Memasuki bulan Januari, Attack on Titan Season 4 sudah merilis enam episode dan tinggal sepuluh episode lagi menuju episode terakhir beriringan dengan tamatnya dalam versi manga pada bulan April tahun ini. Sebagai karya yang dicap sebagai masterpiece karena gaya cerita yang antimainstream membuat AoT selalu ditunggu oleh fandom setianya bahkan hingga menjangkau minat banyak para perempuan yang sebelumnya tidak tertarik dengan dunia anime. Dengan bertambahnya fandom di seluruh dunia, tidak bisa dipungkiri bahwa AoT Season 4 menimbulkan ekspektasi tinggi karena telah dikonfirmasi sebagai musim terakhir.
Untuk musim terakhir, MAPPA ditunjuk sebagai studio penanggung jawab anime tersebut sebagai karya yang memiliki nilai jual tinggi. Reputasi MAPPA tidak bisa diremehkan. Salah satu karya studio ini, Jujutsu Kaisen menduduki peringkat teratas sebagai anime yang paling banyak diminati tahun 2020. Bantuan visualisasi MAPPA juga membuat komik Jujutsu Kaisen laku keras di pasaran dan akan terus bertambah mengingat jalan cerita manga yang semakin menarik. Sayangnya, prestasi Jujutsu Kaisen tidak bisa diikuti oleh Attack on Titan karena berbagai faktor yang membuat pengerjaan tidak bisa dilakukan secara maksimal
Sebagai awalan, saya akan mereview Attack on Titan Season 4 yang sudah berjalan hingga episode keenam. Saya memuji kinerja MAPPA dalam desain karakter karena lebih realistis dibanding WIT Studio yang memegang produksi Attack on Titan sebelumnya. Hal ini bisa dibuktikan dengan keakuratan beberapa desain karakter yang ada di manga. Visualisasi suasana yang dibuat juga membuat mata saya terpukau dan tidak bosan untuk dilihat. Diiringi suara yang cocok dengan tema menjadikan saya merinding mendengarnya terutama episode pertama ketika terjadi perang antara Marley dan aliansi Timur Tengah dimana banyak ledakan dan suara senapan yang terdengar. Tambahan lainnya yang membuat berbeda yaitu dengan penggunaan rotoscope. Jika belum tau, rotoscope merupakan teknik menganimasikan gambar dengan mengikuti kamera. Agar lebih mudah, saya lampirkan salah satu adegan penggunaan rotoscope dalam Attack on Titan sekaligus penjelasan lengkap tentang teknik ini.
Itulah kelebihan MAPPA dalam mengerjakan AoT hingga sekarang.
Hanya saja, kelebihan yang dipunya tidak membantu kelemahan yang semakin menjadi-jadi akibat buruknya animasi yang dibuat. Saya memuji dengan gambaran karakternya namun tidak dengan animasinya. Perbedaan mencolok dibanding musim sebelumnya yakni penggunaan CGI yang diperbanyak dalam setiap adegan. Saya tidak masalah dengan anime yang menggunakan CGI penuh didalamnya. Hal yangĀ membuatnya kurang karena terasa kaku ketika dilihat membuat adegan yang seharusnya epic terasa kurang wah. Contohnya adegan kemarin ketika titan Eren melawan Warhammer Titan belum bisa membuat saya puas meskipun bisa terobati dengan animasi serangan Survey Corps di Liberio
Awalnya, saya kecewa dengan MAPPA mengapa harus menggunakan CGI setiap saat berujung pada eksekusi buruk dan keukeuh untuk ditayangkan. Seiring perkembangan waktu, saya menemukan sebuah klarifikasi tentang alasan mengapa MAPPA tidak maksimal dalam memproduksi AoT
Alasan utama mengapa Attack on Titan musim ini gagal memenuhi ekspektasi penonton karena satu, deadline. Ya saya terkejut dengan cerita bagaimana MAPPA menerima saja proyek besar ini. Awal tahun 2019 sebelum berpindah tangan ke MAPPA, Kodansha selaku perusahaan yang memproduksi manga karya Hajime Isayama telah menawari WIT Studio untuk melanjutkan masterpiece yang sudah ada lebih dari satu dekade. Namun, WIT menolak permintaan yang diberikan karena syarat gila dan tidak bisa dipenuhi. Syarat yang diberikan yakni mereka hanya diberi jatah tidak sampai setahun untuk mengerjakan agar hype dari Attack on Titan tidak hilang karena cerita di manga sudah menuju babak akhir
Tidak hanya WIT yang menolak proyek gila dari Kodansha. Studio-studio terkenal juga banyak menolak tawaran ini karena bertabrakan dengan jadwal anime yang mereka buat. Bagaimana dengan MAPPA? Mereka menerimanya karena ingin membuat fans senang merayakan babak akhir dari AoT. Sebelum diambil, Kodansha telah mengatakan kepada MAPPA bahwa jika tidak ada satu pun studio yang mengambil proyek AoT Season 4, maka telah dipastikan season tersebut tidak akan dianimasikan dan pilihan MAPPA sangat mulia untuk menyenangkan fans AoT seluruh dunia.
