Alasan sense of place Malioboro Jogja kuat
Teman saya juga bilang kalau Malioboro itu nggak asal dibangun dari pedestrian yang bagus, lampu kota estetis, atau tempat duduk di pinggir jalan. Lebih jauh, (kemungkinan) Pemda Yogyakarta sudah memperhitungkan soal hubungan transportasi umum dan jarak antar tempat wisata. Kalau diperhatikan lagi, Malioboro punya bangunan menarik yang cenderung berkelompok.
Di sekitar Malioboro Jogja, ada beberapa tempat yang mendukung seperti Stasiun Tugu, Titik Nol Kilometer, Bank Indonesia Yogyakarta, sampai Pasar Beringharjo. Bangunan-bangunan inilah yang nantinya bakal bikin orang merasa “lagi di Jogja”.
Ya memang, sih, pedestrian yang bagus dan lampu-lampu itu membuat pengunjung lebih betah dan terasa suasananya. Tapi kalau asal bikin tempat bagus tanpa hal-hal pendukung lainnya, kayaknya bakal susah buat berhasil.
Sense of place nggak melulu soal Malioboro
Di obroloan itu, teman saya juga bahas kalau sense of place itu nggak selalu soal Malioboro. Sebenarnya, Kabupaten Banyumas sudah punya potensi tempat yang punya sense of place kuat kalau mau dikembangkan. Teman saya itu dengan mudah menyebut Jalan Jenderal Sudirman di Kecamatan Sokaraja.
Dia bilang, “Coba kalau kamu dari Pati mau ke Purwokerto, pasti yang diinget kalau sudah mau sampai Purwokerto itu daerah Sokaraja yang ada penjual getuk goreng dan sroto yang berjejer.” Kalau dipikir-pikir iya juga, sih. Dan waktu mau beli oleh-oleh atau makan sroto Sokaraja pasti kita bakal beli ke sana walaupun di Purwokerto juga ada yang jual. Habis itu, teman saya menambahkan, “Di daerah situ sebenernya sense of place udah lumayan, tapi belum dikembangkan aja.”
Dari diskusi tadi, akhirnya saya cukup paham kenapa tempat-tempat yang ingin mirip Malioboro Jogja itu justru nggak iconic dan cenderung sepi. Ternyata pihak pemda pun harus ngerti soal tata kota khas dari daerahnya masing-masing, nggak bisa langsung copy-paste begitu saja tanpa ada kajian lebih lanjut. Kalau Banyumas saja sebenarnya punya hidden treasure yang bisa dikembangkan kayak Malioboro, kenapa kota lain nggak?
Penulis: Laksmi Pradipta Amaranggana
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Malioboro Masa Kini Adalah Wujud Kebiasaan Kota Jogja yang Mengabaikan Keberadaan Rakyat Kecil.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.