Banyak Wisatawan Nggak Tahu, Malioboro Jogja Diam-diam Jadi Tempat Buang Sampah dan Tempat Tinggal Gelandangan

Sisi Gelap Malioboro Jogja, Jalan Kebanggan Orang Jogja yang Diam-diam Jadi Tempat Buang Sampah dan Tempat Tinggal Gelandangan Mojok.co

Sisi Gelap Malioboro Jogja, Jalan Kebanggan Orang Jogja yang Diam-diam Jadi Tempat Buang Sampah dan Tempat Tinggal Gelandangan (unsplash.com)

Belum ke Jogja rasanya kalau belum jalan-jalan ke Malioboro Jogja. Tempat wisata ikonik yang satu ini sudah begitu terkenal di kalangan wisatawan dalam negeri hingga mancanegara. Nggak heran jumlah pengunjung di kawasan pedestrian ini bisa mencapai jutaan orang setiap tahunnya. 

Di Jalan sepanjang 2 kilometer itu wisatawan bisa menikmati bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur lawas khas Belanda. Di sana mereka juga bisa jajan berbagai macam kuliner dan pernak-pernik. Sekadar menikmati suasana kota sambil duduk-susuk di bangku yang tersedia atau naik andong juga bisa. 

Di mata wisatawan, Malioboro Jogja mungkin selalu tampak indah dan menggugah untuk ditelusuri. Namun, di mata warga lokal seperti saya yang kerap sekali mengunjungi kawasan itu, Malioboro Jogja punya sisi lain. Kebetulan saya memang sering ke sana untuk lari pagi. Malioboro yang masih sepi dari aktivitas ekonomi dan pariwisata menyimpan sisi gelap yang jarang ditampilkan di hadapan wisatawan. 

Malioboro Jogja jadi tempat buang sampah warga nggak bertanggung jawab

Masalah terbesar di Jogja belakangan ini nggak jauh-jauh dari pengelolaan sampah. Setelah kapasitas TPST Piyungan penuh, masyarakat kebingungan membuang sampahnya. Beberapa orang yang tidak bertanggung jawab kemudian meninggalkan sampah itu di Malioboro. Tidak dengan menumpuknya di salah sudut jalan, mereka membuang sampah itu di tong-tong sampah yang tersebar di sepanjang Jalan Malioboro. 

Saat lari pagi, saya lihat sendiri ada orang yang buang sampah sambil “menyamar” sebagai orang-orang yang sedang olahraga sepeda. Olahraga kok sambil bawa kresek besar, batin saya waktu itu. Setelahnya baru saya tahu, kresek itu dibuang ke tempat dalam tempat sampah di kawasan pedestrian. 

Aksi tidak bertanggung jawab itu mungkin tidak membuat Malioboro tampak kotor. Namun, tetap saja, mereka memanfaatkan fasilitas publik tidak sebagaimana mestinya. Tempat sampah ini dikhususkan untuk pejalan kaki di kawasan Malioboro, bukan tempat sampah umum! Kalau hal ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin akan semakin banyak warga membuang sampah rumah tangga di sana. 

Baca halaman selanjutnya: Tempat bermalam …

Tempat bermalam tunawisma

Selain jadi tempat membuang sampah, Malioboro Jogja juga menjadi tempat bermalam para tunawisma. Sangat mudah saya temui orang-orang yang tidur di bangku-bangku panjang dan emperan toko ketika jogging di pagi hari. Wisatawan mungkin tidak pernah melihat sisi Malioboro yang satu ini karena para tunawisma akan pindah ke tempat lain ketika kawasan pedestrian mulai ramai. 

Sebenarnya pemandangan itu ironis sekali, lokasi wisata andalan Jogja  jadi tempat orang istirahat gelandangan. Lebih dari sekadar estetika, keberadaan para tunawisma itu menjadi pertanda ketidakmampuan pemerintah setempat menyejahterakan dan menertibkan warganya.

Nggak berhenti pada persoalan sampah dan tunawisma, ketika saya jogging di pagi hari, sering saya dapati aroma tidak sedap. Mungkin saja bau ini dari sampah-sampah maupun tunawisma yang nggak menjaga kebersihan. Aroma nggak sedap bisa juga ditimbulkan dari got dan kotoran kuda andong yang beroperasi sekitar Malioboro. 

Memang sisi lain Malioboro itu tidak akan dijumpai wisatawan yang kebanyakan berkunjung mulai dari siang hari hingga malam hari. Namun, itu bukan berarti pengelola atau pemerintah bisa santai-santai saja dan berpangku tangan. Apabila sisi gelap ini terus didiamkan, bukan nggak mungkin akan berpengaruh ke wisata Jogja ke depan. Kalau sudah begitu, mau ditaruh mana muka Jogja kalau tempat ikoniknya saja nggak nyaman dikunjungi. 

Penulis: Rizqian Syah Ultsani
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Berwisata ke Tumpeng Menoreh Kulon Progo yang Dikelola Swasta Lebih Murah daripada Malioboro Jogja yang Dikelola Pemerintah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version