi sebenarnya bukan nama asli dari program kerja paksa yang dilakukan Belanda saat menjajah Indonesia. Nama program yang sebenarnya adalah “Heerendiensten” yang artinya kerja wajib negara. Tidak ada bahasa yang mengandung kekerasan di dalamnya, hanya saja ada maksud terselubung dari nama program tersebut. Istilah rodi sendiri adalah nama kasar dari program kerja wajib yang berujung paksaan dan siksaan. Jadi jangan pernah tertipu dengan embel-embel wajib. Selalu waspada, Saudara-saudariku

Romusha pun hampir sama dengan rodi. Hanya yang memberlakukan program ini bukan lagi Belanda tetapi Jepang. Romusha sendiri berarti buruh, sebutan untuk para petani Indonesia yang dipaksa bekerja untuk kepentingan Jepang. Yang sekali lagi akhirnya juga sama, kerja paksa yang berujung kekerasan dan tekanan bahkan kekerasan.

Sudah bisa dibayangkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang dulunya pernah terjajah. Baik dari tanah, fisik, hingga mental.

Lantas apakah mental rodi dan romusha yang pernah dilakukan penjajah tersebut telah musnah di Indonesia saat ini? Jawabannya adalah tidak.

Ternyata, sistem kerja paksa serta perbudakan rodi dan romusha telah berubah bentuk dan menjadi urat nadi kehidupan mahasiswa. Lho, kok, bisa? Ya benar, sistem perbudakan tersebut ternyata telah menjalar ke dunia mahasiswa Indonesia saat ini.

Saya merasakan bahwa menjadi mahasiswa ternyata tidak sesederhana yang saya pikirkan ketika SMA. Ada tuntutan yang menuntut untuk kita berkembang dan berubah menjadi lebih baik saat menjadi seorang mahasiswa. Tuntutan tersebut bisa didapat dari diri kita, teman, keluarga, artikel online yang kita baca bahkan dosen kita. Jawaban dari tuntutan itu sering menjadi kabur ketika kita panik ingin cepat berkembang, tapi bingung dengan cara apa. Hal umum yang dilakukan para mahasiswa untuk menjawab tuntutan tersebut adalah dengan mengikuti organisasi kemahasiswaan.

Saya pernah menjadi anggota salah satu himpunan mahasiswa di kampus saya. Tujuan awal ikut organisasi tentu saja ingin berkembang, memiliki teman yang lebih luas, dan yang pasti pengin menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Masa awal saya menjadi anggota himpunan mahasiswa, saya tidak menemukan kesulitan. Hingga yang namanya program kerja dibuat dan harus dieksekusi.

Program kerja menjadi semacam pedoman bagi setiap organisasi mahasiswa untuk menjalankan roda kegiatan yang akan dilakukan selama satu tahun ke depan.

Proker bulan pertama berjalan, tentu ada kepanitiaan di dalamnya. Begitu juga proker-proker berikutnya. Dengan adanya kepanitiaan tersebut, akhirnya menjadi penguat seiring waktu bahwa menjadi mahasiswa yang berkecimpung di organisasi dan kepanitiaan adalah orang-orang yang dengan lapang dada menerima perbudakan yang mendidik. Saya sangat merasa dikuras energi, waktu, dan pikiran hanya untuk menyukseskan sebuah acara yang akan dilupakan dalam waktu satu minggu. Saya begadang di lokasi acara, duit terkuras hanya untuk menambal biaya peserta yang tidak sesuai target. Bahkan saya harus menyaksikan antara individu satu dengan yang lain saling hujat hanya karena merasa lelah dengan yang namanya acara dan kepanitiaan.

Mahasiswa yang terjun dalam dunia organisasi pasti paham bahwa menjadi anak organisasi harus siap ditampar dengan sebutan budak proker. Istilah budak proker menjadi padanan yang tepat betapa tenaga, pikiran, dan uang kita hanya dibayar dengan pujian jika sukses dan kata terus semangat jika gagal. Untung-untung jika dikasih makan tiga kali sehari selama persiapan acara.

Kerja terpaksa yang dilakukan hanya untuk menyukseskan acara ternyata sangatlah mirip dengan kerja paksa yang dilakukan untuk menjajah suatu bangsa. Menjadi panitia acara adalah sebuah pengalaman yang tentu memberikan banyak pengalaman. Dan tentu juga memberikan banyak penderitaan yang dikompensasi dengan sertifikat.

Berkecimpung dalam kepanitiaan dan menjadi budak proker ternyata tidak lebih baik dari perbudakan rodi dan romusha. Jika rodi dan romusha adalah sebuah proses bangsa ini untuk lepas dari yang namanya penjajahan dan menghapus sistem perbudakan. Proker dan segala job list-nya bagi mahasiswa yang menjadi panitia adalah proses berdarah-darah guna lepas dari rasa takut tidak berkembang saat menjadi mahasiswa. Padahal kepanitiaan dan proker yang kita pikirkan siang dan malam tersebut hanya menjadi bagian kecil dari kehidupan mahasiswa yang ujungnya sudah pasti: lulus dan ingin mendapatkan pekerjaan. Memperbudak diri saat menjadi panitia acara nyatanya sangat menyakitkan jika setelahnya tidak mendapatkan apa-apa.

Bagi saya, pengalaman saya selama satu tahun di himpunan mahasiswa sudah menjadi paket lengkap. Pasalnya dengan begitu, saya bisa lebih memahami bagaimana berorganisasi, berkomunikasi, dan bekerjasama yang baik dan benar. Bahwa kerugian-kerugian pun faktanya tidak akan pernah lepas dari keuntungan yang saya dapatkan selama menjadi anggota himpunan mahasiswa dan panitia selama satu tahun.

