Marc Cucurella bukan transfer panik. Ia adalah kepingan terakhir yang dicari Tuchel dan Chelsea
Bila harus menyebut satu tim yang nasibnya paling nahas di jendela transfer musim panas ini, maka saya yakin sebagian besar fans sepak bola akan langsung menyebut: Chelsea. Bagaimana tidak? Tim yang identik dengan warna biru itu harus kehilangan beberapa target buruannya yang “dibajak” oleh klub lain (baca: Barcelona).
Tak percaya? Coba kalian tanya saja dengan Raphinha atau Jules Kounde perihal alasan mereka tidak jadi bergabung dengan klub berjuluk The Blues itu. Oleh sebab itu, karena kebetulan saya adalah penggemar Barca, maka saya ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada para fans Chelsea di seluruh dunia atas tingkah klub kesayangan saya kali ini.
Untungnya, mereka masih bisa mendatangkan beberapa pemain bintang yang kualitasnya tidak perlu dipertanyakan lagi, yakni Kalidou Koulibaly dan Raheem Sterling. Selain itu, manajemen The Blues juga baru saja berhasil merampungkan kepindahan Marc Cucurella, pemain asal Spanyol yang diboyong dari Brighton seharga £55 juta ditambah £7 juta sebagai bonus. Tak cuma uang, Chelsea dikabarkan juga harus memberikan satu pemain mudanya ke Brighton, yakni Levi Colwill.
Memang, kocek yang harus manajemen Chelsea keluarkan sama sekali tidak sedikit. Belum lagi mereka juga harus merelakan hengkangnya salah satu talenta berbakatnya. Namun, bagi saya pribadi, ada beberapa alasan mengapa Cucurella layak dikatakan sebagai harta rampasan Chelsea yang sangat berharga. Apa sajakah itu?
Penambal kekosongan yang sempurna
Di bursa transfer kali ini, Chelsea terpaksa harus merelakan kepergian dua beknya: Antonio Rudiger dan Andreas Christensen. Mereka masing-masing hengkang ke Real Madrid dan FC Barcelona secara gratis. Oleh karena itu, lini belakang Chelsea saat ini dapat dikatakan masih kekurangan personil. Kedatangan Kalidou Koulibaly memang dapat menjadi solusi dari masalah itu, tetapi tetap saja, kehilangan dua pemain tidak hanya bisa ditambal dengan mendatangkan satu orang saja. Maka dari itu, Marc Cucurella dapat menjadi “penambal” yang tepat atas permasalahan yang dihadapi The Blues saat ini.
Sesungguhnya, Cucurella bukanlah seorang bek tengah murni selayaknya Rudiger dan Christensen. Ia adalah seorang bek sayap kiri yang kebetulan juga piawai untuk bermain di banyak posisi, seperti di jantung pertahanan ataupun sebagai gelandang bertahan. Dengan begitu, ia tak hanya menjadi “penambal” yang tepat bagi pos bek tengah, tetapi sekaligus juga di posisi-posisi lainnya, misalnya pos bek sayap kiri yang kabarnya akan ditinggal oleh Marcos Alonso dan Emerson Palmieri—dua bek kiri Chelsea saat ini.
Bila kedua pemain itu benar-benar angkat kaki, maka otomatis nama yang tersisa hanyalah Ben Chilwell, pemain yang baru kembali dari cedera panjang. Sejujurnya, saya tak sepenuhnya yakin apakah Chilwell bisa langsung tampil baik dan kembali ke performanya semula. Alhasil, saya pikir Marc Cucurella tak hanya akan sekadar menjadi “penambal” sementara saja, melainkan sebagai pemain inti. Tak usah kaget jika ternyata justru Chilwell-lah yang akan menjadi “penambal” dari Sang Penambal.
Gaya bermain yang cocok
Marc Cucurella merupakan seorang bek sayap yang ofensif dan piawai dalam membantu serangan tim. Ia bukanlah tipikal bek sayap yang defensif seperti Aaron Wan-Bissaka di Manchester United. Maka dari itu, dengan kemahirannya dalam menyerang, sistem yang dipakai oleh Chelsea saat ini sangatlah cocok dengan gaya bermain sang pria asal Spanyol. Thomas Tuchel, pelatih The Blues saat ini, tampaknya sudah nyaman dengan skema 3-4-3 yang telah mereka gunakan sejak pertengahan musim 2020/2021 lalu.