Dengan tenggat waktu yang terbatas, MAPPA berusaha memberi kesan terbaik bagi penonton untuk menikmati karya mereka. Tidak ada alasan bagi MAPPA untuk menggunakan CGI sebagai penganimasian karena efisiensi waktu dibanding menggunakan penggambaran dengan tangan. Memang hasil gambaran dari tangan lebih bagus ketimbang CGI namun pengerjaannya membutuhkan waktu yang tidak cukup jika diberi kurang dari setahun. Sebagai gambaran, jika pembuatan anime dilakukan dengan teknik hand drawn, maka dibutuhkan gambar sekitar 5000-10000 dalam satu episode, apalagi anime Attack on Titan bergenre action bisa saja membutuhkan gambar lebih daripada di atas Sebagai contoh, scene Levi vs Zeke yang berdurasi beberapa detik membutuhkan banyak frame dan menghabiskan waktu hingga empat bulan menghabiskan adegan cincang daging Beast Titan.
Umumnya, 12 episode membutuhkan waktu 1,5 tahun jika ingin meningkatkan kualitas dengan teknik hand drawn. Itu pun jika saat situasi sedang normal. Saat season 3 saja terbagi menjadi dua bagian bahkan mengalami penurunan kualitas dibanding season sebelumnya. Bagaimana dengan season 4 yang hanya diberi waktu pengerjaan tidak sampai setahun? MAPPA bisa saja memberikan kualitas terbaik bahkan tidak memberikan CGI sekalipun untuk AoT asalkan diberi waktu hingga 2-3 tahun untuk mewujudkan kepuasan fandom di seluruh dunia.
Kejadian yang dialami MAPPA merupakan korban dari industri anime yang hanya mementingkan bisnis ketimbang kepuasan penggemar. Akibatnya, kualitas yang diberikan tidak sesuai ekspektasi sehingga menjadikan MAPPA dihujat di media sosial yang membuat staf mereka menutup hingga menonaktifkan akun mereka. Padahal apa yang dilakukan MAPPA merupakan tindakan realistis untuk dilakukan di kondisi sekarang terlebih mereka memiliki kelebihan dalam menggunakan CGI dalam anime buatannya.
Tindakan yang dilakukan MAPPA menurut saya sudah benar meskipun masih kecewa dengan CGI yang belum dipoles dengan baik. Ini yang harus diketahui oleh fandom AoT bahwa tidak mungkin MAPPA melakukannya dengan alasan āPake CGI aja deh biar cepet kelarā karena tuntutan dari atas yang mengharuskan mereka kerja lembur agar terwujud. Mau studionya sekelas Pierrot, Kyoto Animation, maupun Bones, kalau diberi deadline kayak tadi pasti ujung-ujungnya pake CGI buat mempersingkat waktu
Mungkin sebagai masukan dari MAPPA apabila masih menggunakan CGI, cuma perlu diperhalus aja kok gerakannya biar penonton juga merasa dapat feel seperti versi WIT yang pake hand drawn. Sekalian juga kritikan dari kurangnya desain karakter diperbaiki biar fans makin puas. Untuk haters yang terus hujat staf MAPPA karena pake CGI, ya udahlah mending nggak usah nonton atau minta animenya diberhentiin biar nyesel terus ngemis-ngemis lagi untuk dibuatin. Mau minta pake hand drawn juga nggak bakal diturutin bro karena staf juga manusia bukan mutan.
Masalah CGI sebenarnya hanya sebuah peristiwa culture shock yang dialami fandom karena tidak terbiasa dengan style anime seperti ini. Masih banyak lho anime keren yang pake full CGI salah satunya seperti Beastars. Tinggal menyesuaikan aja kok nanti juga terbiassa dengan anime CGI.
Semangat MAPPA, semoga kerja keras kalian terbayarkan nanti.
BACA JUGA 4 Alasan Karakter Levi Ackerman Lebih Mashok Dibanding Eren Yeager di āAttack on Titanā dan tulisan Muhammad Haekal Ali MahjumiĀ lainnya.