Restoran cepat saji McDonald’s Sarinah Thamrin resmi ditutup sementara per 10 Mei 2020 ini. Untuk netijen jaman now mungkin tidak terlalu perduli dengan fenomena ini. Ah kan masih banyak resto McD lainnya yang masih buka. Gak usah lebay. It’s nothing! (dengan gaya bule ala ala). Tapi buat orang-orang yang ABGnya tahun 90an seperti saya, McDonald’s alias McD punya banyak memori. So, it’s something!
Resto dengan icon badut Ronald ini pertama kali happening di Jakarta yaa di gedung Sarinah Jl. Thamrin itu, tahun 1991. Masih inget pas baru-baru buka, saya masih seragaman putih biru waktu itu, edan ruame! Padahal saat itu rata-rata menu makanan di McD adalah burger, dan burger belum jadi makanan yang umum dikonsumsi sebagai makanan utama di Indonesia. Tapi berhubung lagi hits berat, menu Big Mac yang super duper besar, jadi menu wajib kala ngeceng saat itu. (Sampai sekarang pun saya sebenarnya gak ngerti gimana caranya menikmati menu Big Mac ini dengan benar. Mungkin perlu ada yang posting tutorialnya di yutup).
Yang juga bikin resto ini hits kala itu, karena seingat saya McD Sarinah menjadi satu-satunya resto fast food yang buka 24 jam. Jadi kalau kelaperan tengah malem, udah pasti kongkow* ke sini. Apalagi lokasinya di Jalan Thamrin, jalan gaulnya anak Jakarta. Yang pas malam minggu selalu bikin macet dan cari parkir berjam-jam karena semua orang sepertinya kemek ke sini.
Walaupun Jakarta punya banyak sekali tempat makan dan hiburan, namun McD Sarinah menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi remaja Jakarta di jaman itu. Sendirian, bawa bokin, atau bareng gank, kalau udah nongkrong di McD, suka gak inget waktu. Apalagi kalau bulan Ramadhan, dari abis tarawih bisa langsung meluncur ke McD, nongkrong sampai sahur bareng sohib dan konco. Ngabisin dokat.
Tapi di tahun 2009 resto ini berubah namanya menjadi Toni Jacks’s. Katanya sih ada gonjang-ganjing tentang kepemilikan di internalnya, ini dan itu. Au ah gelap. Yang pasti resto dengan nama baru ini masih mengusung konsep fast food. Menunya pun sejenis. Ada burger, ayam goreng, es krim, dan lain-lain. Mungkin strateginya berusaha mengambil ceruk pasar sebelumnya. Tapi sepertinya terlihat ada penurunan yang cukup signifikan dari jumlah pengunjungnya. Tidak terlihat antrian panjang depan kasir, atau macet karena susah cari parkir. Lengang. Sampai akhirnya dua tahun kemudian, resto ini kembali berubah menjadi McD.
Selain jadi salah satu tempat jadian dan naracap sama doi, kenangan tentang McD yang saya ingat adalah tentang adek-adek pengamen jalanan yang kerap menempelkan wajahnya di kaca resto. Tidak jarang mereka blak-blakan meminta pengunjung untuk memberikan makanan ke mereka. Beberapa kali saya melihat juga adek-adek itu ikut ngantri di kasir karena diajak salah satu pengunjung. Rejeki mereka. Tapi kalau lagi apes, sering juga mereka jadi target usiran security di sana.
Ah. Tapi McD Sarinah beberapa tahun belakangan ini tidak se-iconic dulu. Selain karena cabangnya udah banyak, saingan tempat nongkong sejenis udah seabreg juga tersebar di seantero Jakarta. Terakhir ke sini, lokasi ini udah gak bikin macet lagi. McD Sarinah memang lebih menjadi tempat memorable buat sebagian kalangan generasi 80’s dan 90’s seperti saya, tapi mungkin tidak cukup memorable untuk orang-orang yang mau menutup resto ini. Hiks..sediiih.
Saya baca berita kalau bangunan di Jalan Thamrin ini mau direnovasi. Saya masih harap, saat udah jadi kakek nenek nanti siapa tau bisa ke sini lagi sama suami saya, salah seorang mantan bokin yang nembak saya di sini. haha…
Daftar istilah :
Au ah gelap : gak tau ah / bodo amat
Bokin : pacar
Doi : pacar
Dokat : duit
Kemek : makan
Kongkow : ngumpul, nongkrong
Nacarap : pacaran (kata dibalik)
Sohib : sahabat
Ngeceng : nongkrong cari perhatian
BACA JUGA Membandingkan Burger King dan McDonald’s Tidaklah Sulit: Jelas Lebih Enak Burger King, Lah! atau tulisan Dessy Liestiyani lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.