Dalam pola permainan tersebut, sang bek sayap dituntut untuk mahir menyisir sisi sayap lapangan demi membantu para winger dalam mengirimkan umpan-umpan berbahaya ke kotak penalti. Di sisi kanan, Chelsea sudah memiliki Reece James yang sudah memastikan diri sebagai pemilik dari pos tersebut. Sementara di sisi kiri? Baik Chilwell atau Marcos Alonso masih kerap dimainkan secara bergantian dan tak ada yang betul-betul menjadi pilihan tetap dari sang manajer asal Jerman. Dengan kedatangan Cucurella, saya pikir hal itu akan segera teratasi, terlebih bila mengingat bahwa ia sudah terbiasa memainkan peran tersebut di klub lamanya.
Tak hanya menjadi solusi jangka pendek, Marc Cucurella juga dipastikan akan menjadi bagian dari skuad masa depan The Blues. Dengan umurnya yang baru menginjak 24 tahun, pemain bertinggi badan 172 cm itu dapat menemani Mason Mount, Kai Havertz, Reece James, Trevoh Chalobah, Conor Galagher, dan nama-nama lainnya sebagai proyek jangka panjang Chelsea.
Selain itu, seiring waktu berjalan, Cucurella juga pasti akan mengalami peningkatan dalam banyak hal. Seperti pengalaman, ketenangan bermain, kemampuan di atas lapangan, dan kerja sama yang semakin padu dengan rekan-rekan setimnya. Jika semuanya berjalan baik, Chelsea pasti akan menjadi sebuah tim yang tetap stabil di masa-masa mendatang.
Pembalasan dendam kepada Barcelona
Sebelumnya saya telah mengatakan bahwa beberapa target buruan Chelsea telah “dirampas” oleh Barcelona. Nah, maka dari itu, perekrutan Cucurella juga dapat dilihat sebagai aksi pembalasan dendam dari The Blues kepada Blaugrana. Bagi kalian yang belum tahu, Marc Cucurella merupakan pemain didikan La Masia, akademi milik Barca yang sudah sangat terkenal itu. Dengan kata lain, membeli Cucurella sama saja dengan merampas berlian yang telah lama diasah oleh Barca, tetapi hasilnya justru dinikmati oleh Chelsea.
Selain itu, sebelum ia resmi menandatangani kontrak bersama Chelsea, sejatinya Cucurella juga mendapatkan dari klub lain, yaitu Manchester City. Setelah kepergian Oleksandr Zinchenko ke Arsenal, tim berjuluk The Cityzens itu memang membutuhkan pemain baru untuk mengisi pos bek kiri. Akan tetapi, akhirnya Cucurella berlabuh ke Stamford Bridge. Hal itu tentu cukup menyakitkan bagi City, terutama bagi pelatih mereka, Pep Guardiola. Mengapa? Karena Pep merupakan mantan pemain dan pelatih Barcelona.
Gimana? Sudah dapat melihat benang merahnya?
Dengan mendapatkan Cucurella, Chelsea sejatinya telah membalas dendam mereka secara sekaligus kepada dua pihak: Barcelona dan mantan pemain serta pelatih dari tim tersebut. “Kill two birds with one stone”. Efektif, bukan?
Pada akhirnya, Marc Cucurella bukanlah transfer panik atau sekadar pembalasan dendam. Namun, dilihat dari profil yang ia punya, maka jelas, Cucurella adalah jawaban yang dicari oleh Tuchel. Apakah ia akan flop? Kita tidak tahu pasti. Siapa tahu, dia malah berevolusi menjadi legenda Chelsea.
Sumber gambar: Akun Instagram @cucurella3
Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Barcelona: Nggak Punya Duit tapi Flexing, serta Kelakuan Ajaib Lainnya yang Bikin Geleng-geleng