Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Manulangi Natua-tua, Tradisi Balas Budi Orang Tua Suku Batak Toba

Kristiani oleh Kristiani
19 September 2020
A A
batak toba manulangi natua-tua mojok

batak toba manulangi natua-tua mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Kewajiban menyayangi orang tua sendiri diajarkan dalam semua agama. Sebagai anak, apa pun keadaannya, kita tetap harus menghormati orang tua kita. Jangan sampai kita durhaka kepada orang tua hanya karena orang tua tak lagi lincah dan kuat seperti dulu.

Tidak hanya agama, semua adat juga menempatkan posisi orang tua yang begitu tinggi. Tanpa orang tua, mungkin kita tidak bisa sesukses sekarang dalam meraih cita-cita. Begitu berharganya orang tua, beberapa suku juga mengadakan tradisi yang bertujuan menghargainya. Salah satu suku yang mengadakan tradisi penghormatan orang tua adalah Batak Toba. Sama seperti suku lainnya, Batak Toba memiliki tradisi khusus menghormati orang tua yang bernama Manulangi Natua-tua. Tradisi itu sendiri harus diikuti oleh seluruh anak, cucu, bahkan cicitnya.

Manulangi Natua-tua sendiri terdiri dari dua kata, yakni manulangi dan natua-tua. Kata manulangi artinya ‘menyuapi’, sedangkan natua-tua artinya ‘orang tua’ (bisa ayah atau ibu) yang sudah sepuh. Dan arti dari manulangi natua-tua sendiri adalah menyuapi orang tua dalam artian membalas jasa mereka yang begitu tulus merawat kita sambil meminta berkat agar apa yang kita capai dapat terwujud dengan baik.

Untuk mengadakan tradisi ini, anak dari orang tua yang sudah sepuh semuanya harus sudah menikah, atau statusnya disebut saur matua, dan pastinya memberikan cucu. Dalam adat Batak Toba sendiri, status saur matua begitu tinggi. Mengapa? Sebab, sang orang tua sudah bahagia melihat anak-anaknya telah berkeluarga. Maka jangan heran bila ada acara kematian orang tua dari suku Batak Toba yang semua anaknya memberikan cucu, prosesi bisa diadakan selama berhari-hari untuk memberikan penghormatan terakhir.

Tradisi ini tidak bisa sembarangan dilakukan. Tradisi ini dilakukan dengan syarat semua anak cucunya berkumpul dan keadaan sang orang tua, maaf, sudah mendekati ajalnya. Semua anak dan cucunya harus melakukan musyawarah kapan tradisi tersebut dilakukan. Syaratnya memang susah untuk dipenuhi, mengingat suku Batak dikenal suka merantau demi memenuhi falsafah hamoraon, hagabeon, dan hasangapon (kekayaan, kehormatan, dan keturunan). Semakin terkenal anaknya, semakin terpandang keluarganya. Jangan heran orang tua suku Batak Toba rela menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi demi meraih falsafah tersebut.

Bila waktu telah disepakati, tradisi tersebut dapat dilakukan. Pada tradisi tersebut, yang menyuapi pertama kali adalah putra tertua hingga termuda beserta istrinya. Pada adat Batak Toba sendiri, posisi pria lebih tinggi karena selain membawa marga, juga dituakan dalam adat.

Siklus pemberian makanan kepada orang tua sendiri dilanjutkan dengan cucu tertua dari putra tertua hingga cucu termuda dari putra termuda. Setelah keturunan anak-anak laki-laki, dilanjutkan dengan urutan putri tertua hingga termuda beserta suaminya sampai berakhir pada cucu tertua dari putri tertua dan cucu termuda dari putri termuda. Setiap keturunan memberikan tiga suapan sambil memberikan kata-kata kasih sayang.

Hidangan tradisi ini berasal dari daging kerbau atau babi yang harus disembelih sendiri. Suku Batak Toba menghargai kerbau karena jasanya membantu petani di sawah. Khusus untuk acara saur matua, daging kerbau boleh disajikan mengingat orang tua sudah lepas dari tanggung jawabnya. Daging kerbau bisa diganti dengan daging babi, tergantung kondisinya.

Baca Juga:

Menjadi Haji Mabrur di Madura Itu Susah, Harus Berani Menentang Kultur yang Mengatur

Gimik Bentak-Bentakan Saat Ospek, Ketololan yang Diulang-ulang, Lebih Baik Dibuang ke Tong Sampah!

Meski tradisi ini terlihat sekadar saling suap-menyuapi makanan kepada anggota keluarga, tapi tradisi ini punya makna yang amat dalam. Manulangi natua-tua menggambarkan siklus hidup seseorang dari anak-anak, remaja, dewasa, menikah, hingga memiliki keturunan. Tiap fase dalam siklus tersebut menggambarkan perubahan status sosial seseorang. Tradisi ini adalah masa yang tepat untuk memanjatkan doa agar keturunannya senantiasa diberi berkah dan orang tua dijauhkan dari segala mara bahaya.

Dalam tradisi ini, kadang diadakan pula acara pembagian warisan. Semua warisan akan dibagi rata dan diberikan setelah orang tua tiada. Pembagian harta tersebut diadakan di awal acara dan dicatat. Kerabat dekat diundang untuk dijadikan saksi dalam pembagian harta tersebut.

Manulangi natua-tua merupakan salah satu contoh tradisi menghormati orang tua suku Batak Toba yang sudah turun-temurun. Pada kesempatan ini, orang tua merasa bahagia melihat anak cucunya berkumpul. Secara tidak langsung, tradisi ini juga jadi ajang untuk saling mengenal anggota keluarga yang lain 

BACA JUGA Cara Doa yang Berbeda saat Acara Resmi Membuktikan Indahnya Keberagaman dan tulisan Kristiani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2020 oleh

Tags: batak tobamanulangi natua-tuatradisi
Kristiani

Kristiani

Lahir di Jawa, Besar di Sumatera.

ArtikelTerkait

10 Tradisi Pernikahan Indonesia yang Bikin Heran Orang Jepang Terminal Mojok

10 Tradisi Pernikahan Indonesia yang Bikin Heran Orang Jepang

13 Desember 2022
Di Madura, Biaya Oleh-oleh Haji Hampir Sama Besarnya dengan Biaya Keberangkatannya, Bikin Orang Jadi Enggan Berangkat  

Menjadi Haji Mabrur di Madura Itu Susah, Harus Berani Menentang Kultur yang Mengatur

23 Juni 2025
Weweh, Tradisi yang Bikin Bocah Kaya Mendadak di Bulan Ramadan

Weweh, Tradisi yang Bikin Bocah Kaya Mendadak di Bulan Ramadan

3 April 2023
Menampik Stigma Masyarakat Madura yang Selalu Dibilang Keras dan Beringas terminal mojok.co

3 Perbedaan Tradisi Karapan Sapi dan Sapi Sonok yang Sering Bikin Salah Sebut

11 September 2020
Tradisi Munggahan: Tradisi Sunda Jelang Ramadan yang Bikin Perut Kembung

Tradisi Munggahan: Tradisi Sunda Jelang Ramadan yang Bikin Perut Kembung

23 April 2020
Pantjoran Tea House Glodok, Menjaga Tradisi Minum Teh Kapitan Cina di Bangunan yang Berusia Lebih dari 120 tahun

Pantjoran Tea House Glodok, Menjaga Tradisi Minum Teh Kapitan Cina di Bangunan yang Berusia Lebih dari 120 tahun

8 Januari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.