Jangan lupa, semua yang telah kita lakukan dalam hidup akan menjadi kenangan yang bisa kita tertawakan dan banggakan di masa depan kelak. Rodi, romusha, dan kepanitiaan mahasiswa adalah sebuah benang merah sistem perbudakan yang punya sejarah berbeda dan tentu dengan kepentingan yang berbeda pula. Persamaannya hanya satu, untuk menyukseskan setiap “acara”.

Jika Belanda punya rodi, Jepang punya romusha, dan Indonesia tentu punya kepanitiaan mahasiswa.

HIDUP MAHASISWA!

BACA JUGA Panitia Kegiatan yang Paling Capek itu Divisi Perlengkapan dan artikel M. Farid Hermawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 2 November 2020 oleh

Tags: kepanitiaanrodiromusha
M. Farid Hermawan

M. Farid Hermawan

Manusia

ArtikelTerkait

divisi desain kepanitiaan paling capek banyak kerjanya selama pandemi corona mojok.co

Di Kehidupan Serbadaring, Divisi Desain Jadi Divisi yang Paling Nambah Capeknya

20 Juli 2020
jabatan panitia panitia makrab

Jabatan Panitia Makrab HMJ yang Aslinya Nggak Penting-penting Banget

3 Mei 2020
Supremasi di Balik Sebuah Kaus Panitia

Supremasi di Balik Sebuah Kaus Panitia

5 Maret 2020
Hal yang Menyebalkan dari Kepanitiaan Hajatan di Kampung Saya terminal mojok

Hal-hal Menyebalkan dari Kepanitiaan Hajatan di Kampung Saya

1 Juni 2021
CS Online Shop Menjelang Lebaran Adalah Romusha Berkedok Pekerjaan mojok.co

CS Online Shop Menjelang Lebaran Adalah Romusha Berkedok Pekerjaan

5 April 2024
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
ACS death note penyakit jantung mojok

Memahami ACS, Penyebab Kematian Terbanyak dalam Serial Death Note

Wafatnya Ki Seno Nugroho adalah Duka Besar bagi Dunia Pewayangan terminal mojok.co

Wafatnya Ki Seno Nugroho Adalah Duka Besar bagi Dunia Pewayangan

Pengguna Angkot Bandung Perlu Lebih Proaktif, Jangan Acuh Tak Acuh, dong! terminal mojok.co

Daftar Playlist Musik Angkot Bandar Lampung yang Selalu Terngiang

Terpopuler Sepekan

5 Kegiatan yang Bisa Dilakukan Jokowi kalau Jadi Pensiunan di Solo Mojok.co kota solo umk solo

Hidup di Solo Itu Damai, sebab Tak Ada Teror Klakson di Lampu Merah di Solo

15 Mei 2025
Tinggal di Bangkalan Madura Bikin Saya Sadar, Nggak Semua Orang Bakal Cocok Tinggal di Sini Mojok.co

Tinggal di Bangkalan Madura Bikin Saya Sadar, Nggak Semua Orang Bakal Cocok Hidup di Sini

14 Mei 2025
109 Tahun Kabupaten Sleman: Merayakan Tulang Punggung Jogja yang Penuh Potensi (dan Kadang Ironi)

109 Tahun Kabupaten Sleman: Merayakan Tulang Punggung Jogja yang Penuh Potensi (dan Kadang Ironi)

15 Mei 2025
Alun-Alun Purbalingga Bikin Saya Cemas karena Masalahnya Itu-itu Aja dan Tidak Kunjung Ada Perbaikan Mojok.co

Alun-Alun Purbalingga Bikin Saya Cemas karena Masalahnya Itu-itu Aja dan Tidak Kunjung Diperbaiki

14 Mei 2025
Pantai Gajah Kebumen, Tempat Wisata Kebupaten yang Bikin Orang Kota Terheran-heran Mojok.co

Pantai Gajah Kebumen, Tempat Wisata Kebupaten yang Bikin Orang Kota Terheran-heran

19 Mei 2025
Derita yang Saya Rasakan Selama Tinggal di Perbatasan Ngawi-Sragen: Mau Pesan Ojol, Malah Disarankan Bertapa

Derita yang Saya Rasakan Selama Tinggal di Perbatasan Ngawi-Sragen: Mau Pesan Ojol, Malah Disarankan Bertapa

13 Mei 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=Zbmdu5T4vVo

DARI MOJOK

  • Pengunjung Candi Borobudur Capai 100 Ribu Orang Selama Libur Waisak, Ekonomi Daerah Meningkat
  • Perantau di Manggarai Jakarta Selatan Hidup Sambil Memelihara Kecemasan karena Tawuran Bisa Terjadi Kapan Saja
  • Sisi Suram Kos Pasutri Jogja, Tetangga Tak Tahu Batasan hingga Jadi Kedok “Hubungan Terlarang”
  • Puluhan Tahun Tinggal di Jagakarsa, Berdamai dengan Hal-hal Menyebalkan di Balik Label “Daerah Ternyaman” Se-Jakarta Selatan
  • Ribuan Warga Kecamatan Kandangan Dibiarkan Menderita Selama 10 Tahun Lebih oleh Temanggung
  • Sulitnya Jadi Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Disuruh Servis Laptop hingga Dituduh Hacker

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.